Rabu, 09 Maret 2016

DIALOG FESTIVAL ISTIQLAL : PEJABAT TIMTIM HARUS MAMPU AYOMI MASYARAKAT

Kiriman Arsip Lama:

IN/ET: RPK - Pejabat di Timtim Haru

From: apakabar@clark.net
Date: Fri Oct 20 1995 - 08:27:00 EDT
From: John MacDougall <apakabar@clark.net>
Subject: IN/ET: RPK - Pejabat di Timtim Harus Mampu Ayomi Masyarakat

   [LINK] (Republika - Kamis, 19 Oktober 1995)
   
                PEJABAT DI TIMTIM HARUS MAMPU AYOMI MASYARAKAT
                                       
   
   JAKARTA -- Koordinator Muallaf Asal Timor Timur se-Jabotabek
   (Kormattim) kemarin mengeluarkan pernyataan sikap. Pernyataan yang
   ditandatangani 18 pemuda muslim Timtim itu, antara lain, meminta
   pemerintah agar menempatkan pejabat yang mampu mengayomi seluruh
   lapisan masyarakat Timtim dan memiliki wawasan kebangsaan.
   
   Pernyataan empat butir itu dibacakan Ketua Umum Kormattim Abdel Malik
   KA Soares dalam dialog jamaah Majlis Taklim se-Jakarta dengan panitia
   Festival Istiqlal II di Masjid Istiqlal Jakarta.
   
   Dalam pernyataan sikap tersebut, mereka juga mengharapkan agar
   pemerintah menghapus sistem tiga pilar di Timtim. Ketiga pilar yang
   dimaksud adalah: gereja sebagai penentu kebijaksanaan/penguasa
   tertinggi, Pemda/Birokrasi berada di tengah-tengah, dan ABRI yang
   berada di bawah.
   
   "Ketiga pilar tersebut tidak sesuai dengan sistem demokrasi Pancasila,
   karena sistem tersebut merupakan warisan Portugis yang menyerahkan
   kekuasaan sepenuhnya kepada Gereja Katolik. Dengan demikian, sistem
   yang diterapkan di Timtim tersebut tidak konstitusional," katanya.
   
   Mereka juga mengimbau dipercepatnya upaya membangun kembali Timtim.
   Berkait dengan rusaknya berbagai bangunan setelah terjadinya kerusuhan
   awal September lalu, termasuk bangunan sarana umum seperti pasar,
   masjid dan sekolah, mereka mengharapkan pemerintah pusat -- dalam hal
   ini Pemda Tingkat I Timtim -- untuk segera membangun kembali sarana
   dan prasarana ibadah (masjid/musala), sarana pendidikan, pasar, kantor
   serta rumah dinas lainnya.
   
   Sebelum pembacaan pernyataan, Soares memperkenalkan satu per satu
   pemuda-pemudi muslim yang kini tengah menempuh pendidikan di berbagai
   lembaga pendidikan Islam, seperti IAIN Jakarta, Universitas
   Muhammadiyah Jakarta, Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Lembaga
   Pengetahuan Islam dan Arab Jakarta, dan beberapa lembaga pendidikan
   Islam lainnya.
   
   Soares pun sempat mengisahkan keadaan umat Islam di Timtim.
   Penderitaan yang dialami orang-orang Islam Timtim awal September lalu,
   bukanlah yang pertama. "Sejak 1985 kami diintimidasi dan ditindas.
   Anehnya, tidak satu pun media massa dan elektronik yang mau
   mengungkapkan penderitaan tersebut," paparnya.
   
   Soares menyatakan, mereka memiliki beban yang sangat tinggi untuk
   melakukan kegiatan dakwah di tempat asalnya. "Tapi itu tetap harus
   kami laksanakan," tandasnya.
   
   Untuk itu, mereka mengharapkan dukungan dari saudara-saudara muslim di
   berbagai daerah agar kegiatan belajar mengajar mereka demi membangun
   umat Islam di Timtim bisa terlaksana dengan baik. "Dukungan Bapak dan
   Ibu sangat besar artinya untuk pengembangan dakwah di propinsi
   termuda," harapnya.
   
   Soares juga menjelaskan bahwa Islam bukan sesuatu yang baru saja
   berkembang di Timtim. Ketika penjajah Portugis masuk ke Timtim pada
   tahun 1512, katanya, mereka justru disambut oleh orang-orang Islam
   yang dipimpin Syekh Abdullah Afif.
   
   Mendengar penuturan pemuda muslim asal Timtim itu, tidak sedikit
   jamaah majlis taklim yang terharu. "Saya benar-benar terharu mendengar
   kisah langsung dari orang-orang Timtim," ungkap Kamsanah HDM. Menurut
   sekretaris Yayasan Permata Sari ini, sudah selayaknya umat Islam di
   tempat lain mendukung kegiatan orang-orang Islam di Timtim.
   
   "Sebagai saudara sesama muslim, kita wajib membantu orang-orang Islam
   di Timtim. Kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan kita, dan penderitaan
   mereka adalah penderitaan kita juga," tutur H. Murni asal Pademangan
   Utara, Jakarta Barat.
   
   Secara spontan, para hadirin yang memenuhi ruang dialog jamaah majlis
   taklim se-Jakarta dengan panitia Festival Istiqlal II dan
   pemuda-pemudi muslim Timtim itu, sempat menghimpun dana bagi umat
   Islam di Timtim.
   
   "Dana ini belum sempat kami hitung. Ini terkumpul secara spontan saja.
   Mudah-mudahan bisa membantu biaya pendidikan adik-adik di sini," papar
   B Wiwoho, kepala bidang Humas FI II saat menyerahkan bantuan dana
   tersebut kepada wakil pemuda-pemudi muslim Timtim. dam (https://www.library.ohiou.edu/indopubs/1995/10/20/0015.html)
     ________________________________________________________

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda