Senin, 16 November 2015

PAHAMKAH ANDA TENTANG MAKNA ZALIM : Seri Etika & Moral Kepemimpinan (9).





Kata zalim atau lalim sering kali kita ucapkan. Bahkan jika ada seseorang atau pihak yang menyakiti hati kita, membuat rugi atau menderita, dengan mudah kita mengatakan orang tersebut zalim. Tapi sungguhkan anda, kita semua, paham akan makna zalim?
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata lalim atau zalim itu luas maknanya. Ia bisa berarti bengis, kejam, tidak adil, sewenang-wenang, menindas atau juga tidak menaruh belas kasihan. Betapa pentingnya kata ini harus dipahami oleh umat manusia khususnya umat Islam, Gusti Allah Yang Maha Adil menuangkannya tidak kurang dalam 192 ayat Al Qur’an. Bandingkan dengan dua kata yang juga bermakna jelek seperti munafik dengan 28 ayat dan munkar dengan 15 ayat.

Meskipun demikian banyak lagi keras peringatan Allah Swt atas perbuatan zalim, masih saja banyak orang yang tetap berlaku zalim, bahkan jangan-jangan diri kita sendiri juga. Naudzubillah. Mari coba kita camkan beberapa peringatanNya, “ Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim (3:140)……Tempat kembali mereka adalah neraka dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim (3:151)….. Dan tidak ada bagi orang-orang zalim seorang penolongpun (3: 192…..Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat  di waktu orang-orang zalim dalam tekanan-tekanan sakaratul maut (6:93)…. Sesungguhnya orang-orang zalim itu tidak akan mendapat keberuntungan (6:135)….Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang zalim (7:41)…..Ingatlah, kutukan Allah ditimpakan atas orang-orang zalim (11:18).”  Sungguh mengerikan. Naudzubillah.

Karena itu wahai sahabatku terutama para pemimpin yang memperoleh amanah dari orang banyak, marilah kita saling mengingatkan dan saling menjaga agar kita tidak berlaku zalim seperti tidak adil, menahan hak orang lain misalkan hak karyawan atau hak teman yang ada dan diamanahkan pada kita, menyakiti atau menganiaya orang lain baik fisik maupun non fisik. Sebab tanpa mereka mendoakan buruk pada kita pun, Allah yang Tidak Pernah Tidur lagi Maha Adil, sudah akan  mengutuk kita. Apalagi jika orang yang kita zalimi tersebut mengadukan persoalannya kepada Allah, maka berlipatgandalah hukuman dan kutukan Allah kepada kita. Naudzubillah.

Meski Allah melarang kita mendoakan orang lain agar celaka, namun khusus terhadap orang-orang yang dizalimi Allah membolehkannya. Jadi saat seseorang dizalimi dan disakiti dan dia mendoakan orang yang menyakitinya agar ditimpa musibah, Allah akan mengabulkannya, sebagaimana firmanNya: " Allah tidak menyukai kata-kata jahat yang diucapkan dengan terus terang, kecuali dari orang yang teraniaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (4: 148).”

Sahabatku, oleh karena itu sikap adil harus tetap ditegakkan kepada siapa pun baik dia muslim, kafir ataupun orang jahat. Sebab doa orang yang teraniaya meski mereka itu kafir dan jahat, tetap dikabulkan oleh Allah Swt, sebagaimana hadis yang diriawayatkan oleh Mu’az: “Aku diutus oleh Rasulullah saw. lalu Beliau saw. bersabda:
‘Sesungguhnya engkau akan mendatangi sesuatu kaum dari ahli kitab, maka ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka telah patuh untuk melakukan itu, maka beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka salat lima waktu dalam setiap sehari semalam. Jika mereka telah patuh untuk melakukan itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka, kemudian diberikan kepada yang miskin. Jika mereka telah patuh untuk melakukan itu, jauhilah harta mereka. Peliharalah diri kalian dari doa orang yang terzalimi, karena sesungguhnya tidak ada penghalang antara doa tersebut dengan Allah.’ “ (Muttafaq 'alaih)

Sementara itu Abu Hurairah juga mengisahkan sabda Kanjeng Nabi : Ada tiga doa mustajab (dikabulkan) yang tidak ada keraguan di dalamnya, yaitu: doa orang yang teraniaya, doa musafir, dan doa buruk orang tua kepada anaknya. (HR Abu Daud dan al-Tirmizi)”.

Hal tersebut diperkuat oleh Anas yang mengungkapkan peringatan keras Rasulullah : "Hendaklah kamu waspada terhadap doa orang yang dizalimi sekalipun dia adalah orang kafir. Maka sesungguhnya tidak ada penghalang diantaranya untuk diterima oleh Allah." (Hadis riwayat Ahmad). Kemudian dipertegas lagi oleh kisah Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: "Doa orang yang dizalimi itu diterima sekalipun doa dari orang yang jahat. Kejahatannya itu memudaratkan dirinya dan tidak memberi kesan pada doa tadi." (Hadis hasan riwayat at-Tayalasi). Demikian pula dari Ibnu Umar r.a, Rasulullah saw mengingatkan : "Hendaklah kamu waspada terhadap doa orang yang dizalimi. Sesungguhnya doa itu akan naik ke langit amat pantas seumpama api marak ke udara." (Hadis riwayat Hakim - sanad sahih).

Seorang sahabat pernah bertanya tentang sahabat yang lain yang kehidupannya berkelimpahan dengan pesona dunia, padahal suka bermaksiat termasuk zalim sebagai abdi negara. Sahaya jawab itulah yang disebut istidraj. Maka kemudian sahaya kutipkan nasihat Baginda Rasul seperti yang diceritakan Ubah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu sebagai berikut: “Bila kamu melihat Allah memberi seorang hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad).
Selanjutnya Kanjeng Nabi membacakan firman Allah Swt: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)

Oleh sebab itu wahai sahabatku, dalam rangka kewaspadaan dan kehati-hatian,  marilah kita sering mawas diri dan bermuhasabah, apakah kita sudah sungguh-sungguh hidup bahagia, tenteram dan bersih dalam arti yang luas? Lebih-lebih jika pesona dunia datang bertubi-tubi, benarkah ini hadiah Allah, ujian ataukah justru istidraj? Jangan-jangan ada sesuatu dalam perjalanan hidup kita, ada sesuatu di dalam rezeki kita, yang tidak berkenan bagi Allah terutama yang terkait dengan perbuatan zalim. Adakah hak fakir miskin, yatim piatu dan orang lain yang kita tahan  bahkan kita rampas, kita tipu, kita curi? Adakah hak rakyat banyak yang kita korupsi sebagaimana dikecam oleh Kanjeng Nabi Muhammad Saw dalam seri tulisan no 5 yang lalu, yakni : “Sejahat-jahat penguasa adalah siapa yang melahap harta yang bukan haknya. Sebab, ia membuat rusaknya tata cara dan menjadi penyebab penderitaan, meluasnya kesulitan serta meratanya kesusahan.” 

Semoga kita dijauhkan dari perbuatan terkutuk itu. Aamiin. Berikutnya: Jenis-Jenis Kezaliman Penguasa.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda