Rabu, 17 September 2014

Kotagede (3): Kompleks Tertua Dibangun Abad ke 16



Kompleks Paling Tua

Kompleks bangunan paling tua dan merupakan landmark Kotagede adalah Kompleks Makam (termasuk di dalamnya Masjid Agung), dengan pintu gerbang utama di sisi timur. Kompleks ini terdiri dari delapan bagian yang masing-masing dipisahkan oleh tembok bata merah tinggi dengan pintu penghubung berupa gapuragapura bercorak Hindu Jawa. Bagian pertama adalah halaman pintu masuk depan di sisi timur, dimana terdapat sepasang pohon beringin yang satu diantaranya diperkirakan berumur lebih dari enam abad. Berderet di jalan utama kompleks terdapat bangunan perumahan tempat tinggal para abdi dalem juru kunci makam. Deretan sebelah utara adalah perumahan abdi dalem atau punggawa dari Keraton Kasunanan Surakarta, sedangkan di sebelah selatan dari Keraton Kasultanan Yogyakarta. Kita dapat membedakan abdi dalem tersebut dari pakaian adat Jawanya, antara lain blangkon atau penutup kepalanya. Pada blangkon abdi dalam
Yogya terdapat mondolan atau bulatan seperti kepalan tangan di bagian belakang kepala.

Bagian kedua adalah Masjid Agung atau Masjid Besar. Bagian ketiga adalah bangsal penerimaan tamu yang ingin berziarah ke makam atau ke sendang pemandian. Bagian ini berada di sebelah selatan masjid. Sebelum masuk ke bagian ketiga pengunjung melewati tembok pelindung yang disebut kelir. Pada kelir ini terdapat prasasti yang menyebutkan tahun pembangunan makam: Jimawal 1509 (AD.1588) sampai Be 1528 (AD 1607).

Bagian keempat berupa sepasang bangsal
tunggu sekaligus untuk ganti pakaian. Di sini pengunjung yang ingin berziarah ke makam harus berganti pakaian adat Jawa. Bagi yang tidak membawa bisa menyewa sekalian bisa juga minta tolong dipakaikan oleh para abdi dalem juru kunci di sini. Adapun bagian kelima adalah makam pendiri Kerajaan Mataram, Panembahan Senopati serta para kerabatnya.

Tiga bagian yang terakhir merupakan kompleks pemandian yang disebut Sendang Siliran, berisi satu mata air, dua kolam dan dua tempat mandi terpisah untuk laki-laki dan wanita.

Tepat sebagaimana digambarkan oleh van Mook dan Nakamura, keseluruhan kompleks dan makam masih tetap mengesankan suasana hening, suci dan keramat, jauh berbeda dengan hiruk pikuk pasar dan jalanan Kotagede.





0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda