Nasihat Ulama Sepuh Kyai Ali Yafie Terhadap Demo Umat Islam 212.
Teguh, Istiqomah.
Sami’na wa atho’na,
yang berarti kami dengar dan kami taat, adalah sikap hormat dan patuh yang
diajarkan di dalam Islam kepada seorang muslim untuk hormat dan patuh pada
ulama. Ungkapan kepatuhan itu berasal dari ayat suci Al Qur’an surat Al Baqarah
ayat 285.
Perihal ulama,
Junjungan Kanjeng Nabi Muhammad Saw. dalam hadis yang sangat termasyhur, yang
diriwayatkan oleh Abdu Dawud, bersabda, “Ulama adalah pewaris Nabi.”
Berdasarkan adab mulia
yang diajarkan Al Qur’an dan hadis itu, saya mempunyai kebiasaan jika
menghadapi keadaan yang besar dan luas pengaruhnya di masyarakat, memohon
nasihat serta petunjuk dari ulama yang sudah sangat sepuh dan saya percaya
sudah bisa menjalani “topo ngrame”, yaitu Prof.K.H.Ali Yafie.
Kali ini saya memohon
nasihat bagaimana menyikapi “Demo Super
Damai 212” ( Jumat 2 Desember 2016 di lapangan Monas Jakarta.
Kalimat pertama yang
keluar dari beliau adalah, “Ya, Zaman Edan. Seperti yang sudah kita bicarakan dan
bahas dalam buku Zaman Edan kita.” Maksudnya adalah buku BERTASAWUF DI ZAMAN
EDAN, yang diluncurkan pada Selasa tanggal 22 Safar 1438 H (22 November 2016),
menandai acara Tasyakur 93 tahun hitungan kalender Hijriah usia beliau.
“Jadi harus bagaimana Puang
Kyai?”
“Teguh, istiqomah.
Jalan terus. Ingat hadis yang saya kutip untuk catatan buku Zaman Edan
tersebut. Itu hadis dan bukan ucapan saya.”
"Bacaan dzikir apa yang paling tepat untuk dilantunkan dan dipanjatkan dalam situasi yang jungkir balik ini?"
"Berserah diri sepenuh hati kepada Allah Yang Mahapenolong, yaitu hasbunallah wa ni'mal wakil. Cukuplah Allah yang menjadi penolong kita." Demikian penegasan dan nasihat beliau.
Agar kita bisa memahami
lebih lengkap nasihatnya, berikut ini saya kutipkan catatan Prof.K.H.Ali Yafie
yang menjadi halaman pertama, yang langsung kita jumpai apabila membuka sampul
depan buku BERTASAWUF DI ZAMAN EDAN, sebagai berikut:
“Kita mengenal istilah populer
Zaman Edan dari syair Pujangga Ronggowarsito.
Namun sebelumnya salah satu ulama dari
Walisongo, yaitu Sunan Kalijogo
juga sudah mengajarkan bagaimana
jika kita menghadapi suasana
kehidupan dengan tata nilai “jungkir balik” seperti
Zaman Edan. Sesungguhnya keadaan
yang seperti itu
pun sudah diingatkan dan digambarkan
oleh Nabi Muhammad Saw.
Kitab Mukhtarul Ahadist an-Nabawiyah karya
Assayid Ahmad al-Hasyimi mengungkapkan hal
tersebut antara lain:
“Kelak akan datang banyak
sekali fitnah. Pada waktu
itu orang yang duduk lebih baik dari orang yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik dari orang yang berjalan,
serta orang yang berjalan
lebih baik dari orang yang berlari”.
Hadis lain menyebutkan, Rasulullah bersabda:
“ Nanti pada suatu masa akan tampil pemimpin-pemimpin yang menguasai harta
benda kamu, mereka akan berbicara dengan kalian dan membohongi kalian, mereka
bekerja tetapi mencela pekerjaan itu, tidak akan senang pada kalian sampai kalian menganggap baik
keburukannya, dan membenarkan kebohongannya. Maka berikanlah kepada mereka apa
maunya, dan kalau mereka itu melampaui batas maka siapa saja yang terbunuh
dalam keadaan seperti itu dia akan mati sahid.”
Mengapa dunia ini
bisa kacau? Karena terlalu
banyak orang yang tidak tahu
diri, tidak tahu menempatkan
diri dan tidak bisa membawa
diri. Dalam dunia Tasawuf sering
diungkapkan “man arafa nafsahu faqad arafa rabahu”
(siapa saja
yang mengetahui dirinya
maka akan mengetahui Tuhannya).
Ada dua rumus untuk memahami
siapa kita.
Pertama, manusia
adalah makhluk
yang cerdas karenanya
manusia itu adalah makhluk yang
diberikan derajat yang mulia
dan tinggi (terhormat), (QS al-Isra
[17]: 70). Jika ada manusia
yang berbuat tidak terhormat
maka orang itu mengingkari
hakikat dirinya atau
manusia yang tidak tahu diri. Kedua, manusia
adalah makhluk sosial yang
beradab, dia senantiasa membutuhkan orang lain
dan di sisi yang lain tidak boleh memandang
remeh orang lain.”
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda