Minggu, 07 Oktober 2018

Jenderal Yoga Tentang Sikon Menjelang G30S (4): Penyesatan Informasi



 

http://www.teropongsenayan.com/93122-jenderal-yoga-tentang-sikon-menjelang-g30s-4-penyesatan-informasi


Masyarakat mengetahui bahwa Dr. Subandrio, Wakil Perdana Menteri (Waperdam) yang merangkap Menlu dan Kepala Badan Pusat Intelijen (BPI), merupakan tokoh kesayangan Presiden Soekarno. Ia juga tokoh yang sering mendengungkan sikap mengultuskan Bung Karno. kebijaksanaannya lebih condong pada PKI sehingga banyak produk intelijennya yang menguntungkan strategi PKI dalam menghadapi Angkatan Darat sebagai rival utamanya.

Penemuan yang ia lontarkan sebagai “dokumen” Gilchrist adalah salah satu bukti permainan intelijennya, tapi sekaligus ia juga jadi objek perang intelijen global, untuk mendukung sasaran-sasaran politisnya mendiskreditkan pimpinan Angkatan Darat.

Dokumen yang beredar luas di masyarakat tersebut selengkapnya berbunyi:

Top secret
Sir Harold Caccia
March 24, 1965.

I discussed with the American Ambassador the question set out in your letter No. 67786/85. The Ambassador agreed in principal with our position but asked for time to investigate certain of the matter.

To my question on the possible influence of Bunker’s visit to Jakarta the ambassador stated that he saw no chance of improving the situation and that there was there fore no reason for changing
our joint plans.

On the contrary the visit of the United States President’s personal envoy would give us moretime to prepare the operation in the utmost detail.

The ambassador felt that further measure were necessary to bring our efforts into closer agreement. In this connection he said that it would be useful to impress again on our local army friends that
extremely dicipline and coordination of actions were essential for the success of the enterprise.

I promise to take all necessary measures. I will report my own views personally in due course.
Gilchrist

Dokumen palsu tersebut di kemudian hari diakui oleh agen utama Ladislav Bittman dari operasi intelijen bersama Uni Soviet dan Cekoslovakia, dalam bukunya The Deception Game. Ladislav
Bittman berasal dari Departemen D Dinas Intelijen Cekoslovakia. Adapun Departemen D yang bertugas melakukan deception atau penyesatan informasi kepada pihak lawan, khususnya negara-negara Barat, sering dijuluki pula sebagai “Department Of Dirty Trick”.

Khusus untuk menghancurkan reputasi Amerika Serikat dan mengobarkan rasa benci rakyat Indonesia, Departemen D menggarap Menteri Luar Negeri/Kepala Badan Pusat Intelijen Subandrio melalui diplomat-diplomat Indonesia di luar negeri. Operasi intelijen yang dilancarkan sebagaimana sudah disinggung sebelumnya adalah Operasi dokumen palsu Gilchrist.

Dalam perang urat syaraf dengan berbagai varian dan turunannya, dokumen Gilchrist yang beredar luas di masyarakat menjelang pertengahan tahun 1965 seperti dikutip di atas, pun telah mengalami perubahan dan penyesatan dibanding dokumen awal yang dilempar oleh Ladislav dan kawan-kawannya. Surat palsu yang seolah-olah ditulis oleh Duta Besar Inggris di Jakarta kepada Wakil Menteri Luar Negeri Inggris di London Sir Harold Cassia tersebut adalah sebagai berikut:


   I have held discussion with United States Ambassador Jones about the matters contained in letter No.67785-65. U.S. Ambassador Jones has in principle agreed with our stand. However, he asked for more time to study the matters from several other angles.

  In reply to a question about the possible influence of the  visit made by Bunker, President Jhonson’s personal envoy, to Djakarta to discuss the improvement of American–Indonesian relation, the Ambassador said that he did not see any possibility for improving the situation, and that it would not alter the plan, but that on the contrary, it would provide time to make more thorough preparations

Ambassador Jones also recalled the necessity of new steps to effect better coordinations and said that there was no need to emphasize the necessity of making the plan a success. I have promised to make
necessary preparations, and I will report may view on the subject a later date.

Perbedaan menyolok atas kedua dokumen tersebut adalah adanya kalimat our local army friends pada dokumen yang beredar luas di masyarakat kala itu. Tapi begitulah perang urat syaraf dengan aneka variasi penyesatan dan framing atau kerangka dan bentuk informasi yang diharapkan diserap mayarakat luas.

Sudah barang tentu, baik Pemerintah Amerika Serikat maupun Inggris membantah keras kebenaran dokumen tadi, dan menyebutnya sebagai omong kosong. Akan tetapi, kebohongan yang diulang terus-menerus dalam perang opini dan penggalangan citra kali ini secara telak dimenangkan oleh Uni Soviet dan Cekoslovakia. Suratkabar PKI Harian Rakyat tanggal 9 Juli 1965 menulis: “Kami yakin bahwa kaum imperialis, dengan segala kelicikan dan tipumuslihatnya, akan menyangkal maksud agresinya sendiri.”

Amerika Serikat dan sekutunya tidak tinggal diam. Mereka membalas antara lain dengan mempersulit impor kebutuhan bahan pokok oleh Indonesia terutama beras, serta menekan rupiah sehingga nilai tukar valuta asingnya terus merosot. Akibatnya, hanya dalam tempo satu dua bulan harga beras di dalam negeri melejit beberapa kali lipat.

Demikianlah, sekuasa-kuasa penguasa dengan berbagai skenarionya, akhirnya Tuhan Yang Maha Kuasalah yang menentukan. Kemenangan dalam Deception Games dari Departemen of Dirty Tricks itu tidak terlalu lama menggembirakan baik Uni Soviet maupun Cekoslovakia, karena Presiden Soekarno dan Partai Komunis Indonesia ternyata lebih condong, lebih memilih RRC dibanding mereka lantaran janji-janji RRC untuk mendukung konfrontasi dengan Malaysia dan membentuk Angkatan V berikut persenjataannya, sehingga meletuslah Gerakan 30 September, yang kemudian mereka anggap sebagai bumerang.

Kasus ini memberikan pelajaran kepada kita pertama, betapa dahsyatnya perang urat syarat ataupun perang opini. Sehingga kita harus kuat dalam menggalang ketahanan di bidang ini, lebih-lebih melihat perkembangan teknologi informasi semenjak Perang Dunia II yang terus berkembang  secara sangat pesat  pada akhir abad ke-20. Sebagai contoh, komputer yang dalam Perang Dunia II sudah mulai digunakan dengan ukuran sebesar lapangan bola, pada akhir dasawarsa 1980an sudah menjadi hanya sebesar mesin tik, dan nampaknya belum akan berhenti sampai di situ. Kedua, Indonesia baik secara geografis, geopolitik, geostrategis, dan potensi kekayaan alamnya sangat penting bagi percaturan dunia global. Oleh sebab itu diperkirakan tidak akan pernah sepi dari perebutan pengaruh oleh para penguasa ekonomi keuangan termasuk negara-negara besar baik blok Barat, Timur maupun Utara. Karena itu pula kita harus selalu bisa mengantisipasi dan melawannya.

Permainan intelijen terutama dari luar negeri dengan perang urat syaraf dan penyesatan-penyesatan informasi yang penuh tipu muslihat, serta didukung oleh media-media massa dengan pemberitaan dan analisa yang sudah dibingkai dari semenjak awal tersebut, hendaknya menjadi catatan penting dalam sejarah , supaya tidak terulang kembali di masa depan. Sebagai negara kepulauan yang multi etnis dan agama, yang rentan untuk diadu domba, kita harus senantiasa waspada terhadap perang intelijen yang varian-variannya diperkirakan akan semakin canggih (B.Wiwoho: Nomer 4 dari 5, dikutip dari buku: Jenderal Yoga, Loyalis Di Balik Layar halaman 104 -107).






0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda