http://www.teropongsenayan.com/93122-jenderal-yoga-tentang-sikon-menjelang-g30s-4-penyesatan-informasi
Masyarakat mengetahui bahwa Dr. Subandrio, Wakil Perdana Menteri (Waperdam)
yang merangkap Menlu dan Kepala Badan Pusat Intelijen (BPI),
merupakan tokoh kesayangan Presiden Soekarno. Ia juga tokoh yang
sering mendengungkan sikap mengultuskan Bung Karno. kebijaksanaannya lebih condong pada PKI
sehingga banyak produk intelijennya yang menguntungkan strategi PKI dalam menghadapi
Angkatan Darat sebagai rival utamanya.
Penemuan yang ia lontarkan sebagai “dokumen” Gilchrist adalah salah satu bukti
permainan intelijennya, tapi sekaligus ia juga jadi objek perang
intelijen global, untuk mendukung sasaran-sasaran politisnya
mendiskreditkan pimpinan Angkatan Darat.
Dokumen yang beredar luas di masyarakat tersebut selengkapnya berbunyi:
Top secret
Sir Harold Caccia
March 24, 1965.
I discussed with the American Ambassador the question set out in your letter
No. 67786/85. The Ambassador agreed in principal with our position but asked for
time to investigate certain of the matter.
To my question on the possible influence of Bunker’s visit to Jakarta the ambassador
stated that he saw no chance of improving the situation
and that there was there fore no reason for changing
our joint plans.
On the contrary the visit of the United States President’s personal envoy would
give us moretime to prepare the operation in the utmost detail.
The ambassador felt that further measure were necessary to bring our efforts
into closer agreement. In this connection he said that it would be
useful to impress again on our local army friends that
extremely dicipline and coordination of actions were essential for the success of
the enterprise.
I promise to take all necessary measures. I will report my own views
personally in due course.
Gilchrist
Dokumen palsu tersebut di kemudian hari diakui oleh agen utama Ladislav
Bittman dari operasi intelijen bersama Uni Soviet dan Cekoslovakia,
dalam bukunya The Deception Game. Ladislav
Bittman berasal dari Departemen D Dinas Intelijen Cekoslovakia. Adapun Departemen D
yang bertugas melakukan deception atau penyesatan informasi
kepada pihak lawan, khususnya negara-negara Barat, sering dijuluki pula sebagai “Department Of
Dirty Trick”.
Khusus untuk menghancurkan reputasi Amerika Serikat dan mengobarkan rasa
benci rakyat Indonesia, Departemen D menggarap Menteri Luar Negeri/Kepala Badan Pusat
Intelijen Subandrio melalui diplomat-diplomat Indonesia di luar negeri. Operasi intelijen
yang dilancarkan sebagaimana sudah disinggung sebelumnya adalah
Operasi dokumen palsu Gilchrist.
Dalam perang urat syaraf dengan berbagai varian dan turunannya, dokumen
Gilchrist yang beredar luas di masyarakat menjelang pertengahan tahun 1965 seperti dikutip di
atas, pun telah mengalami perubahan dan penyesatan dibanding dokumen awal yang dilempar oleh
Ladislav dan kawan-kawannya. Surat palsu yang seolah-olah ditulis
oleh Duta Besar Inggris di Jakarta kepada Wakil Menteri Luar Negeri
Inggris di London Sir Harold Cassia tersebut adalah sebagai
berikut:
I have held
discussion with United States Ambassador Jones about the matters
contained in letter No.67785-65. U.S. Ambassador Jones has in
principle agreed with our stand. However, he asked for more time to study
the matters from several other angles.
In reply to a question about the possible influence of the visit made by Bunker, President Jhonson’s personal envoy, to
Djakarta to discuss the improvement of American–Indonesian relation,
the Ambassador said that he did not see any possibility for improving the situation, and that it
would not alter the plan, but that on the contrary, it would provide time
to make more thorough preparations
Ambassador Jones also recalled the necessity of new steps to effect better
coordinations and said that there was no need to emphasize the necessity
of making the plan a success. I have promised to make
necessary preparations, and I will report may view on the subject a later date.
Perbedaan menyolok atas kedua dokumen tersebut adalah adanya kalimat our
local army friends pada dokumen yang beredar luas di masyarakat
kala itu. Tapi begitulah perang urat syaraf dengan aneka variasi
penyesatan dan framing atau kerangka dan bentuk informasi yang diharapkan diserap mayarakat
luas.
Sudah barang tentu, baik Pemerintah Amerika Serikat maupun Inggris
membantah keras kebenaran dokumen tadi, dan menyebutnya sebagai
omong kosong. Akan tetapi, kebohongan yang diulang
terus-menerus dalam perang opini dan penggalangan citra kali ini secara
telak dimenangkan oleh Uni Soviet dan Cekoslovakia. Suratkabar PKI Harian
Rakyat tanggal 9 Juli 1965 menulis: “Kami yakin bahwa kaum imperialis,
dengan segala kelicikan dan tipumuslihatnya, akan menyangkal
maksud agresinya sendiri.”
Amerika Serikat dan sekutunya tidak tinggal diam. Mereka membalas antara lain
dengan mempersulit impor kebutuhan bahan pokok oleh Indonesia terutama beras, serta
menekan rupiah sehingga nilai tukar valuta asingnya terus merosot. Akibatnya, hanya dalam tempo
satu dua bulan harga beras di dalam negeri melejit beberapa
kali lipat.
Demikianlah, sekuasa-kuasa penguasa dengan berbagai skenarionya, akhirnya Tuhan Yang Maha Kuasalah yang menentukan. Kemenangan dalam Deception
Games dari Departemen of Dirty Tricks itu tidak terlalu
lama menggembirakan baik Uni Soviet maupun Cekoslovakia, karena Presiden Soekarno dan
Partai Komunis Indonesia ternyata lebih condong, lebih memilih RRC dibanding mereka
lantaran janji-janji RRC untuk mendukung konfrontasi dengan Malaysia dan membentuk Angkatan V
berikut persenjataannya, sehingga meletuslah Gerakan 30 September, yang kemudian mereka anggap sebagai bumerang.
Kasus ini memberikan pelajaran kepada kita pertama, betapa dahsyatnya perang
urat syarat ataupun perang opini. Sehingga kita harus kuat
dalam menggalang ketahanan di bidang ini, lebih-lebih melihat perkembangan teknologi informasi semenjak
Perang Dunia II yang terus berkembang secara sangat pesat pada akhir abad ke-20. Sebagai contoh, komputer yang dalam Perang Dunia
II sudah mulai digunakan dengan ukuran sebesar lapangan bola, pada akhir
dasawarsa 1980an sudah menjadi hanya sebesar mesin tik, dan nampaknya belum
akan berhenti sampai di situ. Kedua, Indonesia
baik secara geografis, geopolitik, geostrategis, dan potensi kekayaan alamnya sangat penting bagi
percaturan dunia global. Oleh sebab itu diperkirakan tidak akan pernah
sepi dari perebutan pengaruh oleh para penguasa ekonomi keuangan
termasuk negara-negara besar baik blok Barat, Timur maupun Utara. Karena itu pula kita harus
selalu bisa mengantisipasi dan melawannya.
Permainan intelijen terutama dari luar negeri dengan perang urat syaraf dan
penyesatan-penyesatan informasi yang penuh tipu muslihat, serta
didukung oleh media-media massa dengan pemberitaan dan analisa yang sudah dibingkai dari
semenjak awal tersebut, hendaknya menjadi catatan penting dalam sejarah , supaya tidak terulang
kembali di masa depan. Sebagai negara kepulauan yang multi etnis dan agama,
yang rentan untuk diadu domba, kita harus senantiasa waspada terhadap perang intelijen
yang varian-variannya diperkirakan akan semakin canggih (B.Wiwoho: Nomer 4 dari 5,
dikutip dari buku: Jenderal Yoga, Loyalis Di Balik Layar halaman 104 -107).
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda