Memahami Tujuan
Hidup.
Bait
9 Kidung, masih menunjukkan betapa besar fadilah serta hikmah dari Kidung
Kawedar atau Kidung Rumekso Ing Wengi. Begitu besar manfaatnya, mulai dari
untuk urusan bercocok tanam misalkan padi, sampai dengan hendak berangkat ke
medan perang. Semuanya bisa diatasi dengan daya perbawa atau hikmah dan fadilah
Kidung yang tiada lain merupakan berkah dari Gusti Allah Yang Maha Kuasa.
Bait
10 adalah bait yang tergolong sulit menafsirkannya, bisa banyak tafsir. Bait
ini penuh tamzil, apalagi jika di benak kita sudah memiliki tujuan tersendiri
tanpa bisa mengosongkannya. Apabila semata-mata menelaah berdasarkan huruf dan
kata-kata, bisa jadi itu menggambarkan pengembaraan Sunan Kalijaga semenjak
masih sebagai remaja yang nakal luar biasa di daerah Tuban, Jawa Timur, sampai
disadarkan oleh saudaranya yakni Sunan Bonang sehingga kemudian berguru
kepadanya, dan selanjutnya beruzlah bertahun-tahun di tengah hutan di pinggir
sungai (kali) di daerah Cirebon, Jawa Barat, sehingga diberi sebutan Sang
Penjaga Kali atau Kalijaga. Kanjeng Sunan Kali yang nama aslinya Raden Mas Said
dan merupakan putera Adipati Tuban, harus banyak berjalan naik-turun gunung
dengan segala daya kemampuannya, mencari jati diri dan Tuhannya. Di banyak
tempat ia memiliki banyak nama panggilan, sebagaimana kebiasaan rakyat jelata
di Jawa memanggil nama seseorang berdasarkan penampakan fisik, perilaku dan
atau kelebihannya. Tentu saja itu semua adalah nama yang semu, nama yang samar
atau samur, terutama guna menyamarkan dirinya agar tidak dikultuskan
masyarakat.
Bait
tersebut dimaknai sebagai penggambaran hubungan Gusti Allah dan manusia tatkala
masih dalam alam ruh, serta gambaran tentang singgasana dan kediaman Allah di
Baitul Makmur, Baitul Muharram dan Baitul Muqaddas.
Kembali
pada pokok bahasan yaitu Kidung Kawedar, manusia yang masih berupa ruh dan
berada di alam ruh digambarkan kekuatan dan perjalanannya sampai ditiupkan ke
rahim ibu. Kidung Kawedar juga bisa
disebut Kidung Hartati, yaitu Kidung yang memiliki karsa yang utama. Karsa
adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong makhluk hidup untuk berkehendak. Ruh
ini dianugerahi arta daya, yakni kebijaksanaan dan kekuatan batin termasuk rasa
belas kasih.
Setelah
turun ke bumi menjadi manusia, Gusti Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, membekali manusia dengan hakikat kediamannya yaitu hakikat Baitul
Makmur di kepala dan otak, Baitul Muharram di dada dan kalbu, serta Baitul
Muqaddas di dalam kemaluan berupa inti sari benih kehidupan.
Sahabatku,
bait 11 mengajarkan kepada manusia untuk memahami diri dan tujuan hidupnya.
Siapa yang bisa memahami diri dalam bertindak, bisa tepa slira atau mencoba terlebih dahulu menerapkan pada dirinya
sendiri terutama apabila mau berbuat yang kurang baik terhadap orang lain,
ibarat orang yang tahu kebijaksanaan dan kekuatan hidup. Orang yang tahu tujuan
perjalanan kehidupannya, ke mana dan mengapa Allah menurunkan ke dunia,
berarti bagaikan orang kaya yang
rumahnya berpagar besi. Di masa lalu, hanya Raja yang mampu memagari istananya
dengan besi atau tembok. Rakyat kebanyakan hanya bisa membuat pagar hidup dari
tetumbuhan yang hidup subur atau pagar kayu dan bambu yang dipotong-potong
ditata rapi. Orang yang tahu tujuan hidupnya, akan dijaga oleh orang sejagad.
Bait
kesebelas ini kembali ditutup dengan fadilah dan hikmah bagi siapa yang
melantunkan dan menghafalnya. Jika dibaca tamat dalam semalam maka yang
membacanya akan dihindarkan dari perbuatan jelek, baik dirinya sendiri yang
tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan buruk atapun perbuatan buruk dari
orang lain kepadanya.
Di
bagian atas sudah kita singgung versi lain yang menyatakan membaca selama sepuluh malam. Masalah angka dan
hitungan juga disinggung dalam bait 7 baris kelima “bacalah 25 kali dengan lembut”, serta bait 8 baris ketiga “selama 40 hari saja.” Pada hemat serta pengalaman penafsir,
hitungan angka seperti halnya kita sering berzikir, sangat bermanfaat guna melatih
indera pendengaran dan batin kita. Tetapi yang lebih penting lagi adalah
memahami serta menghayati makna dan hakikat sesuatu bacaan zikir di dalam
pikiran dan perbuatan kita. Itu bisa terjadi jika kita sudah bisa melaksanakan
zikir kalbu, yaitu kalbu kita senantiasa
mengingat Allah, mengikuti denyut jantung serta tarikan nafas kita.
Semoga.
Keutamaan Orang Yang
Memahami Tujuan Hidup.
Filosofi
hakikat dan tujuan hidup, sangat populer dan menjadi panduan kehidupan bagi
orang-orang Islam Kejawen. Filosofi ini dinamai “sangkan paraning dumadi”, yang berarti asal mula dan tujuan
dijadikannya manusia atau kehidupan manusia. Filosofi ini menggambarkan
perjalanan kehidupan manusia sedari masih di dalam alam ruh sampai dengan
kehidupan di akhirat kelak.
Ungkapan
yang menyatakan manusia hidup ibarat sekedar singgah untuk minum, amat populer
bagi orang Jawa. Sama populernya dengan ungkapan, Gusti Allah ora sare atau Gusti
Allah tidak tidur. Yang pertama
berasal dari sabda Kanjeng Nabi Muhammad, sedangkan yang kedua berasal dari Al
Qur’an ayat Kursi. Karena hanya sekedar
singgah minum dalam suatu perjalanan
seorang musafir, maka waktu untuk singgah adalah pendek. Waktu yang
pendek ini harus digunakan sebaik-baiknya, serta diisi dengan kegiatan dan
hal-hal yang bermanfaat sebagai bekal demi sukses dan tercapainya maksud dan
tujuan perjalanan.
Manusia
akan bisa menghayati tujuan serta hakikat kehidupan apabila selalu ingat serta
menyatukan segala potensi dirinya, terutama karsa utamanya dengan Sang Maha
Pencipta. Manusia yang seperti itu akan selalu dijaga dan disayang Tuhan,
sehingga keinginan-keinginannya mudah
dikabulkan. Untuk bisa memahami tujuan serta hakikat hidup, tidaklah harus bisa
membaca dan menuliskan Kidung Kawedar ini, namun yang paling penting adalah
menyimpan di hati nuraninya pemahaman dan makna Kidung, dan selanjutnya, ini
justru yang terpenting, mengamalkan dalam kehidupan (bait 12 dan 13).
Bait
13 adalah bait yang banyak menggunakan kata-kata Jawa Kuno dan Jawa Tengahan
yang multi tafsir, misalkan muja semedi,
sasaji ing segara, dadya ngumbareku, hartati dan sekar jempina. Muja semedi
dalam kidung ini tidaklah berarti
bersemedi dalam pemahaman Syiwa – Buddha, melainkan mengingat dan berdoa
kepada Tuhan. Sedangkan yang dimaksud dengan sasaji ing segara adalah
menyiapkan diri sebelum memasuki arena kehidupan yang amat sangat luas yang
digambarkan dengan lautan.
Lautan
bagi orang Jawa adalah sesuatu yang tanpa batas, yang mampu menelan serta
menampung apa saja, mulai dari makhluk-makhluk yang hanya bisa dilihat dengan
mikroskop sampai dengan ikan paus dan kapal-kapal raksasa. Begitu pula lautan
kehidupan, bisa menampung hawa nafsu yang tak terbatas besarnya, termasuk
segala kebaikan dan keburukan.
Demikianlah,
meskipun Tuhan itu tidak nampak. Tetapi bila manusia bisa senantiasa ingat dan
berdoa kepada-Nya, sadar serta menyiapkan dirinya dengan baik dalam kehidupan
yang membentang luas, maka ia bisa menyatu dengan Tuhan, menyatukan hakikat
nyanyian kehidupannya ke dalam karsa yang utama. Dalam situasi seperti itu ia
bisa disebut bunga pengobatan, yang langsung bisa mengobati segala penyakit
kehidupannya, sehingga tidak akan pernah merasa sakit, tidak akan pernah merasa
susah dan menderita.
Bait
14 masih melanjutkan keutamaan-keutamaan yang diuraikan di bait 13. Manusia
memiliki pasangan setia, yang dalam kidung disebut penjari. Penulis masih belum bisa menemukan makna yang
tepat untuk kata penjari. Kata penjari atau panjari akan ditemukan lagi pada
bait 16. Ki Wiryapanitra menyebut penjari itu sebagai rahsa atau inti sari ruh.
Rahsa merupakan pasangan setia manusia, yang
senantiasa menyertai tatkala hidup maupun mati. Rahsa itu sempurna dan bisa
disebut pula sebagai sukma nan indah-mulia, yang luar biasa, yang istimewa,
yang muda dan tidak bisa menjadi tua, yang berupa cahaya dari cahaya yang
bersemayam di karsa utama manusia.
Rahsa
atau sirr juga berarti rahasia. Dalam kitab Wirid Hidayat Jati terbitan Dahara
Prize, rahsa diartikan sebagai rahasia. Pada wejangan ketiga halaman 20 – 21
disebutkan, “Sajatine manungsa iku
rahsaningsun. Lan Ingsun iki rahsaning manungsa. (Sesungguhnya manusia itu
adalah rahasia-Ku. Dan Aku ini rahasia manusia). Ini sesuai bunyi Surat Al
Israa ayat 85, “Dan mereka bertanya
kepadamu tentang ruh. Katakanlah, ‘ruh itu urusan Rab-ku, dan tidaklah kamu
diberi ilmu melainkan hanya sedikit’.
Maasyaa Allaah laa
quwwata illaa billaah.
2 Komentar:
matur agung tampiasih (bs lombok :terima ksh)... tulisan iku sangat bermanfaat, sbg bahan perbandingan anna kidung yang ada di gumi lombok..
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda