Catatan: Tulisan ini adalah bagian dari naskah buku penulis yang berjudul "Orang Jawa Belajar Mengenal Gusti Allah", yang sebagian sudah dimuat di blog http://islamjawa.wordpress.com dan blog http://bwiwoho.blogspot.com. Semoga bermanfaat menambah keyakinan dan semangat akan perlunya membangun kembali NusantaraRaya sebagai Negara Maritim, bukan Negara Kepulauan. Aamiin).
1. Kyai
Jawa Berdakwah
Rahman iku mencaraken eling
eling iku mencaraken
makripat
makripat sihing Gusti
Gusti Kang Maha Agung
lire Agung datanpa sami
mokal yen ana madha
Gusti Maha Luhur
kang darbeni sipat jamal
sipat kahar ingkang kapama
sekali
pakartine buwana.
Terjemahan bebasnya:
Rahman itu menyebarkan ingat (dalam konsteks ini
ingat akan Allah)
ingat itu menyebarkan makrifat
makrifat kasih sayang Gustinya (maksudnya Gusti
Allah)
Gusti yang Maha Agung
yakni Agung tanpa ada yang menyamai
mustahil bila ada yang menyamai
Gusti yang Maha Luhur
yang memiliki sifat keindahan
sifat kahar yang sangat mulia
pencipta dunia ini.
(Bait ke 28 dari Serat Nitiprana, tembang Dhandanggula, karangan pujangga
Keraton Surakarta, Raden Ngabehi Yasadipura, 1729 – 1803M, kakek dari pujangga
Raden Ngabehi Ranggawarsita).
Meskipun sering risih mendengar orang-orang tua Jawa
mengklaim memiliki budaya adiluhung, hati kecil saya terkadang membenarkan
juga. Cobalah perhatikan bekas peninggalan Keraton Boko di Prambanan, Jawa Tengah
serta ratusan candi lainnya, terutama Candi Prambanan dan Borobudur, yang
merupakan bukti kejayaan sebuah peradaban pada sekitar abad ke-8 yang telah
diakui dunia. Candi-candi tersebut bukan sekedar bongkahan batu. Tapi batu yang
tersentuh peradaban dan teknologi yang amat sempurna. Diangkat dan disusun di
daerah perbukitan. Dipahat dan diberi relief nan indah. Melebar, menjulang
tinggi tak terperikan mengagumkannya. Ketinggian Candi Prambanan, mencapai 47
meter.
Bukti tentang
peradaban yang cukup maju lainnya juga ditemukan melalui berbagai prasasti dan
kondisi lapangan, yang menjelaskan mengenai setidaknya lima sistem
irigasi yang tertata baik, yang dibangun pada rentang periode abad 9 sampai
dengan 14 di lembah Sungai Brantas, Jawa Timur.
Jejak-jejak
peradaban menunjukkan pula, pada masa
Kerajaan Islam Pertama, yaitu Demak Bintoro sekitar abad 15 sampai awal abad
16, Kesultanan Demak tersebut pernah membangun armada angkatan laut dengan mega
proyek galangan kapalnya di Semarang, untuk melawan Portugis yang sudah
menguasai Malaka. Tidak tanggung-tanggung, mega proyek tersebut merencanakan
dalam tempo lima
tahun akan membangun 1000 (seribu) kapal perang masing-masing berkapasitas 400
tentara. Itu berarti sama dengan 400.000 balatentara. Kapal perang yang dibangun
mengkombinasikan model jung Jawa dan Cina dengan jung Aceh, guna menghasilkan
bentuk kapal yang kokoh seperti jung Jawa dan Cina tapi memiliki laju kecepatan
tinggi seperti jung Aceh. Sayang sekali, baru berhasil membuat 100 kapal untuk
menyerbu Portugis di Malaka, mega proyek itu dibumihanguskan oleh perang
saudara.
Sungguh, lagu
anak-anak “Nenek Moyangku Orang Pelaut”, bukanlah khayalan semata. Mengenai kemampuan nenek
moyang kita bangsa Nusantara pada umumnya dan orang Jawa pada khususnya dalam
menguasai teknologi perkapalan, banyak fakta sejarah yang membuktikan. Agus
Sunyoto dalam Atlas Walisongo, dengan
mengutip berbagai sumber tulisan dari Barat, menguraikan betapa pada tahun 70-an
Masehi, cengkih dari kepulauan Maluku sudah diperdagangkan di Roma, dan
semenjak abad ke-3 Masehi, perahu-perahu dari kepulauan Nusantara telah menyinggahi
anak benua India serta pantai timur Afrika, dan sebagian di antaranya
bermigrasi ke Madagaskar.
Bukan hanya dari para
pencatat perjalanan orang-orang Barat saja, kisah pelayaran tadi juga bisa
ditemukan di relief Candi Borobudur. Beberapa tahun yang lalu, ahli-ahli
perkapalan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi, juga telah
membuktikan kehandalan perahu di relief candi tersebut, dengan membuat
tiruannya dan melayarkannya dari Bali ke Madagaskar dengan selamat.
Pencatat sejarah Cina
anak buah Fa Hsien di akhir abad ke-3
dan awal abad ke-4 Masehi menerangkan pula bahwa pelaut-pelaut Nusantara
memiliki kapal-kapal besar yang panjangnya 200 kaki ( 65 meter), tingginya 20 – 30 kaki ( 7 – 10
meter), dan mampu dimuati 600 – 700 orang ditambah muatan seberat 10.000 hou.
Sementara pada masa
itu, panjang jung Cina terbesar tidak sampai 100 kaki (30 meter) dengan tinggi
kurang dari 10 – 20 kaki ( 3 – 7 meter). Catatan yang ditulis dalam Tu Kiu Kie ini telah dikutip oleh banyak
ahli yang mempelajari sejarah agama Buddha maupun Asia Tenggara di masa
lalu. Ahli Javanologi Belanda, Van Hien
tahun 1920 dalam De Javansche
Geestenwereld, yang disadur secara bebas oleh Capt.R.P.Suyono dalam Dunia Mistik Orang Jawa, penerbit LkiS Yogyakarta 2007 halamam 12,
menerangkan Shi Fa Hian (Fa Hsien) dalam perjalanannya pulang ke China diserang
badai dan terdampar di pantai pulau Jawa. Ia berdiam lima bulan di Jawa, menunggu selesainya
pembuatan sebuah kapal besar yang sama dengan kapalnya yang rusak dihantam
badai ( juga Atlas Walisongo halaman
20).
Gambaran tentang
kemampuan nenek moyang kita tadi, dicatat pula oleh pengembara Portugis tahun
1512 – 1515 Tome Pires dalam karyanya yang sangat terkenal dan sering menjadi
sumber rujukan sejarah Asia Tenggara, Suma
Oriental (dalam Pemugaran Persada
Sejarah Leluhur Majapahit , oleh Prof.Dr. Slamet Mulyana, Inti Idayu Press,
Jakarta 1983
halaman 282, 283 dan seterusnya). Menurut Tome Pires, Sultan Malaka yang
bergelar Raja Muzaffar Syah (1450 – 1458) serta puteranya yaitu Raja Mansyur
Syah (1458 – 1477), sebagai raja bawahan Jawa, memiliki hubungan yang baik
dengan Jawa. Bahkan untuk keperluan menunaikan ibadah haji ke Mekah, Raja
Mansyur Syah memesan jung besar dari Jawa.
Sejarah panjang
peradaban Jawa dan juga daerah-daerah lain di Nusantara, banyak dikupas oleh
para penulis sejarah asing, yang daftar rincian penulis tersebut sekarang ini
bisa dilihat antara lain di buku Atlas
Walisongo, yang diterbitkan oleh Pustaka IIman, Trans Pustaka dan LTN PBNU,
2012.
Dalam halaman 374
buku tadi bahkan digambarkan secara ekstrem kesombongan orang Jawa Majapahit.
Diogo Do Couto yang datang ke Jawa tahun 1526, yaitu setahun sebelum balatentara
Demak menyerbu Girindrawardhana di
Majapahit, mencatat antara lain sebagai berikut:
“Pulau Jawa melimpah atas segala sesuatu yang terkait
dengan kebutuhan hidup manusia. Begitu berlimpahnya sehingga Malaka, Aceh dan
semua negeri tetangga memperoleh pasokan kebutuhan dari situ. Penduduk
pribuminya disebut orang Jawa (Jaos); mereka orang-orang yang sombong, selalu
memandang orang bukan Jawa lebih rendah.”
Kesultanan Demak
terpaksa kembali menyerbu Majapahit yang statusnya sudah diturunkan menjadi sebuah
kerajaan kecil berkedudukan di Kediri itu, karena secara diam-diam menjalin
hubungan dengan orang-orang Portugis yang sudah membuat persetujuan dengan Raja
Pasundan, bahkan sudah diijinkan membangun benteng di Sunda Kelapa. Mengutip
Tome Pires, Prof.Dr.Slamet Mulyana dalam Pemugaran
Persada Sejarah Leluhur Majapahit halaman 342 dan 346 menyatakan, Kerajaan
Kediri yang oleh sejumlah ahli sejarah merupakan kelanjutan dari Majapahit,
bahkan beberapa kali menyerang Jepara, Demak dan Kudus. Hubungan Kediri dengan
Portugis juga dikisahkan oleh Tome Pires pada halaman 282.
Kondisi masyarakat
yang bangga dengan peradabannya yang maju seperti itulah, yang dihadapi para
kyai atau ustadz khususnya yang dikenal sebagai “Wali Songo” (Wali Sembilan),
dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Para
feodal dan pemuka masyarakat Jawa berpendapat, tidak ada kelebihan orang Arab
atas orang Jawa. Sejalan dengan bunyi sebuah hadis, para ulama menyetujui
pandangan tersebut dan melengkapi, demikian pula orang Jawa atas orang Arab.
Serta tidak ada kelebihan orang kulit hitam atas orang kulit putih dan
sebaliknya, kecuali taqwa. Kita semua berasal dari Adam, dan Adam dari debu.
1 Komentar:
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda