Selasa, 09 Desember 2014

EMPAT MALAIKAT PENDAMPING MANUSIA : Seri Tafsir Kidung Rumekso Ing Wengi Sunan Kalijaga (10)



Empat Malaikat Pendamping Manusia

Bait 29 :     
      
Jabarail ingkang animbangi,
milanira katetepan iman,
pan dadya kandel atine,
Ngijraile puniku,
kang rumeksa ing ati suci,
Israpil dadi damar,
madhangi jro kalbu,
Mikail kang asung sandhang,
lawan pangan tinekan ingkang kinapti,
sabar lawan narima.

Artinya :

Malaikat Jibril yang mendampingi,
sehingga dianugerahi kekuatan iman,
sampai tebal keyakinannya,
Malaikat Izrail itu,
menjaga kesucian hati,
Malaikat Israfil menjadi penyuluh,
yang menerangi kalbu,
Malaikat Mikail mencukupi sandhang,
serta pangan sehingga memenuhi kebutuhan,  
sabar dan ikhlas menerima keadaan.

Bait ini bagi masyarakat Jawa pada masa itu tentu merupakan sesuatu hal yang baru dan asing sama sekali. Makhluk gaib yang mereka kenal sebelumnya adalah roh-roh leluhur, roh-roh gaib penunggu gunung-batu-pepohonan-sungai-tempat serta benda-benda keramat. Sedangkan sesem-bahan yang sangat dimuliakan adalah para dewa atau batara terutama Batara Syiwa, Batara Wisnu, Batara Brama dan sepasang dewa yang bertugas membagai rejeki kepada umat manusia. Nama dewa pembagi rejeki tersebut sangat akrab bagi masyarakat, lantaran dianggap bersentuhan langsung dengan kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka adalah Dewi Sri dan Dewa Sadana, yang kemudian disebut sebagai satu nama saja yaitu Dewa Sri Sadana.

Kepada masyarakat, Kidung Kawedar atau Kidung Rumekso Ing Wengi memperkenalkan sesembahan baru yang memiliki pasukan gaib terdiri dari para roh suci yang disebut malaikat. Malaikat menurut hadis Kanjeng Nabi Muhammad saw. yang bersumber dari Aisyah, diciptakan dari nur atau cahaya. Di dalam Kitab Suci Al Qur’an, masalah malaikat dibahas tidak kurang dalam 136 ayat, yang secara garis besar menyatakan bahwa malaikat adalah hamba yang dimuliakan Allah, tidak sombong, patuh melaksanakan perintah Gusti Allah, melarang perbuatan maksiat dan membacakan wahyu Allah.

Malaikat juga bertugas menjadi utusan Allah kepada hamba yang dikehendaki-Nya, namun demikian mereka bukanlah nabi atau pun rasul. Malaikat bertugas sebagai kawan, penjaga dan pembantu manusia yang ikut mendoakan dan memohonkan ampunan-Nya. Malaikat senantiasa bertasbih kepada Allah serta bershalawat untuk Kanjeng Nabi Muhammad.

Di samping mengilhami manusia untuk berbuat baik sekaligus sebagai saksi dan mencatat amal perbuatan manusia, malaikat juga menyiksa serta melaksanakan hukuman Allah kepada manusia. Malaikat mencabut nyawa manusia, menjaga neraka dan menyiksa penghuninya. Sementara itu ada pula yang bertugas menjaga surga.

Jumlah malaikat tak terbilang banyaknya. Dari hadis yang meriwayatkan perjalanan Isra’ Mi’raj Baginda Rasul saja, diketahui setiap hari ada 70.000 malaikat yang masuk untuk berthawaf di Baitul Makmur di langit ke tujuh, yang sekali masuk tidak keluar lagi.

Nama-nama malaikat yang secara khusus di sebut di dalam Al Qur’an adalah Jibril (Al Baqarah 2:97 – 98 dan At Tahrim 66:4), Mikail (Al Baqarah 2:98) dan Malik (Az Zukhruf 43:77). Sedangkan yang disebut dalam hadis adalah Israfil, Munkar, Nakir dan Ridwan. Di samping itu ada satu lagi yang disebut di dalam Qur’an dan hadis, namun selalu dikaitkan dengan syaitan, yaitu Qarin yang berarti pendamping atau penyerta (Az Zukhruf 43: 36).

Hadis mengenai Qarin dicatat oleh Imam Ahmad dan Imam Muslim, Nabi Muhammad bersabda kepada Abdullah Mas’ud, "Setiap kamu ada Qarin daripada bangsa jin, dan juga Qarin daripada bangsa malaikat. Sahabat bertanya: ‘Engkau juga Ya Rasulullah.’ Sabdanya: ‘Ya aku juga ada, tetapi Allah telah membantuku sehingga Qarin itu dapat kuislamkan dan hanya menyuruh aku dalam hal kebajikan saja’ ”.

Hadis lain mengenai Qarin dikisahkan oleh Aisyah r.a. pada suatu malam Rasulullah Saw. keluar dari rumahnya (Aisyah), Aisyah berkata: “Aku merasa cemburu.’ Tiba-tiba Baginda balik bertanya, ‘Wahai Aisyah mengapa engkau cemburu?’ Aku menjawab, ‘Bagaimana aku tidak cemburu terhadap orang seperti engkau ya Rasulullah?’ Balas Baginda, ‘Apakah engkau telah dikuasai oleh syaitanmu?’ Aku bertanya lagi, ‘Apakah padaku ada syaitan?’ Kata Kanjeng Nabi, ‘Setiap insan ada syaitannya, yaitu Qarin.’ Aku kembali bertanya, ‘Apakah padamu pun ada syaitannya, ya Rasulullah?’ Jawab Beliau, ‘Ya, tetapi Allah membantuku sehingga Qarinku telah masuk Islam.’ ” (Hadis riwayat Muslim).

Dari uraian-uraian tersebut nampaknya qarin bukanlah nama, melainkan sebutan untuk makhluk gaib yang selalu menyertai manusia, baik yang berupa malaikat yang mengajak kepada kebaikan maupun jin dari golongan syaitan yang mengajak pada kemungkaran.

Pengetahuan tentang malaikat ini penting di dalam Islam karena merupakan salah satu dari enam Rukun Iman, yaitu: 1. Iman kepada Allah; 2. Iman kepada Malaikat; 3. Iman kepada Kitab Suci Allah; 4. Iman kepada para Rasul; 5. Iman kepada hari kiamat dan 6. Iman kepada qada dan qadar, yaitu takdir baik dan buruk.

Mengingat peranannya sebagai rukun iman yang kedua, banyak para ulama termasuk sahabat-sahabat Rasulullah yang mendalami perihal malaikat ini. Namun dari berbagai riwayat, tidak dijumpai nama-nama khusus kecuali yang tersebut di dalam Al Qur’an dan hadis. Kepada malaikat yang tidak memiliki nama khusus itu diberi sebutan sesuai dengan tugasnya. Adapun nama malaikat Izrail yang disebut dalam Kidung bait 29 tadi, yang juga dikenal sebagai malaikat maut atau pencabut nyawa, tidak diketemukan sumbernya baik dalam Al Qur’an maupun hadis. Oleh sejumlah ulama, nama itu diduga berasal dari riwayat-riwayat yang termasuk kategori Israiliyat yang menyesatkan. Di dalam Al Qur’an, malaikat pencabut nyawa hanya disebutkan uraian tugasnya saja (Al An’am 06: 61, 93, Al A’raaf 07:37 dan An Naazi’aat 79:01-02).

Berdasarkan Al Qur’an dan hadis, nama-nama serta sebutan malaikat berdasarkan tugasnya antara lain ialah: (1).Jibril sebagai pemimpin para malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu kepada para nabi dan rasul. (2).Mikail, pembagi rejeki kepada seluruh makhluk. (3).Israfil, peniup sangkakala pada hari kiamat. (4) Munkar dan Nakir, pemeriksa amal manusia di alam barzah. (5). Para Malaikat Maut yang terdiri dari 2 jenis yaitu para pencabut dengan keras dan pencabut dengan lembut. (6). Malaikat Penjaga Surga. (7).Malik, pemimpin malaikat Zabaniah dan penjaga neraka. (8) Malaikat Zabaniah, yaitu 19 malaikat penyiksa dalam neraka. (9). Harut dan Marut yaitu dua malaikat yang turun di negeri Babil. (10).Malaikat di sekitar Arasy, yaitu delapan malaikat  pembawa arasy yang terdiri dari empat malaikat sekarang ditambah empat lagi kelak di hari kiamat, serta para malaikat yang melingkari arasy sambal bertasbih. (11). Malaikat Hafazhah atau para penjaga yang terdiri dari Kiraman Katibin, yaitu yang mencatat perbuatan mulia dan menjadi saksi di peradilan akhirat, serta Malaikat Mu’aqqibat, yaitu yang selalu menjaga manusia secara silih berganti sampai ajal menjemput. (12). Malaikat Qarin yang tadi sudah dibahas. (13). Malaikat Arham yang meniupkan ruh ke janin pada masa kehamilan empat bulan. (14). Malaikat Jundallah, para malaikat perang yang membantu Nabi dalam peperangan. (15). Malaikat Ar Ra’d, atau malaikat petir yang bertugas mengatur awan dan hujan. (16). Malaikat Penjaga Matahari. (17). Malaikat Penjaga Gunung sebagaimana kisah yang dialami Kanjeng Nabi Muhammad tatkala mengalami perlawanan besar pada awal kenabiannya, sampai beliau hampir putus asa sehingga didatangi malaikat Jibril dan malaikat Penjaga Gunung, yang menyampaikan pesan Allah untuk membantu Rasulullah melakukan apa saja yang beliau inginkan, termasuk bila perlu menimpakan dua gunung kepada lawan-lawannya. Dalam kisah ini Rasullah mengatakan, “Tidak! Tetapi saya menginginkan agar Allah membiarkan mereka melahirkan anak-anak yang akan menyembah Allah saja, dan tak kan menyembah selain kepada-Nya.” (Hadis Riwayat Bukhari).

Di samping itu masih tak terhitung lagi jumlah malaikat yang bertugas baik di dunia maupun di akhirat.  Ada pun empat malaikat yang disebut dalam bait 29 Kidung ini, yang tidak tepat betul dengan sumber rujukan Qur’an dan hadis, pada hemat penafsir  tidak perlu dimasalahkan, tetapi cukup dipahami saja. Pada abad 15 – 16 itu, budaya tulis dan cetak di Nusantara masih jauh terkebelakang. Sejumlah naskah tua ditemukan ditulis di atas media rontal (daun tal), bambu, rotan, daun nipah, labu hutan, tanduk, kulit kayu, tulang, kulit binatang dan belakangan di atas dluwang (kertas), kertas eropa, kain dan lain-lain. yang hanya bisa dilakukan serta dimiliki oleh orang-orang tertentu, dan tidak oleh orang kebanyakan. Sejumlah ajaran baik Qur’an, hadis maupun kitab-kitab ulama-ulama awal, kebanyakan dihafal di luar kepala. Sudah barang tentu tiada gading yang tak retak, dan itu menurut penafsir sama sekali tidak mengurangi keistimewaan Kidung Kawedar ini.

Subhanallaah walhamdulillaah,maasyaaAllaah.                                                                                                                              








0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda