Senin, 23 November 2015

BENARKAH PRESIDEN JOKOWI MENERIMA WAHYU DARI TUHAN?

Benarkah Presiden Jokowi Menerima Wahyu dari Tuhan?

Minggu, 22 Nov 2015 - 11:32:45 WIB
Bambang Wiwoho, TEROPONGSENAYAN
200
 
63cropped-dsc_6553_1446976144657.jpg
Sumber foto : Istimewa
Bambang Wiwoho
Belakangan ini saya mendengar dan atau membaca dari beberapa tokoh, bahwa Pak Jokowi itu menjadi Presiden karena memperoleh wahyu dari Tuhan, sehingga kedudukannya sangat kokoh dan tidak mungkin dijatuhkan.
Yang terbaru, kemarin (Sabtu 21 November 2015) di sebuah grup What’s App (WA), Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo juga menyatakan serupa, antara lain:
“Catatan pemahaman saya, NKRI sekarang ini dalam tahap ‘Ngerubuhaken Pagere Batin’(arti secara umum : Merubuhkan/Merombak Pagar Batin yang Tidak Benar-Kodratnya). Jabatan Presiden RI Nusantara IND menurut kepercayaan Jawa adalah Wahyu...Wahyu akan berbicara melalui pikiran dan batin orang yang di naungi Wahyu terlebih dahulu sebelum orang itu menjadi Presiden. Seperti Presiden Bapak Jokowi sekarang ini sedang bergerak atas perintah Batin Wahyu tsb (amanah dari TuhanYang Maha Kuasa) karena beliau pemegang amanah dan Beliau penerima Wahyu memimpin Nusantara, walaupun Bp Jokowi sendiri mungkin tanpa menyadarinya awalnya -semua mengalir dengan sendirinya dan Bp Jokowi dengan pendukungnya mengalir bergerak -hingga menang Pilpres 2014-)
(Terkait polemik Angg'DPR VS Angg'DPR, DPR VS Lembaga Pemerintahan, Menteri VS Menteri dan opini serta Persepsi Publik yang beragam adalah wujud awal bergeraknya sebuah REVOLUSI MENTAL. Ini akan terus berlangsung sampai 2(dua) tahun mendatang. Jadi perwujudan konsep Revolusi Mental adalah yang terjadi sekarang ini & tidak bisa dicegah karena konsep tersebut yang berbicara ‘Wahyu’, melalui Bapak Presiden dan Bp Jokowi pegang amanah dan beliau Mampu mengendalikan Nusantara dengan kekuatan Batin beliau dan dukungan Masyarakat yg paham dan keyakinan bersma Bp Jokowi akan mampu membangun NUSANTARA IND RAYA- terima kasih(TjahjoKumolo)”

Media online Liputan6.com kemarin juga menurunkan berita yang kurang lebih sama dengan judul “Curhat Tjahjo dan Sudirman Said soal ‘Robohkan Pagar Batin” –https://www.liputan6.com/read/2371432
Saya tak hendak membahas apakah benar atau tidak jabatan pak Jokowi sebagai Presiden itu karena wahyu atau lantaran semata-mata keinginan dan upaya manusia (hawa nafsu) atau juga istidraj dari Gusti Allah dan lain-lain kemungkinan.
Sebagai orang Jawa, saya hanya ingin menyampaikan pemahaman dan filosofi wahyu dalam kepercayaan Jawa, khususnya Islam Kejawen.
Seorang pemimpin tertinggi dalam suatu negara atau kerajaan, dalam bahasa Jawa disebut Ratu, yang berasal dari kata rat yang berarti jagat atau alam raya. Seseorang bisa menjadi raja atau ratu menurut kepercayaan Jawa, karena ia memperoleh wahyu keratuan atau wahyu kedaton atau amanah selaku utusan Allah di jagad raya (khalifah fil ard), guna mewujudkan rahmat bagi alam semesta dan seisinya.
Tempat tinggal seorang ratu disebut keraton atau kedaton yang berasal dari kata dzat sing katon, maksudnya tempat tinggal wakil dzat Allah yang kelihatan.
Karena mengemban tugas sebagai utusan dan wakil Gusti Allah di muka bumi, maka si penerima wahyu juga harus bisa mencerminkan berbagai sifat mulai Allah, meneladani Kanjeng Nabi Muhammad SAW. menjauhi perilaku tercela, meninggalkan ujub dan riya, jujur, adil serta sungguh-sungguh ikhlas dalam mengemban amanah mewujudkan rahmat bagi jagat raya seisinya.
Seorang penerima wahyu juga harus memegang teguh sifat-sifat satria utama yaitu “Sumungkem ing Pangeran, bekti ing bapa biyung, welas asih ing sapada-pada. Berbudi bawa leksana, ambeg adil para marta ing liyan, dosa lara diapura, dosa pati diuripi, kuat drajat kuat pangkat.
Artinya, sujud dan taat kepada Gusti Allah, berbakti kepada ayah-bunda, belas kasih kepada sesamanya. Berbudi luhur yang diamalkan dalam kehidupan, bersikap adil dan menyejahterakan tanpa membeda-bedakan orang, memaafkan orang yang menyebabkan kita sakit (dalam arti luas termasuk menderita), memberikan hak hidup orang yang menyebabkan kematian (terutama kematian pada keluarga kita).
Kuat mengemban derajat dan pangkat.” Jika tidak, maka wahyu kedaton bisa oncat atau pergi meninggalkannya, menjadi orang yang tidak kuat memikul derajat dan amanah, bahkan bukan tidak mungkin tercampakkan luluh lantak. Naudzubillah.
Semoga kita bangsa Indonesia khususnya para elit penguasa, diampuni dan dianugerahi kesadaran dan kemampuan untuk bisa menjadi pemimpin yang amanah dalam mengemban wahyu kepemimpinannya, yakni mewujudkan rahmat bagi semesta alam, khususnya dalam membasmi kezaliman mewujudkan ketenteraman dan menegakkan keafilan serta menyejahterakan rakyat. Aamiin.(*)
http://www.teropongsenayan.com/21879-benarkah-presiden-jokowi-menerima-wahyu-dari-tuhan



0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda