Mengembalikan Anak Yatim Piatu Kepada Ayah Bundanya.
Oleh:
B.Wiwoho
Dari sekian banyak dampak wabah Corona, yang nampak
paling dirasakan sebagian besar masyarakat, tak peduli kaya miskin, adalah
menghentikan mobilitas orang dari satu tempat ke tempat lain. Corona memaksa
orang untuk berdiam di rumah, nyaris seperti kehidupan manusia purba yang hidup
terbatas di dalam goa tempat tinggalnya.
Kini anak-anak harus belajar dari rumah saja, sementara
orangtuanya pun demikian, bekerja dari rumah. Kumpul-kumpul di batasi tak lebih
dari lima orang, pergerakan di awasi, jarak fisik antara yang satu dengan yang
lain juga diatur. Bahkan meski suami isteri
duduk di mobil juga harus berjarak. Jika yang satu jadi sopir, yang lain duduk
terpisah di jok belakang bagaikan sopir dan tuannya. Penumpang mobil jenis
sedan tak boleh lebih dari dua, kecuali ada hal yang memaksa.
Dampak
spontan negatif seperti tutupnya mata pencaharian bagi para pekerja harian,
sektor informal dan jasa pariwisata serta restoran, otomatis terjadi, memprihatinkan.
Namun di samping itu, saya jadi tersentak dengan keprihatinan selama ini
terhadap pola hidup banyak warga
Jabodetabek dan kota-kota besar lainnya.
Entah
lantaran desakan kebutuhan hidup atau tuntutan pesona dunia yang tak pernah ada
batas kepuasannya, banyak orangtua, baik suami-isteri atau minimal sang suami
yang terpaksa mencari nafkah dengan berangkat sekitar subuh dan pulang sesudah
isya. Berangkat tatkala anak-anaknya masih tidur dan pulang ketika sebagian
sudah tidur. Selama seharian, anak-anaknya menjalani kehidupan tanpa kedua
orangtua, paling tidak tanpa ayah, bermain bebas dengan temannya bagaikan anak
yatim, bahkan yatim piatu bagi yang bundanya juga sibuk di luar rumah.
Kualitas
keluarga yang seperti apakah yang diperoleh dari pola hidup seperti itu,
kecuali mengejar kebutuhan perut dan harta benda? Karena itu keterpaksaan
belajar dan bekerja dari rumah akibat
Corona, juga membawa dampak positif bagi upaya merekonstruksi, menjadwal dan
menata ulang pola kehidupan keluarga-keluarga bangsa Indonesia dan juga
sebagian dunia. Corona telah mengembalikan anak-anak yatim piatu kepada ayah
bundanya yang selama ini sibuk dengan dunianya sendiri, dan merasa telah cukup
berbuat dengan hanya memenuhi kebutuhan duniawi anak dan keluarganya.
Mungkinkah
keluarga yang samawa plus amanah tersebut dicapai oleh keluarga yang kedua
orangtua dan anak-anaknya masing-masing sibuk sendiri? Sebuah tandatanya besar,
bahkan tidak jika ukurannya hanya bagaimana memenuhi kebutuhan perut apalagi
memuaskan dahaga pesona dunia yang takkan pernah terpuaskan. Lebih lengkap
ikuti:
https://panjimasyarakat.com/2020/05/01/mengembalikan-anak-yatim-piatu-kepada-ayah-bundanya/
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda