Kata
zalim atau lalim sering kali kita ucapkan. Bahkan jika ada seseorang atau pihak
yang menyakiti hati kita, membuat rugi atau menderita, dengan mudah kita
mengatakan orang tersebut zalim. Tapi sungguhkan anda, kita semua, paham akan
makna zalim?
Di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata lalim atau zalim itu luas maknanya. Ia
bisa berarti bengis, kejam, tidak adil, sewenang-wenang, menindas atau juga
tidak menaruh belas kasihan. Betapa pentingnya kata ini harus dipahami oleh umat
manusia khususnya umat Islam, Gusti Allah Yang Maha Adil menuangkannya tidak
kurang dalam 192 ayat Al Qur’an. Bandingkan dengan dua kata yang juga bermakna
jelek seperti munafik dengan 28 ayat dan munkar dengan 15 ayat.
Meskipun
demikian banyak lagi keras peringatan Allah Swt atas perbuatan zalim, masih
saja banyak orang yang tetap berlaku zalim, bahkan jangan-jangan diri kita
sendiri juga. Naudzubillah. Mari coba kita camkan beberapa peringatanNya, “ Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim
(3:140)……Tempat kembali mereka adalah neraka dan itulah seburuk-buruk tempat
tinggal orang-orang yang zalim (3:151)….. Dan tidak ada bagi orang-orang zalim
seorang penolongpun (3: 192…..Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang zalim dalam tekanan-tekanan
sakaratul maut (6:93)…. Sesungguhnya orang-orang zalim itu tidak akan mendapat
keberuntungan (6:135)….Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang zalim (7:41)…..Ingatlah,
kutukan Allah ditimpakan atas orang-orang zalim (11:18).” Sungguh
mengerikan. Naudzubillah.
Karena
itu wahai sahabatku terutama para pemimpin yang memperoleh amanah dari orang
banyak, marilah kita saling mengingatkan dan saling menjaga agar kita tidak
berlaku zalim seperti tidak adil, menahan hak orang lain misalkan hak karyawan
atau hak teman yang ada dan diamanahkan pada kita, menyakiti atau menganiaya
orang lain baik fisik maupun non fisik. Sebab tanpa mereka mendoakan buruk pada
kita pun, Allah yang Tidak Pernah Tidur lagi Maha Adil, sudah akan mengutuk kita. Apalagi jika orang yang kita
zalimi tersebut mengadukan persoalannya kepada Allah, maka berlipatgandalah
hukuman dan kutukan Allah kepada kita. Naudzubillah.
Meski Allah melarang kita mendoakan
orang lain agar celaka, namun khusus terhadap orang-orang yang dizalimi Allah
membolehkannya. Jadi saat seseorang dizalimi dan disakiti dan dia mendoakan
orang yang menyakitinya agar ditimpa musibah, Allah akan mengabulkannya,
sebagaimana firmanNya: " Allah tidak menyukai kata-kata jahat
yang diucapkan dengan terus terang, kecuali dari orang yang teraniaya. Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (4: 148).”
Sahabatku, oleh karena itu sikap
adil harus tetap ditegakkan kepada siapa pun baik dia muslim, kafir ataupun
orang jahat. Sebab doa orang yang teraniaya meski mereka itu kafir dan jahat,
tetap dikabulkan oleh Allah Swt, sebagaimana hadis yang diriawayatkan oleh
Mu’az: “Aku diutus oleh Rasulullah saw. lalu Beliau saw.
bersabda:
‘Sesungguhnya
engkau akan mendatangi sesuatu kaum dari ahli kitab, maka ajaklah mereka untuk
bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah.
Jika mereka telah patuh untuk melakukan itu, maka beritahukanlah bahwa Allah
telah mewajibkan atas mereka salat lima waktu dalam setiap sehari semalam. Jika
mereka telah patuh untuk melakukan itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa
Allah mewajibkan atas mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara
mereka, kemudian diberikan kepada yang miskin. Jika mereka telah patuh untuk
melakukan itu, jauhilah harta mereka. Peliharalah diri kalian dari doa orang
yang terzalimi, karena sesungguhnya tidak ada penghalang antara doa tersebut
dengan Allah.’ “ (Muttafaq 'alaih)
Sementara itu Abu Hurairah juga
mengisahkan sabda Kanjeng Nabi : “Ada tiga doa mustajab (dikabulkan) yang tidak
ada keraguan di dalamnya, yaitu: doa orang yang teraniaya, doa musafir, dan doa
buruk orang tua kepada anaknya. (HR Abu Daud dan al-Tirmizi)”.
Hal tersebut diperkuat oleh Anas
yang mengungkapkan peringatan keras Rasulullah : "Hendaklah kamu waspada
terhadap doa orang yang dizalimi sekalipun dia adalah orang kafir. Maka
sesungguhnya tidak ada penghalang diantaranya untuk diterima oleh Allah." (Hadis
riwayat Ahmad). Kemudian
dipertegas lagi oleh kisah Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: "Doa
orang yang dizalimi itu diterima sekalipun doa dari orang yang jahat.
Kejahatannya itu memudaratkan dirinya dan tidak memberi kesan pada doa
tadi." (Hadis hasan riwayat at-Tayalasi). Demikian pula dari Ibnu Umar r.a,
Rasulullah saw mengingatkan : "Hendaklah kamu waspada terhadap doa
orang yang dizalimi. Sesungguhnya doa itu akan naik ke langit amat pantas
seumpama api marak ke udara." (Hadis riwayat Hakim - sanad sahih).
Seorang
sahabat pernah bertanya tentang sahabat yang lain yang kehidupannya
berkelimpahan dengan pesona dunia, padahal suka bermaksiat termasuk zalim
sebagai abdi negara. Sahaya jawab itulah yang disebut istidraj. Maka kemudian
sahaya kutipkan nasihat Baginda Rasul seperti yang diceritakan Ubah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu
sebagai berikut: “Bila kamu melihat Allah memberi seorang hamba dari
(perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan
kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa
nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad).
Selanjutnya Kanjeng Nabi
membacakan firman Allah Swt: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang
telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan
untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah
diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka
ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)
Oleh
sebab itu wahai sahabatku, dalam rangka kewaspadaan dan kehati-hatian, marilah kita sering mawas diri dan
bermuhasabah, apakah kita sudah sungguh-sungguh hidup bahagia, tenteram dan
bersih dalam arti yang luas? Lebih-lebih jika pesona dunia datang bertubi-tubi,
benarkah ini hadiah Allah, ujian ataukah justru istidraj? Jangan-jangan ada
sesuatu dalam perjalanan hidup kita, ada sesuatu di dalam rezeki kita, yang
tidak berkenan bagi Allah terutama yang terkait dengan perbuatan zalim. Adakah
hak fakir miskin, yatim piatu dan orang lain yang kita tahan bahkan kita rampas, kita tipu, kita curi?
Adakah hak rakyat banyak yang kita korupsi sebagaimana dikecam oleh Kanjeng
Nabi Muhammad Saw dalam seri tulisan no 5 yang lalu, yakni : “Sejahat-jahat penguasa adalah siapa yang
melahap harta yang bukan haknya. Sebab, ia membuat rusaknya tata cara dan
menjadi penyebab penderitaan, meluasnya kesulitan serta meratanya
kesusahan.”
Semoga
kita dijauhkan dari perbuatan terkutuk itu. Aamiin. Berikutnya: Jenis-Jenis Kezaliman Penguasa.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda