Minggu, 14 Agustus 2011

RELAKAH KITA DIPIMPIN PARA PEMBOHONG?

Sidang-sidang Pansus Hak Angket DPR tentang BC (Pansus BC), terus secara telanjang mempertontonkan kebohongan-kebohongan publik dari sejumlah pejabat tinggi dan atau mantan pejabat tinggi negara, antara lain Jusuf Kalla dan Susno Duadji versus Budiono, Susno versus Sri Mulyani. Sementara publik alias rakyak nrimo, diam saja membiarkan kemungkaran itu berlangsung. Bahkan para ulamanya pun belum terdengar
pendapat apalagi fatwanya.

Ustadz Abah Thoyib dari Semengko, Mojokerta mengajarkan, “Kalau mencari staf, teman dan anak buah, pertama-tama carilah yang jujur , bukan yang pinter. Kedua, cari yang jujur sekaligus pinter, bukan semata-mata pinter. Karena kejujuran akan mendatangkan hidayah, ridho dan berkah. Sebaliknya orang pinter yang tidak jujur hanya akan mendatangkan azab. Pinter yang keblinger, hanya akan ‘minteri’ alias memperalat rakyat.”

Para pejabat Negara itu dilantik dengan mengangkat sumpah dan janji atas nama Allah Swt. Demikian pula sebelum memberikan keterangan di Pansus BC. Bahkan sewaktu di Pansus ada yang sambil terus memegang tasbih. Siapakah diantara mereka yang berbohong dan siapakah yang jujur? Pasti tidak semuanya pembohong dan tidak semuanya jujur. Tapi ada yang jujur sebaliknya ada pula yang pembohong.

Beberapa bulan yang lalu tatkala “Kasus Cicak vs Buaya” merebak, saya sudah mengulas berbagai kontroversi dan versi sumpah masing_masing tokoh publik. Di dalam sejarah dan hukum Islam, dua kelompok atau orang yang berbeda pendapat tentang sesuatu hal, dan tidak memungkinkan adanya saksi atau kalau pun ada tidak diterima pihak lain karena beda keyakinan, maka kedua pihak tersebut dapat bersama-sama melakukan mubahalah.

Dasar hukum mubahalah adalah firman Allah Swt dalam Surat Ali Imran ayat 61 yang artinya: “ Maka barangsiapa membantahmu tentang itu, sesudah datang pengetahuan kepadamu, katakanlah (kepada mereka): Marilah kita ajak anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, kaum kami dan kaum kamu, kemudian kita berdoa agar Allah menjatuhkan laknat kepada orang-orang yang berdusta.”

Dalam riwayat, Kanjeng Nabi Muhammad pernah dua kali menantang mubahalah terhadap penentangnya dengan mengikutkan orang-orang yang dicintainya yaitu Ali, Fatimah serta Hasan dan Husin dalam sumpah. Ternyata lawan-lawannya tidak ada yang berani diajak bermubahalah.

Di kalangan masyarakat Islam Kejawen, sumpah seperti itu dikenal sebagai “Sumpah Pocong” dan dilakukan secara khidmat di hadapan orang banyak sebagai saksi, sementara kedua orang atau kelompok yang bersumpah dikafani atau dipocong bagaikan jenazah.

Kini kita kembali menghadapi kebohongan publik dari pejabat atau mantan pejabat tinggi negara yang menyangkut uang yang amat sangat besar yaitu Rp.6,7 triliun. Padahal dalam kehidupan politik, terutama di negara yang menjunjung tinggi demokrasi, kebohongan publik merupakan kejahatan yang paling diharamkan.

Indonesia bukan hanya sekedar negara demokratis, tapi juga negara berketuhanan yang mayoritas penduduknya beragama Islam, yang sangat mengutamakan kejujuran. Tetapi mengapa kita semua diam saja? Tidak berani menegakkan kebenaran dan memberantas kemungkaran? Ataukah kita ini memang sudah benar-benar hidup dalam “Republik Mimpi”? Kalau begitu, ya seperti saya kemukakan minggu lalu, kita bawa saja bapak dan ibu kita tersebut: Jusuf Kalla, Susno Duadji, Budiono dab Sri Mulyani ke hadapan para master hipnotis seperti Uya Kuya dan Rommy Rafael dan kawan-kawan. Biarlah para master hipnotis itu yang menyelesaikan dalam suatu mega-infotemen yang disiarkan secara langsung oleh media massa termasuk televisi, agar disaksikan oleh lebih duaratus juta rakyat “Republik Mimpi”. Masya Allah. (Jatipadang, 21 Januari 2010).
· · Share · Delete

    • Ayyub Rachmayadi Pansus kok hanya debat saja ya, mana hasilnya?...tidakkah para pejabat itu ingat akan firman Gusti Allah, "Janganlah kalian menjadi penentang orang yg tidak bersalah krn membela orang yg berkhianat..., dan jgn pula kamu berdebat untuk membela orang yg mengkhianati dirinya" (QS 4: 105-107).
      January 25, 2010 at 10:34am ·
    • Bambang Wiwoho ‎@Gus Ayyub: Masya Allah.... laa quwwata illaa billaah....
      January 26, 2010 at 9:45am ·

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda