Terhadap tumbuh-tumbuhan, cobalah hitung berapa banyak yang telah Anda
makan, yang Anda konsumsi? Berapa puluh pohon telah ditebang untuk
membangun rumah dan kantor Anda? Untuk hotel dan restoran yang pernah
Anda singgahi? Di lain pihak bandingkan seberapa banyak pohon yang telah
Anda ta¬nam, jangan-jangan sebatang pohon
pun belum pernah.
K.H. Abdurrahman Arroisi, mengisahkan dalam buku “30 Kisah Teladan”,
tentang keprihatinan seorang sufi, Ibrahim bin Adham, terhadap kerusakan
yang terjadi di muka bumi dan lautan akibat ulah manusia yang tidak
bertanggungjawab.
Sang Wali terpana dengan Surat An-Nahl (16:112),
“Dan Allah memberikan gambaran tentang sebuah negeri yang tadinya aman
tenteram. Rezeki datang melimpah dari segala jurusan. Akan tetapi,
mereka kemudian menganiaya kurnia Allah itu. Maka ditimpa¬kan atas
mereka selubung kelaparan dan ketakutan sebagai akibat perbuatan mereka
sendiri.”
Semenjak gaung firman Allah ini bergema di dadanya, Sang
Wali yang pada mulanya adalah seorag raja, lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk beribadah dan berkebun. Ia berakrab-akrab dengan alam,
sebab bila alam tidak disantuni dengan penuh kearifan, pasti akan
menyebabkan timbulnya ketimpangan dan kebinasaan. Oleh karena itu dengan
dalih apa pun, merusak dan menyia-nyiakan alam adalah kelaliman yang
sangat dikutuk.
Sehubungan dengan itu, menjelang keberangkatan
tentaranya menuju perang Mu’tah, Baginda Rasul berpesan antara lain,
“Janganlah mengganggu penduduk yang tidak bersalah, lindungilah kaum
wanita, jangan mem¬bunuh anak-anak dan orang sakit. Jangan membong¬kar
atau merusak rumah-rumah penduduk atau bangunan-bangunan umum, jangan
merusak mata pencaharian rakyat musuh, dan jangan pula merusak
buah-buahan, dedaunan serta hasil pertanian, jangan menebang pohon
kurma atau kayu-kayuan dan pohon-pohon lain.”
Kanjeng Nabi juga
pernah bersabda, “Andaikata hari kiamat besok pagi tiba, sedangkan di
tanganmu tergenggam sebutir bibit kurma, apakah yang harus kamu lakukan?
Membuangnya sia-sia karena putus asa? Tidak. Kamu teruskan menanam
bibit kurma itu, sebab bagaimanapun, bagimu telah tersedia pahala untuk
menanamnya.”
Muslim meriwayatkan beberapa hadis yang menyatakan
bahwa seseorang yang menanam pohon atau tumbuh-tumbuhan akan terus
memperoleh pahala sedekah, setiap ada makhluk, baik manusia maupun
binatang yang memakan sesuatu dari tumbuh-tumbuhan atau pohon tersebut.
Demikian wahai anak-anakku, tumbuh-tumbuhan sebagai makhluk Tuhan juga
harus kita sayangi. Janganlah kita menebang atau mencabutnya sesuka
hati, lebih-lebih sampai menyebabkan kemusnahan. Sebab pasti ada tujuan
dan manfaat mengapa Gusti Allah menciptakannya. Jika sekarang kita belum
mengetahui kemanfaatan sesuatu makhluk, itu lantaran ilmu pengetahuan
kita yang belum mampu menjangkaunya.
Apabila kita ingin mengkonsumsi
sesuatu jenis tumbuh-tumbuhan marilah kita imbangi dengan upaya untuk
menanamnya, paling sedikit membantu pengembangan budidayanya. Sedangkan
pohon-pohon besar yang ditebang untuk bahan bangunan rumah tinggal
kita, marilah kita berupaya keras menanam penggantinya. Insya Allah kita
telah ikut menjaga keseimbangan dan kelestarian alam semesta.
Alhamdulillah.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda