TONGGAK-TONGGAK ORDE BARU: JATUH BANGUN STRATEGI PEMBANGUNAN
TONGGAK-TONGGAK ORDE BARU:
JATUH BANGUN STRATEGI PEMBANGUNAN
panji masyarakat.com
Pemerintah Orde Baru memulai pembangunan menggunakan strategi yang mengutamakan pertumbuhan dengan memberi perlakuan istimewa kepada modal asing dan modal besar. Pihak-pihak yang mendukung pengutamaan strategi pertumbuhan, berpendapat yang terpenting adalah menciptakan kue pertumbuhan dulu, baru sesudah ada kue yang cukup, dilakukan pemerataan. Mereka menganut apa yang disebut trickle down theory, teori kue pembangunan akan otomatis menetes ke bawah. Tumbuh makmur dulu, baru bisa dibagi secara adil.
Sementara yang kontra menyatakan itu teori yang tricky, bahkan penuh tipu muslihat. Teori Barat yang tidak sesuai dengan kultur dan falsafah budaya gotong royong Nusantara, yang berpegang pada semangat adilmakmur. Berlaku adil sejak awal, kemudian bahu-membahu, bersama-sama bergotongroyong mewujudkan kemakmuran bersama.
Buku ini menceritakan dengan halus dan santun kegagalan pemerintah Orde Baru (sekaligus keberhasilannya), yang dalam teori pembangunan digambarkan oleh pakar ekonomi pembangunan - Michael Todaro sebagai kegagalan pemerintah, karena tidak menjaga komitmen kebersamaan lintas pemangku kepentingan, demikian penilaian Guru Besar Universitas Gajah Mada, Prof.Dr.Gunawan Sumodiningrat.
JATUH BANGUN STRATEGI PEMBANGUNAN adalah judul besar dari seri pertama buku trilogi TONGGAK-TONGGAK ORDE BARU yang ditulis B.Wiwoho.
Buku trilogi -1 ini terdiri dari empat bagian. Pertama, Masa Peralihan Orde Lama ke Orde Baru dengan enam bab, yaitu 1). Teror Media dan Ulama; 2).Angkatan Kelima, PKI Lawan Angkatan Darat; 3).Dualisme Kekuasaan dan Pihak Sana – Pihak Sini; 4).Mencegah Konflik Horizontal; 5).Nasution – Soeharto; 6) Nasution Disikat.
Bagian kedua, Strategi Pembangunan, juga terdiri dari 6 bab, yaitu 1).Modal Asing vs Industri Rumah Tangga; 2). Bung Hatta: Keadilan Sosial Prioritas Utama; 3). Peristiwa Malari, Jakarta Membara; 4). Koreksi Terhadap Strategi Pembangunan; 5). Jatuh Bangun Tidak Istiqomah; 6). Malari 1974, Puisi Aktivis.
Ketiga, Kabinet Pembangunan, Program dan Gangguan. Bagian ini cukup panjang dan terdiri dari 17 bab, yaitu 1). Pernah Berhasil Swasembada Beras; 2). Menarik Uang dari Dalam Bantal; 3). Pertumbuhan Industri Nasional; 4).Kandasnya Cita-Cita Mobil Nasional; 5). Trilogi Pembangunan dan 8 Jalur Pemerataan; 6). Di Balik Gelar Bapak Pembangunan; 7).NKK – BKK Untuk Memberangus Kampus? 8). Deregulasi dan Devaluasi; 9). Gebrakan Sumarlin; 10). Monopoli-Monopoli Mengguncang Ekonomi; 11). Bulan Maret yang Monumental; 12). Penghargaan Kependudukan PBB; 13). Tahun Kunjungan Wisata dan Sapta Pesona; 14).Bagai Halaman yang Terus Disapu Sekaligus Dikotori; 15). Kasus Kapal Perang Ex Jerman; 16). 50 Pelaut Indonesia Lolos dari Kuburan Pelaut; 17). Kasus Meneer van Dhanu.
Kasus yang dibahas Bab ke 17 sempat membuat B.Wiwoho, pada awal 1996, terpaksa selama kuranglebih 3 bulan, harus mondar-mandir di periksa di Gedung Bundar Kejaksaan Agung.
Bagian keempat, Revolusi Perpajakan th 1983: Membangun Monas yang Bisa Menjadi Mesin Uang, dengan 15 bab dan 6 sub-bab, yaitu 1). Ancaman Presiden; 2). Trauma Pajak Dengan Lebih 100 Kali Pemberontakan; 3). Dari Filosofi Ideologis ke Pragmatisme; 4). Agar Berkah Minyak Tak Berubah Jadi Kutukan; 5). Antisipasi Malapetaka Penerimaan Negara; 6). Reformasi Pajak Ditentang di Setiap Front; 7). Sesungguhnya Revolusi Bukan Reformasi; 8). Tidak Ada Orang yang Suka Pajak; 9). Keutamaan Sistem Baru; 9.1). Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan; 9.2). Pajak Penghasilan; 9.3). Pajak Pertambahan Nilai; 9.4). Pajak Penjualan Atas Barang Mewah; 9.5). Pajak Bumi dan Bangunan; 9.6). Bea Meterai; 10). Pengampunan Pajak dan Front Pertempuran yang Meluas; 11). Kampanye Nasional; 12) Keteladanan Kepala Negara dan Surat Cinta; 13). Yang Tak Mungkin Menjadi Mungkin; 14). Celah-Celah Kebocoran; 15). Saatnya Rakyat Jadi Majikan Pemerintah.
Kampanye Pajak tersebut menurut Dr.Soemarso Slamet Rahardjo, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis –Universitas Indonesia, telah melesatkan penerimaan negara. B.Wiwoho, tulis pakar akuntansi anggota arbiter dari Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia yang juga menjabat sebagai angota Dewan Komisaris dan Komite Audit pada beberapa perusahaan, telah melaksanakan tugas kampanye perpajakan dengan baik. Gema fungsi pajak yang baru, menggelora di hampir seluruh bumi Indonesia. Penerimaan negara dari pajak melesat jauh di atas jumlah yang diterima sebelum reformasi perpajakan. Penyelesaian tugas kampanye perpajakan nasional itulah yang kemudian di tulis menjadi bagian dari buku trilogi Tonggak –Tonggak Orde Baru. Tulisan yang apik, runtut, jelas dan mudah dimengerti.
Sementara itu, wartawan senior yang sudah berkiprah semenjak masa Orde Lama dan ikut sebagai bagian dari Barisan Pendukung Soerkarnoisme, Tribuana Said, mengisahkan pengalamannya bersama B.Wiwoho menapaki tonggak-tonggak perjalanan Orde Baru. Dalam hal perpajakan, ia menyatakan Revolusi Perpajakan terbukti telah berhasil membuat Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh) bisa menjadi “mesin uang”. Sejarah mencatat kemajuan itu dengan tinta emas. “Saya bersyukur berkesempatan mendampingi BW dalam kegiatan tersebut serta beberapa kegiatan komunikasi pembangunan lainnya, misalkan membantu Dirjen Pariwisata Yoop Ave mendisain kampanye kunjungan wisata ke Indonesia beserta program Sapta Pesonanya”, kenang Tribuana Said.(Info & dan nara hubung buku ke WA : 08174892033)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda