40 Anugerah Kemuliaan
Bagi Orang Yang Taat
Bait 33 :
Papayone godhong dhukut langit,
tali barat kumendhung ing tawang,
tinundha tan katon mangke,
arajeg gunung sewu,
jala sutra ing luhur mami,
kabeh padha rumeksa,
angadhangi mungsuh,
anulak panggawe ala,
lara roga sumingkir kalangkung tebih,
luput kang wisaguna.
Artiya :
Beratap daun rumput langit,
hembusan angit Barat membentuk awan
di angkasa,
disusun tiada nampak,
berpagar gunung seribu,
dinauingi jala sutera,
semua ikut menjaga,
menghadang musuh,
menolak perbuatan buruk,
segala penderitaan dan penyakit
menyingkir jauh,
terhindar dari racun dan guna-guna.
Bait 34 :
Gunung sewu dadya pager mami,
katon murub kang samya tumingal,
sakeh lara sirna kabeh,
luputing tuju teluh,
teragnyana tenung jalengki,
bubar ambyar suminggah,
Sri Sadana lulut,
punika sih rahmatullah,
rahmat jati jumeneng
wali jasmani,
iya sang Jati Mulya.
Artinya :
Gunung Seribu memagari saya,
tampak menyala apa yang kelihatan,
semua penyakit lenyap,
semua guna-guna meleset,
semua jenis hantu dan guna-guna,
bubar berantakan menyingkir,
rejeki menjadi lancar (Sri Sadana
adalah sepasang Dewa pengatur rejeki, dalam hal ini simbol rejeki),
itu berkat kasih sayang dan rahmat
Allah,
rahmat sejati yang menjaga jasmani,
yakni kemuliaan sejati.
Bait 35 :
Ingaranan rara Subaningsih,
kang tumingal samya sih sadaya,
kedhep saparipolahe,
keh lara sirna larut,
tan tumama ing awak mami,
kang sangar dadi tawar,
kang gething sih lulut,
saking dhawuh sipat rahman,
iya rahmat rahayu pengreksaneki,
sarana ngangge methak.
Artinya :
Disebut Rara Subaningsih
(melambangkan datangnya rasa kasih sayang), semua yang melihat jatuh hati,
diperhatikan tingkah lakunya,
semua penyakit sirna larut,
karena tubuh menjadi kebal,
yang sangar (angker) menjadi tawar,
yang benci menjadi sayang,
berkat sifat Pengasih-Nya,
yaitu diselimuti rahmat dan
keselamatan,
yang bisa diperoleh dengan menjalani
puasa mutih.
Bait 36 :
Yen lumampah kang mulat awingwing,
singa barong pan padha rumeksa,
gajah meta neng wurine,
macan gembong ing ngayun,
naga raja ing kanan kering,
sing amulat jrih tresna,
marang awakingsun,
jim setan lawan manungsa,
padha kedhep teluh lawan hantu bumi,
ajrih lumayu ngintar.
Artinya :
Apabila berjalan (bepergian) yang
melihat mengelu-elukan,
singa buas ikut mengawal,
gajah nan perkasa di belakangnya,
raja harimau di depan,
raja naga di kiri kanan,
yang melihat jadi segan dan sayang,
kepada diri hamba,
jin setan serta manusia,
pada segan (,) juga orang-orang yang
biasa menggunakan guna-guna serta para hantu bumi,
takut lari pontang-panting.
Bait 37 :
Yen sinimpen tawa barang kalir,
upas bruwang racun banjur sirna,
temah kalis sabarang reh,
jemparing towok putung,
pan angleyang tumibeng siti,
miwah saliring braja,
tan tumama mring sun,
cendhak cupet dawa tuna,
miwah sambang setan tenung padha bali,
kedhep wedi maring wang.
Artinya :
Yang menghayati ini mampu
menetralkan segala keburukan,
bisa (racun binatang) beruang dan semua
jenis racun sirna,
sehingga terhindar dari semua maksud
buruk,
busur panah patah,
anak panahnya melayang jatuh sia-sia
ke bumi,
juga segala macam senjata,
tiada yang bisa mencederaiku,
yang jenis pendek tidak sampai (,)
yang panjang sia-sia,
serta roh jahat (,) setan dan
guna-guna berbalik,
segan takut terhadap saya.
Bait 33 sampai dengan 37 ini kembali
mengemukakan berbagai faedah yang dianugerahkan Gusti Allah kepada siapa yang
menghayati hakikat Kidung Kawedar, terutama faedah dan keutamaan menghadapi
aneka ancaman serta bahaya yang lazim timbul pada masa itu. Sesuatu faedah dan
ancaman terasa diulang-ulang dari satu bait ke bait lainnya. Hal itu wajar pada
suatu kitab tembang puisi seperti ini. Apalagi bila masalah yang dibahas memang
merupakan masalah penting untuk zamannya. Bahkan Al Qur’an pun mengulang-ulang
beberapa masalah yang sama.
Keutamaan-keutamaan dilukiskan dalam
tamzil alam, binatang dan adat kebiasaan secara indah. Melambangkan dukungan
alam semesta kepada umat yang telah menganut agama baru, yang memperoleh rahmat
dari Gusti Allah. Sementara kepercayaan masyarakat terhadap Dewi Sri dan Dewa
Sadana yang dianggap sebagai sepasang dewa pengatur rejeki manusia, tidak serta
merta dicela dan dibuang, melainkan diturunkan derajatnya di bawah Allah swt.
dan namanya hanya dipakai sekedar sebagai perlambang rejeki saja.
Ulama Besar Imam Al Ghazali yang
lahir tahun 1058 dan wafat 1111, dalam kitab tasawufnya yang tersohor yaitu Minhajul ‘Abidin atau Menuju Mukmin Sejati menulis, orang yang
senantiasa taat kepada Allah swt. dan Rasulullah saw. akan selamat dari godaan
pesona dunia dan dimasukkan dalam golongan ahli surga. Mereka dikasihi dan
disayang Allah, dan oleh karena itu bisa disebut sebagai aulia atau wali atau
kekasih Allah, yang jika memiliki keinginan apa saja akan selalu dikabulkan. Apa
yang dikehendaki akan terjadi, karena orang seperti itu selalu senang hati
menerima segala ketentuan Allah. Daratan, lautan dan seisi bumi bagi mereka
hanyalah setapak, yang ditundukkan oleh Allah kepadanya.
Begitu pula jin, manusia, binatang,
semua ditaklukkan oleh Allah swt untuk para wali. Ingin apa saja, para wali
yang sudah tidak berminat pada pesona dunia itu, akan terlaksana. Namun
demikian mereka tidak pernah menginginkan apa-apa bagi dirinya kecuali yang
dikehendaki Allah.
Menurut Al Ghazali, ada empat puluh
(40) jenis anugerah kemuliaan atau keutamaan yang dianugerahkan Allah kepada orang-orang
muslim yang selalu taat dan berkhidmat kepada-Nya. Dua puluh merupakan anugerah
di dunia sedangkan yang dua puluh lagi anugerah di akhirat.
Kedua puluh kemuliaan atau keutamaan
yang bisa diperoleh di dunia ialah:
1. Diingat
dan dipuji Allah Yang Maha Mulia.
2. Diterima,
disyukuri dan diagungkan oleh Allah Nan Maha Penyayang.
3. Dicintai
Allah Yang Maha Pengasih. Ini sungguh luar biasa. Betapa tidak. Dicintai oleh
Bupati, Gubernur, Direktur, Menteri atau konglomerat saja banyak yang senang
karena bisa sering memperoleh hadiah serta kemudahan-kemudahan. Apalagi
dicintai Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Kaya.
4. Allah
Yang Maha Pemberi Keputusan menjadi wakilnya dalam semua urusan. Maksudnya semua
urusannya dibantu Allah untuk menye-lesaikannya.
5. Allah
Yang Maha Kaya menanggung rejekinya. Ia memperoleh limpahan rejeki dari Allah
dari satu keadaan ke keadaan yang lain tanpa susah payah dan tanpa berakibat
buruk.
6. Allah
Yang Maha Kuat lagi Maha Gagah Perkasa menolongnya dalam menghadapi setiap musuh,
serta menghindarkannya dari setiap orang yang bermaksud jahat kepadanya.
7. Allah
Yang Maha Memelihara menenteramkan hatinya.
8. Dianugerahi
derajat yang mulia dan tidak tertarik sama sekali dengan pesona dunia termasuk
kepada para penguasa. Bahkan ia menjauhi semua itu karena tidak merasa perlu.
9. Himmah
atau tekad dan cita-citanya diangkat oleh Allah Nan Maha Tinggi jauh ke atas,
tinggi lagi mulia, sehingga sikapnya terhadap pesona dunia bagaikan orang
dewasa yang tidak lagi menggemari pemainan anak-anak.
10. Dianugerahi
kekayaan hati, sehingga selalu merasa
puas dengan urusan dunianya dan tidak pernah tergoda germelapnya harta benda
dan pesona dunia lainnya.
11. Hatinya
bersih, sehingga mudah menerima berbagai macam ilmu, rahasia-rahasia dan
hikmah-hikmah.
12. Dilapangkan
dadanya, sehingga tidak merasa sempit atau kesal terhadap berbagai cobaan hidup
dan musibah, juga dari gangguan dan perbuatan jahat yang ditujukan kepadanya.
13. Disegani
dan dihormati orang lain.
14. Orang
lain mudah jatuh hati kepadanya.
15. Perilaku
dan perkataannya diberkahi, bahkan bekas dan jejak perbuatannya.
16. Bumi,
daratan dan lautan ditaklukkan untuknya, sehingga bisa disebut mampu melipat
bumi, berjalan di udara atau pun di atas air.
17. Hewan-hewan
termasuk yang buas sekali pun ditaklukkan untuknya.
18. Memperoleh
kunci perbendaharaan bumi, sehingga bumi bisa mengeluarkan hasil bumi serta
sumber daya alam atas kehendaknya.
19. Dianugerahi
pengaruh bagi orang lain untuk berkhitmad kepada Allah Maha Raja di Raja
melalui diri dan bimbingannya.
20. Doanya
selalu diijabahi, dikabulkan oleh Allah Yang Memiliki Segala Keagungan.
Adapun dua puluh anugerah di akhirat
adalah:
1. Diringankan
dan dimudahkan sakaratul mautnya.
2. Senantiasa
dalam makrifat dan iman kepada Allah Yang Maha Agung.
3. Dilimpahi
kesenangan, wewangian, dan ketenteraman.
4. Kekal
di surga, senantiasa berdekatan dengan
Allah Yang Menguasai Hari Kemudian.
5. Di
alam gaib, perjalanan ruhnya diiringi dengan kehormatan, sedangkan jazadnya di
dunia dihormati serta diagungkan banyak orang.
6. Aman
dari pertanyaan kubur dan ditakdirkan menjawab dengan benar sehingga aman dari
siksa kubur.
7. Diluaskan
serta diterangi alam kuburnya, sehingga ia menjadi berada di taman surga sampai
hari kiamat.
8. Jiwanya
tenang lagi tenteram di hadapan Allah Yang Maha Adil.
9. Dibangkitkan
dari kubur serta dikumpulkan di padang mahsyar dalam keadaan mulia penuh
penghormatan.
10. Pada
hari kiamat, paras wajahnya bersih bercahaya.
11. Aman
dari hura-hara atau siksa kiamat.
12. Menerima
catatan amal dari sebelah kanan, sebagai tanda keselamatan. Bahkan ada yang
sama sekali tidak menerima lantaran
tidak akan dihisab.
13. Sekalipun
dihisab, maka hisabannya diringankan.
14. Timbangan
kebaikannya berat, bahkan ada yang tidak ditimbang sama sekali.
15. Menghadap
Rasulullah saw. di telaga beliau dan dianugerahi minum air telaga tersebut.
Mengenai telaga Rasulullah ini, ini
banyak hadis yang menjelaskan yang mencapai derajat mutawatir
(diriwayatkan dari banyak jalan sehingga tidak mungkin diingkari kebenarannya).
Di antara perkara yang wajib diimani terkait dengan iman kepada pada hari akhir
adalah keberadaan al-haudh (telaga) Kanjeng Nabi Muhammad, sebagai
kemuliaan yang Gusti Allah berikan kepada beliau. Diriwayatkan, pada hari
kiamat nanti orang-orang yang beriman yang mengikuti petunjuk beliau sewaktu di
dunia akan mendatangi dan meminum air telaga yang penuh kemuliaan tersebut.
Menurut Imam Ahmad bin Hambal, “Termasuk landasan pokok Islam adalah
kewajiban mengimani (keberadaan) telaga milik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada
hari kiamat, yang nanti akan didatangi oleh umat beliau sebagaimana yang disebutkan
dalam banyak hadits yang shahih.”
Imam Abu Ja’far ath-Thahawi berkata,
“Al-Haudh
(telaga) yang dengannya Allah Ta’ala
memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, untuk diminum (airnya) oleh umat beliau (pada hari kiamat
nanti) adalah suatu yang benar adanya”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ketika
menjelaskan perkara-perkara yang wajib diimani pada hari kiamat, beliau berkata
“Pada hari kiamat (ada) telaga Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang akan didatangi (oleh umat beliau)…barangsiapa yang meminum (air) telaga
tersebut maka dia tidak akan merasakan haus lagi selamanya.”
Imam Nawawi mencantumkan
hadits-hadits dalam “Shahih Imam Muslim” yang menyebutkan tentang telaga Kanjeng
Nabi dalam bab, “Penetapan (keberadaan) telaga Nabi kita (Muhammad) pada hari
kiamat nanti.”
16. Bisa
meniti jembatan shirathal mustaqim atau “titian rambut di belah tujuh”,
sehingga selamat dari neraka jahanam.
17. Dianugerahi
untuk memberikan syafa’at kepada orang lain di padang mahsyar.
18. Dianugerahi
kerajaan abadi di surga.
19. Memperoleh
keridhoan yang agung dari Allah Yang Maha Agung.
20. Diperkenankan
menghadap Gusti Allah, Tuhan seru
sekalian alam.
Demikianlah gambaran 40 kemuliaan
atau karomah yang dianugerahkan oleh Gusti Allah Yang Maha Agung kepada
hamba-hamba yang dikasihi-Nya, yang dihimpun oleh ulama agung Al Ghazali, yang
memperoleh julukan Sang Pembela Akidah Islam, berdasarkan pengamatan dan
pengalaman dari ulama-ulama di seluruh dunia di sepanjang zaman.
Jika kita dicermati, berbagai
kemuliaan yang dinyatakan Kidung Kawedar sudah termasuk dalam 40 kemuliaan yang
digambarkan Al Ghazali tersebut.
Semoga kita memperoleh anugerah di
masukkan ke dalam golongan para hamba-Nya yang seperti itu.
Allahumma aamiin.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda