WASPADAI MOBILISASI 60-AN BATALION MILITER ASING DI INDONESIA!
Catatan Silaturahmi Geopolitik__
Oleh: Irjpenpol (Purn) M.Arief Pranoto
Kunjungan Mayjen TNI (Purn) Prijanto, ex Wagub DKI Jakarta
2007-2011 bersama wartawan senior Bambang Wiwoho di kediaman Jenderal TNI
(Purn) Try Sutrisno ---Panglima ABRI ke 9--- pada tanggal 12 Mei 2025 lalu,
sekilas seperti silaturahmi biasa antar senior-yunior, atau antara
atasan-bawahan, ataupun merajut kembali pertemanan lama, dan lainnya. Namun,
siapa sangka bahwa hikmah pertemuan tersebut justru tak lazim. Tidak
biasa-biasa saja. Ada hal-hal luar biasa yang wajib dipetik hikmahnya oleh
segenap anak bangsa baik yang bersifat keteladanan, keteguhan maupun
kewaspadaan nasional.
Pertanyaannya ialah, "Apa keteladanan dan kewaspadaan
nasional yang bisa dipetik dalam silaturahmi dimaksud?"
Sebelum diuraikan, kita mundur sejenak daripada kegaduhan
publik dan kehebohan di kalangan para elit politik akibat rilis "8 (delapan) sikap" dari Forum
Purnawirawan Prajurit TNI. Tidak main-main, Pernyataan Sikap tersebut diteken
300-an pensiunan jenderal dari tiga matra (AD, AL, AU) plus para kolonel, dan
turut mengetahui Pernyataan Sikap tersebut ialah Pak Try, Wapres RI ke-6. Old
soldiers never die, they just fade away.
Adapun inti dari poin-poin Pernyataan Sikap tersebut
sebagai berikut:
1.Kembali pada UUD 1945 Asli;
2. Mendukung program kerja Kabinet Merah Putih, kecuali melanjutkan IKN;
3.Menghentikan Projek
Strategis Nasional seperti PIK2, Rempang dan projek-projek serupa;
4. Menghentikan TKA yang
masuk di NKRI dan mengembalikan tenaga kerja China ke negeri asalnya;
5. Penertiban pengelolaan
tambang berbasis Pasal 33 Ayat (2) dan (3) UUD 1945;
6. Melakukan reshuffle
terhadap menteri yang diduga korupsi dan masih terafiliasi dengan rezim
sebelumnya;
7. Mengembalikan Polri
pada fungsi kamtibmas di bawah Kemendagri;
8. Usul penggantian Wapres RI kepada MPR.
“SAYA TIDAK JUAL NEGARA”
Jujur saja. Pasca nama Pak Try menjadi bahan pemberitaan (bullying)
media sosial karena ikut teken (mengetahui) pada pernyataan delapan butir Forum
Purnawirawan TNI, dengan santai beliau
berkata:
"Saya nggak apa-apa kok dikatain macam-macam. Yang
penting saya tidak jual negara"
Plong! Tanpa beban. Ini
sikap kenegarawanan Pak Try yang patut diteladani kita bersama. Kenapa? Selain
siap 'dibenci' oleh rezim bahkan tak populer di mata publik karena
memperjuangkan sesuatu; berani ambil risiko terhadap apa yang diperbuat; juga,
keteguhan pilihan atas hal-hal yang diyakininya benar (tidak munafik). Itu yang
pertama soal keteladanan.
Yang kedua, penekanan Pak
Try terhadap delapan butir Pernyataan Sikap yang beliau ikut tanda tangan,
titik fokusnya justru di poin ke-1 yakni kembali ke UUD 1945 yang asli untuk
disempurnakan melalui teknik adendum. Sedang tujuh butir lainnya, kata beliau,
itu dampak dari amandemen empat kali UUD (1999, 2000, 2001, 2002).
Yang ketiga, dari 7
(tujuh) butir lainnya, ada satu yang perlu diwaspadai yakni potensi invasi
senyap dari tenaga kerja asing (Red: TKA China), yang jika dimobilisasi tidak
kurang dari 60 batalion tentara asing mengancam kita.
Selanjutnya beliau
wanti-wanti agar selalu waspada serta mengantisipasi kecenderungan situasi dan
kondisi yang semakin memburuk pascaUUD 1945 diamandemen empat kali (1999-2002).
TAK BICARA GIBRAN
Nah, dari obrolan mereka
bertiga ---Pak Try, Pak Pri, dan Pak Wi--- hampir tidak ada pembicaraan soal
poin ke-8 (makzulkan Gibran). Entah kenapa. Mungkin di mata negarawan, upaya
permakzulan itu urusan hilir. Hanya residu dari sebuah persoalan hulu. Padahal,
untuk poin 8 ---makzulkan Gibran--- justru dianggap besar serta menimbulkan
kehebohan politik di publik. Dan membuat beberapa elit politik girap-girap.
Ini bedanya pola pikir
antara politisi dan negarawan. Kalau politisi berpikir next election,
bagaimana meraih kekuasaan dan bertahan di kursi dst; sedang negarawan
berorientasi next generation, bagaimana rakyat makmur berkeadilan dan adil
berkemakmuran, menjadi bangsa terhormat di muka bumi dll. Ya, beda perspektif.
Bahwa poin ke-1 dari Pernyataan Sikap tersebut (kembali ke UUD
1945) dianggap sebagai titik fokus yang kudu ditekankan, sedang ketujuh butir
lainnya hanya dampak dari amandemen empat kali UUD 1945 sehingga UUD kini
berubah individulis, liberal dan kapitalistik.
60 BATALION TENTARA ASING
Obrolan semakin menarik tatkala Pak Try melemparkan hasil
penginderaannya atas situasi kondisi yang berkembang. Relatif tajam. Beliau
mewanti-wanti dengan maraknya gelombang TKA khususnya dari China jika
dimobilisir bisa kurang lebih 60 batalion tentara.
Dalam geopolitik (dan geostrategi), jika hasil
penginderaan atas 60 batalion tadi bersifat A1, sesungguhnya China tengah
menerapkan apa yang disebut dengan istilah 'Strategi Kuda Troya', yaitu
memasukkan militer ke dalam kedaulatan negara lain secara nirmiliter. Dalam hal
ini melalui investasi asing berskema Turnkey Project Management (TPM) di mana
mulai dari top management, material, money, man power dst hingga ke kuli-kuli
pun diboyong dari negara asal.
Siapa berani menjamin,
jika kuli-kuli dalam TPM itu bukan tentara merah?
Demikian catatan kecil
silaturahmi geopolitik antara senior yunior dibuat. Tak ada maksud menggurui
siapapun terutama para pihak yang berkompeten. Sekadar sharing pemikiran untuk
menambah wawasan dan bahan diskusi lebih lanjut.
Terima kasih.
210525, Bd Lampung
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda