Selasa, 02 April 2013

Penggalangan Citra di Masa Orde Baru (9): MEMBANGUN CITRA HARUS DILANDASI KEJUJURAN.



Catatan Penutup

Demikianlah beberapa peristiwa penggalangan citra, diseminasi serta sosialisasi kebijakan Pemerintah Orde Baru, yang ada di dalam catatan dan kenangan penulis. Tentu masih ada peristiwa-peristiwa lain yang berada di dalam catatan dan kenangan orang lain, yang jika bisa diungkapkan semuanya, insya Allah akan membentuk gambaran yang lebih utuh, yang bisa menjadi bahan pembelajaran berharga bagi generasi mendatang.  Dari seluruh rangkaian cerita di atas, banyak hal yang bisa dipelajari serta diambil hikmahnya. Membangun citra adalah bagian dari rekayasa atau rancangbangun sosial, dan rekayasa sosial itu memang merupakan tugas pokok suatu pemerintahan. Namun banyak orang beranggapan bahwa rekayasa adalah buruk. Padahal rekayasa itu sendiri netral, seperti halnya sebuah pisau. Apakah mau dipakai untuk perlengkapan memasak sampai menghasilkan makanan yang enak lagi tampil elok mengundang selera,  ataukah mau dipakai untuk melukai orang.

Sementara itu juga tidak semua pejabat di negeri ini memahami dengan baik seni membangun citra. Bahkan lebih banyak yang tidak paham dibanding yang paham. Ada yang hanya mau hasil baiknya saja tanpa mau mengikuti persyaratan dan tahapannya. Padahal sama-sama seperti menjual pisang goreng, sungguh nyata bedanya pisang goreng  yang dijual oleh pedagang pikulan di kaki lima, dengan pisang goreng di hotel berbintang lima. Kita bisa menghasilkan pisang goreng yang elok dipandang mata sehingga mengundang selera lagi enak dimakan,  jika bahan baku pisangnya berasal dari jenis buah pisang pilihan yang  benar-benar tua dari kebun pisang yang baik,  ukurannya sama sesuai standar  yang diperlukan, minyak goreng dan bahan campurannya juga baik, dipotong, digoreng serta disajikan secara baik pula.

Kecuali itu, membangun citra baik juga harus dilandasi dan disertai dengan kejujuran. Sebab jika tidak, hanya akan ibarat membangun istana pasir. Enak dipandang tapi hanya sebentar. Tatkala angin kencang datang menerpa, satu demi satu butir-butir pasirnya akan runtuh atau terbang terbawa angin, akhirnya luruh rata dengan permukaan tanah. Semoga ini tidak terjadi pada pembaca, tidak juga pada kita bangsa Indonesia. Aamiin. (SELESAI).



Depok, 02 Maret 2013.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda