Minggu, 27 September 2015

LARANGAN MEMINTA JABATAN : Seri Etika & Moral Kepemimpinan (2).


LARANGAN MEMINTA JABATAN : Seri Etika & Moral Kepemimpinan (2).

Sahabatku, kita semua memahami kewajiban kita untuk senantiasa taat kepada Gusti Allah Swt dan Rasulullah – Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Ada salah satu larangan Rasulullah yang amat dalam makna dan hakikatnya, yang oleh perawi hadis Muslim, diungkapkan sebanyak 5 kali. Hadis-hadis tersebut sangat terkenal dan sejalan dengan kisah Luqman tentang kekuasaan (seri 1 yang lalu).

Lima hadis itu, satu bersumber dari Abdurrahman bin Sumurah, dua bersumber dari Abu Musa atau Abdullah bin Qais dan dua lagi bersumber dari Abu Dzar. Kepada Abdurrahman Kanjeng Nabi bersabda: “Wahai Abdurrahman, janganlah kamu meminta pangkat kepemimpinan. Apabila kamu sampai diberi, maka hal itu akan menjadi beban yang berat bagimu. Lain halnya kalau kami diberi (atau memperolehnya) tanpa meminta, niscaya hal itu tidak menjadi masalah bagimu.”

Dalam lain kesempatan, Abu Musa mengisahkan ia menemui Baginda Rasul dengan ditemani dua keponakannya. Tiba-tiba tanpa diketahui sebelumnya oleh Abu Musa, salah seorang keponakannya berkata: “Wahai Rasulullah, jadikan aku pemimpin atas sebagian apa yang telah dikuasakan oleh Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung kepada Anda.”  Kemudian keponakan yang satunya juga mengemukakan yang sama. Nabi yang tengah bersiwak, bertanya: “Apa pendapatmu wahai Abu Musa”. Abu Musa menjawab: “Sungguh aku tidak tahu apa yang ada dalam jiwa mereka. Juga tidak mengira jika mereka akan meminta pekerjaan.”  Selanjutnya Kanjeng Nabi bersabda:     “Demi Allah, aku tidak akan memberikan tugas atau pekerjaan kepada siapa pun yang justru menginginkannya, apalagi kepada seseorang yang amat loba padanya. Sekarang pergilah kamu, wahai Abu Musa.”

Sementara itu Abu Dzar berkisah: “Pernah aku berkata, wahai Rasulullah, tidakkah anda mau menugaskan aku?” Sambil menepuk pundakku beliau bersabda: “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya kamu ini lemah sekali. Sedangkan tugas yang ingin kau minta itu merupakan amanat. Pada hari kiamat kelak, ia merupakan sesuatu yang bakal mendatangkan kenistaan dan penyesalan. Kecuali bagi orang yang mau mengembannya dengan benar dan memenuhi semua kewajiban yang dibebankan kepadanya.”

Sahabatku, dari gambaran singkat perihal larangan meminta atau pun menginginkan bahkan loba pada jabatan, nampak jelas ketegasan sikap Rasulullah. Namun demikian, bagaimana kenyataan dalam kehidupan kita sekarang? Sejuta ambisi serta ketamakan akan jabatan dan kekuasaan justru menyelebungi kita sehari-hari. Banyak di antara kita yang setiap hari melantunkan shalawat nabi, minimal dalam salat, dengan segala cara tak peduli halal haram apalagi baik buruk, berusaha keras untuk mendapatkannya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Semoga kita diselamatkan dari ketidaktaatan kepada Allah dan Rasulullah. Aamiin. Selanjutnya: Godaan Harta, Tahta & Wanita.

 

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda