Senin, 22 Juni 2015

YOGA SUGOMO, KEPALA INTEL PALING LAMA: dari arsip lama.

Selasa, 25 Mei 2010

Yoga Sugomo (1925-2003)

Yoga Sugomo (1925-2003)
Oleh P. Hasudungan Sirait

SOEHARTO kembali melihat seorang pembantu dekatnya pergi. Kali ini seorang yang sangat spesial. Yoga Sugomo meninggal Rabu 23 April 2003 lalu di Jakarta dalam usia memasuki 78 tahun. Arti penting Yoga? Soeharto mampu mempertahankan kekuasaannya hingga 32 tahun.
Kelanggengan power-nya merupakan khasiat pendekatan keamanan yang dikombinasikan dengan pendekatan intelijen, seperti yang dilukiskan George Orwell dalam novel 1948. Dalam hal ini Yoga adalah salah satu figur yang paling ia andalkan terutama pada paruh pertama rezimnya.
Ada sejumlah jenderal yang menjadi pembantu dekat Soeharto saat ia mengonsolidasikan kekuasaannya. Tapi kedekatan mereka berlapis. Pada pertengahan 1970-an, seperti ditulis David Jenkins dalam bukunya, Suharto and His Generals—Indonesia Military Politics 1975-1983 (Cornell University, 1984), the inner core group Soeharto yang terpenting ada empat. Yaitu Yoga Sugomo, Ali Moertopo, Benny Moerdani dan Sudomo. Tiga yang pertama berlatar belakang intelijen militer sedangkan yang terakhir, Sudomo, orang sekuriti.
 
Setelah membersihkan elemen kiri, Orde Baru perlu menjamin posisi serta melempangkan langkahnya. Sejumlah instrumen kekuasaan khas masa darurat digerakkan. Yang paling menonjol adalah Kopkamtib (Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban), Opsus (Operasi Khusus) dan Bakin. Ketiga lembaga ini menjalankan fungsi intelijen, dengan kewenangan yang ekstra ordiner khususnya untuk Kopkamtib dan Opsus.
 
Di sini posisi Yoga sangat sentral. Ia pernah menjadi petinggi di Bakin dan Kopkamtib, selain di Gabungan 1 (G-1) Hankam dan Pusintelstrat (Pusat Intelijen Strategis) Hankam. Saat menjadi Kepala Bakin (Kabakin), tahun 1978 ia dipercaya Soeharto merangkap sebagai Kepala Staf Kopkamtib.
Mengomentari kedudukannya yang luar biasa itu Yoga pernah mengatakan bahwa di negara mana pun belum pernah ada yang berposisi seperti itu, kecuali Himler. Himler adalah direktur SS (Reichsfuhrer), polisi rahasia Nazi. Bedanya, menurut Yoga, Himler bisa berbuat apa saja dan hanya bertanggung jawab kepada Hitler, sedangkan dirinya bertanggungjawab kepada parlemen dan pemerintah (Richard Tanter, Intelligence Agencies and Third World Militerization: A Case Study of Indonesia, 1966-1989—thesis Ph.D di Monash University, 1991).
 
Kunci kekuatan posisi Yoga Sugomo adalah kedekatan hubungan pribadinya dengan Soeharto. Kedekatan keduanya sudah sejak lama, yaitu ketika mereka masih sama-sama di Teritorium IV-Diponegoro. Hal ini diceritakan dalam kitab Memori Jenderal Yoga (B. Wihoho dan Banjar Chaeruddin—1990).
Dikisahkan bahwa sebagai asisten intelijen (As Intel) Yoga mulai sering berhubungan dengan Soeharto menjelang Pemilu 1955. Saat itu Soeharto menjadi penanggungjawab keamanan Pemilu di Jawa Tengah bagian timur. Namun sejauh itu relasi mereka masih sebatas profesional. Sebuah situasi kemudian membuat afeksi keduanya saling bertaut untuk seterusnya.

Golkan Soeharto
Pertengahan 1956 pimpinan Angkatan Darat (AD) hendak menjadikan Kol. Bambang Supeno sebagai panglima TT-IV Diponegoro menggantikan Kol. M. Bachrum.
Yoga dan sejumlah perwira Diponegoro menolak rencana itu dengan alasan penempatan Bambang Supeno akan merebakkan konflik di lingkungan TT-IV, sebab Bambang Supeno, perwira yang pernah mengajukan keberatan kepada Presiden Soekarno sehubungan dengan rencana AD untuk mengurangi personilnya, sangat dekat dengan Wakil Kepala Staf AD (Wakasad) Zulkifli Lubis.
Lubis saat itu sedang menjadi sorotan karena mencoba menggalang dukungan di sejumlah kesatuan di Jawa Barat. Di samping itu, masih pada pertengahan 1956, anak buahnya menangkap Menlu Roeslan Abdulgani dengan tuduhan memanipulasi dana. Di masa itu kabinet sering jatuh bangun. Para perwira pun berpolitik sehingga kepemimpinan di AD labil.
Yoga yang secara pribadi sebenarnya dekat juga dengan Zulkifli Lubis, bahu-membahu dengan sejumlah perwira Diponegoro untuk menggagalkan pengangkatan Bambang Supeno. Salah satu yang ia lakukan adalah mengkondisikan di lingkungan Divisi Diponegoro dan AD agar Soeharto saja yang menjadi panglima TT-IV.

Untuk itu ia menugasi secara khusus anak buahnya, Ali Moertopo. Dalam sebuah tulisan di buku Memori Jenderal Yoga, Ali mengungkapkan bahwa saat menjalankan tugas khusus inilah ia menjadi dekat secara pribadi dengan Yoga.
Bersama Suryo Sumpeno, Yoga kemudian menjadi utusan kelompok penolak Bambang Supeno di TT-IV untuk menemui Wakasad Zulkifli Lubis di Jakarta. Alhasil Letkol Soeharto, Kastaf TT-IV, yang menjadi panglima merangkap Penguasa Perang Daerah (PPD). Pangkatnya segera dinaikkan menjadi kolonel.
Soeharto tak melupakan jasa baik mereka yang telah mendukungnya. Yoga yang sejak tahun 1955 (hingga 1959) menjadi Asisten Intelijen dipercaya merangkap sebagai Wakil Kepala staf Harian PPD. Sedangkan Ali Moertopo yang sebelumnya selalu di pasukan tempur ditarik menjadi staf di Asisten V teritorial. Seorang lagi yang ditarik Soeharto ke staf adalah sahabat Ali Moertopo, Sudjono Humardani. Yoga, Ali dan Sudjono kelak akan selalu di lingkaran dalam Soeharto setelah panglima tersebut menjadi orang nomor satu.

Jalur intel
Kalau membaca memoarnya akan terlihat adanya dua figur yang besar pengaruhnya dalam perjalanan karir Yoga Sugomo. Yakni Zulkifli Lubis dan Soeharto.
Yoga lahir di Tegal pada 12 Mei 1925. Sewaktu masih di bangku kelas III AMS (setara SMU) ia mendapat kesempatan untuk bersekolah di akademi militer Jepang (Rikugun Shikan Gakko), Tokyo, tahun 1942. Ia masih menjadi siswa di sana saat Sekutu membom Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945. Saat keadaan serba sulit di Jepang, di sana ia diterima bekerja di markas Sekutu sebagai penerjemah. Secara tak langsung di markas itulah ia mulai mengenal dunia intelijen.
 
Setelah dua tahun di markas sekutu ia kembali ke Tanah Air dan bekerja di Kementerian Pertahanan, Yogyakarta. Sesudah Agresi Belanda (Desember 1948) ia menjadi perwira intelijen di Staf Teritorium Militer (STM) merangkap Asisten I (Intelijen) Brigade Gunung Jati, Banyumas. Seusai penyerahan kedaulatan (1949) ia ditarik ke Departemen Pertahanan/ Staf Angkatan Perang, Jakarta. Di sana ia menjadi staf Zulkifli Lubis, Kepala Badan Informasi Staf Angkatan Perang (BISAP). Ia segera akrab dengan Lubis, orang yang sering disebut sebagai bapak intelijen Indonesia. Dari Lubis ia mendapat pengetahuan yang luas ihwal situasi politik dalam negeri.
 
Adalah Zulkifli Lubis yang mengirim Yoga belajar ke dinas intelijen Inggris MI-6, di Maresfield. Selulus dari MI-6 ia kembali ke Jakarta dan menjadi anak buah Zulkifli Lubis. Tapi sebentar saja. Ia kemudian dikirim ke Semarang sebagai Asisten I (Intelijen) TT-IV Diponegoro. Waktu itu panglima TT-IV adalah Kol. M. Bachrum. Tak begitu jelas mengapa Zulkifli Lubis melepas anak didik yang telah ia sekolahkan di MI-6 itu ke Diponegoro. Bukankah intel hasil sekolahan profesional sangat ia butuhkan saat itu? Sebuah jawaban yang mungkin adalah untuk membendung penetrasi PKI. Saat itu sejumlah perwira TT-IV merupakan kader PKI.
 
Setelah bergabung dengan TT-IV yang menjadi kiblat Yoga tampaknya tidak lagi Zulkifli Lubis melainkan Soeharto. Seperti telah disebut, gerakan untuk menolak Bambang Supeno sebagai panglima TT-IV telah mendekatkan Yoga ke Soeharto. Hubungan Soeharto dengan Lubis sendiri saat itu tak begitu jelas seperti apa. Yang pasti, setelah menjadi panglima TT-IV Soeharto pernah mengutus Yoga menemui Lubis di Jakarta untuk meminta agar petinggi AD yang anti-PKI itu menghentikan upayanya menggalang kekuatan militer di daerah. Lubis yang telah dipecat sebagai Wakasad dan memilih bersembunyi menyatakan akan tetap bergabung dengan PRRI-Permesta. Alasannya, ungkap Yoga, pemerintah sudah terlalu condong ke kiri.
 
Pada penghujung 1956 sejumlah daerah bergolak. Pemberontakan PRRI-Permesta kemudian meletus. Zulkifli Lubis menjadi salah satu tokoh sentral gerakan yang menentang Jakarta ini.
Untuk memadamkan pemberontakan PRRI/Permesta Divisi Diponegoro mengirim dua Resimen Tim Pertempuran (RTP) ke Sumatera Barat. Yoga Sugomo yang sebelumnya selalu di jurusan intelijen meminta agar dirinya diikutkan di satuan tempur. Motif Yoga, seperti ia ungkapkan, adalah untuk mencari pengalaman sekaligus untuk menunjukkan bahwa dirinya bukan pengikut fanatik Zulkifli Lubis. Soeharto setuju. Yoga dipercaya menjadi komandan RTP II. Kepala Stafnya adalah Katamso. Mereka berangkat ke Bukittinggi awal 1959. Ternyata, setelah beberapa bulan Katamso dipindahkan ke Riau. Sebagai penggantinya Yoga mengusulkan nama Ali ke panglima Diponegoro, Soeharto. Ternyata diluluskan. Saat berduet dengan Yoga-lah, kata Ali, ia mendalami seluk-beluk dunia intelijen.
 
Pada Februari 1961 PRRI/Permesta menyerah secara massal. RTP II kembali ke induknya di Semarang. Ternyata nama divisi itu sudah berubah, dari TT-IV menjadi Kodam VII Diponegoro. Panglimanya juga sudah bukan Soeharto. Panglima baru adalah Pranoto Reksosamodra. Sedangkan Soeharto, ia disekolahkan ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD), Bandung, sebagai hukuman. Ia dituduh memperkaya diri lewat Yayasan Pembangunan Teritorium Empat.
Dianggap sebagai anggota ‘klik Soeharto’ Yoga diasingkan oleh pimpinan baru Diponegoro. Tak tahan, ia pun ribut dengan pimpinan sehingga dihukum. Ganjarannya, sama seperti Soeharto, disekolahkan ke Seskoad Bandung (1961-1962). Selulus dari Seskoad ia diberi dua pilihan: menjadi instruktur Seskoad atau menjadi atase militer. Yoga memilih yang terakhir. Ia menjadi atase militer di Yugoslavia (1962-1965).
 
Di tahun ketiga menjadi atase militer Yoga disuruh pulang oleh Panglima Kostrad Soeharto dengan alasan PKI sudah semakin kuat. Pada Februari 1965 Yoga telah menjadi Asisten I (Intelijen) Kostrad. Tujuh bulan kemudian peristiwa G30S terjadi.
Soekarno tumbang dan Soeharto menjadi Ketua Presidium Kabinet Ampera. Berkahnya bagi Yoga, ia menduduki pelbagai posisi strategis. Soeharto menugasi dia membentuk Komando Intelijen Negara (KIN) untuk menggantikan BPI (Badan Pusat Intelijen) yang dipimpin Soebandrio. Tahun 1966 KIN terbentuk. Soeharto menjadi Ketua sedangkan Yoga menjadi Kepala Staf Harian. Tahun 1967 KIN menjadi Bakin. Ketuanya masih Soeharto dan wakilnya Brigjen Sudirgo. Setahun berselang Sudirgo, perwira CPM, ditangkap dengan tuduhan terlibat G30S. Yoga menggantikan dia sebagai Wakabakin. Soeharto melepaskan jabatan Kabakin ke Yoga setahun kemudian. Yoga menjadi Kabakin pada 1968-1969.
 
Jabatan lain yang pernah ia pegang di masa penentuan nasib Orde Baru itu adalah Wakil ketua G-1 KOTI (1966-1967), Asisten I Hankam (1967-1968). Setelah tak menjadi Kabakin ia menjadi Ketua G-1 Hankam merangkap Komandan Satgas Intel Kopkamtib, Asisten Intel Kopkamtib dan Kepala Pusat intelijen Strategis Hankam (1969-1971).
Tapi mendadak sebuah sabatose membuat karirnya di jalur resmi intelijen terputus. Dalam perjalan dinas ke Jerman koper stafnya, Sekretaris G-1, hilang di pesawat saat mereka berdua stop-over di Singapura. Koper itu berisi dokumen penting. Akibatnya fatal. Yoga dihukum. Ia menjadi wakil Kepala Perwakilan RI di PBB, New York.
 
Terbilang lama Yoga di New York (1971-1974). Saat karir intelijennya sudah seperti berakhir, prahara terjadi di Jakarta yaitu Peristiwa Malari (malapetaka 15 Januari 1974). Lima hari setelah Malari, Soeharto menyuruh Yoga pulang ke Jakarta. Ia kembali ditugasi memimpin Bakin menggantikan Sutupo Yuwono. Sutopo Yuwono, yang dalam konteks pertarungan kubu Pangkopkamtib Sumitro versus kubu Ali Moertopo dianggap sebagai pendukung Sumitro, didubeskan ke Belanda sebagai hukuman. Yoga kembali memimpin Bakin sampai ia pensiun tahun 1989. Sebuah rekor terlama, 14 tahun. Sepeninggal Yoga, pamor Bakin merosot. Fungsi eksekutifnya diambil-alih BAIS, lembaga yang dirancang oleh Benny Moerdani.

*penulis adalah Ketua Dewan Redaksi majalah Tapak

Copyright © Sinar Harapan 2003
Sumber: http://www.sinarharapan.co.id/berita/0304/26/sh04.html

2 Komentar:

Blogger pak sudaryono mengatakan...

DULUNYA AKU TIDAK PERCAYA SAMA BANTUAN DARI
PERAMAL TOGEL,TAPI SEKARANG AKU SUDAH PERCAYA
KARENA SAYA SUDA MEMBUKTIKA SENDIRI.KARNA ANGKA
YG DIBERIKAN 4D BENAR2 TEMBUS 100% ALHAMBUHLILLAH
DPT 450 JUTA.DAN SAYA SELAKU PEMAIN TOGEL,DAN KEPERCAYAAN
ITU ADALAH SUATU KEMENANGAN DAN SAAT SKRAG SY TEMUKAN
ORANG YG BISA MENGELUARKAN ANGKA2 GAIB YAITU AKI ALHI
JIKA ANDA YAKIN DAN PERCAYA NAMANYA ANGKA GOIB ANDA BISA
HUBUNGI LANSUNG AKI ALHI DI NO_082 131 669 888_SAYA
SUDAH BUKTIKAN SENDIRI ANGKA GOIBNYA DEMIH ALLAH DEMI TUHAN.
INI KISAH NYAT SAYA Atau KLIK GHOB 2D 3D 4D D DISINI














DULUNYA AKU TIDAK PERCAYA SAMA BANTUAN DARI
PERAMAL TOGEL,TAPI SEKARANG AKU SUDAH PERCAYA
KARENA SAYA SUDA MEMBUKTIKA SENDIRI.KARNA ANGKA
YG DIBERIKAN 4D BENAR2 TEMBUS 100% ALHAMBUHLILLAH
DPT 450 JUTA.DAN SAYA SELAKU PEMAIN TOGEL,DAN KEPERCAYAAN
ITU ADALAH SUATU KEMENANGAN DAN SAAT SKRAG SY TEMUKAN
ORANG YG BISA MENGELUARKAN ANGKA2 GAIB YAITU AKI ALHI
JIKA ANDA YAKIN DAN PERCAYA NAMANYA ANGKA GOIB ANDA BISA
HUBUNGI LANSUNG AKI ALHI DI NO_082 131 669 888_SAYA
SUDAH BUKTIKAN SENDIRI ANGKA GOIBNYA DEMIH ALLAH DEMI TUHAN.
INI KISAH NYAT SAYA Atau KLIK GHOB 2D 3D 4D D DISINI



2 Agustus 2015 pukul 09.06  
Blogger pak muliadi mengatakan...

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.


KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.


20 Oktober 2016 pukul 14.08  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda