Dengan
mengajarkan ilmu pengamalan dan pembukaan hati (mu’amalah wa mukasyafah), Al
Ghazali menceburkan diri ke dunia tasawuf. Namun ia tidak melibatkan diri ke
dalam aliran hulul (peleburan antara Tuhan dan manusia, Tuhan menjelma ke dalam
insan), ittihad (manunggaling kawulo Gusti, Tuhan dan hamba berpadu menjadi
satu), wahdatul wujud (yang ada hanya Satu, alam merupakan penampakan lahir
Tuhan) atau aliran-aliran tasawuf lain yang sedang mekar pada zamannya. Buya
Hamka dalam bukunya Tasauf Moderen,
menyebut Al Ghazali sebagai “orangtua dan kiblat dari segala tabib jiwa”.
Al
Ghazali menurut Prof.Dr.Muslim Ibrahim MA
dari Banda Aceh (dalam kitab
kajian Minhajul Abidin terbitan Yayasan Al Ghazali, Bogor), juga menentang keras orang tasawuf
yang mengingkari ibadah ritual. Malahan menurutnya, ibadah ritual perlu
dikembangkan dan dipelihara dengan menanamkan arti, makna dan rahasia amaliyah
di baliknya. Sebagai contoh bersuci atau berwudhu, menurutnya tidak cukup
sekedar menuangkan air dan membersihkan badan dari kotoran, tetapi jauh lebih
sempurna dari itu, yakni harus meliputi:
1. Membersihkan
lahir (anggota-anggota badan) dari hadats dan berbagai kotoran.
2. Membersihkan
hati dari tingkah laku dan akhlak tercela.
3. Mensucikan
anggota badan dari perbuatan-perbuatan dosa.
4. Membersihkan
diri dari pengabdian selain Allah Swt.
Berdasarkan
ajaran Al Ghazali yang seperti itulah, para penganut tasawuf di Jawa abad ke 18
- 19 mengajarkan 3 (tiga) tingkatan bersuci dan 4 (empat) tingkatan sembahyang,
yang bukan hanya sekedar aktivitas lahiriah semata, tapi juga rasa batin, yang
harus dilanjutkan dengan menempuh
perjalanan batin.
Dalam
kitab Centini, tiga tingkatan bersuci
itu ialah yang pertama, bersuci membersihkan badan atau raga dengan air
sebagaimana kita kenal dengan berwudhu dan mandi. Kedua, bersuci membersihkan
mulut, sehingga mulutnya menjadi suci baik dalam hal makan dan minum maupun
dalam bertutur kata. Ketiga, bersuci membersihkan hati. Adapun empat tingkatan
sembahyang yaitu pertama, sembah raga. Ini sama dengan salat sesuai syariat.
Kedua, sembah cipta yang bisa disamakan dengan tarekat. Ketiga, sembah jiwa
atau hakikat dan keempat, sembah rahsa adalah makrifat. Ketiga tingkatan
bersuci dan keempat tingkatan sembahyang tersebut harus dilaksanakan secara
utuh, lengkap dan tidak boleh hanya salah satu saja.
Perjalanan
seorang salik atau murid dalam mempelajari tasawuf sampai mencapai makrifat,
diuraikan secara panjang lebar dengan sangat indah oleh Al Ghazali di dalam Minhajul ‘Abidin, yang harus melalui 7
(tujuh) tanjakan. Pertama, tanjakan
ilmu dan makrifat. Kedua, tanjakan
taubat. Ketiga, tanjakan penghalang. Keempat, tanjakan godaan. Kelima, tanjakan pendorong. Keenam, tanjakan pencela dan ketujuh, tanjakan puji syukur.
Oleh
Kyai Ali Yafie, kajian tasawuf Al Ghazali tadi disarikan secara sederhana dalam
empat kelompok besar. Pertama, mawaahidul
ilmi, yaitu memberikan pengertian dasar. Manusia sebelum bekerja atau
beramal harus ada ilmu, harus memahami masalahnya. Kedua, sesudah memiliki
ilmu baru melakukan amal, yang menjadi sasaran untuk mencapai pengabdian. Dalam hal ini, ada amal pengabdian langsung
kepada Allah dan ada yang lewat interaksi dengan sesama manusia. Yakni amal
ibadah dan amal muamalah. Ketiga, al-muhlikat,
yaitu mengenai hal-hal yang menggiurkan atau mengancam keselamatan dan
kesehatan batin. Di sini diuraikan virus-virus yang menimbulkan penyakit di
dalam batin manusia, berupa berbagai sifat dan kebiasaan. Keempat, al-munjiyat atau terapi, yaitu hal-hal
yang menjadikan manusia berpeluang untuk memiliki kalbu yang sehat, kuat dan
bisa menyebabkan manusia menikmati hidup ini, di dalam mengabdi kepada Allah
Swt.
Di
dalam karyanya yang terbesar dan termasyhur, yang menjadi bacaan wajib
pesantren-pesantren di Indonesia, yaitu kitab Ihya Ulumiddin atau menghidupkan ilmu agama, Al Ghazali menegaskan bahwa agama Islam dengan
tasawufnya, pada dasarnya mendidik manusia agar memiliki akhlak yang mulia dan
terpuji, sebagaimana yang dimiliki oleh Kanjeng Nabi Muhammad dan para
sahabatnya.
Semoga.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda