JANGAN BERHARAP BANYAK DARI PENGUASA UNTUK KEDAMAIAN KITA
Jangan Berharap Banyak Dari Penguasa Untuk Kedamaian Kita.
Situasi sekarang akan tambah rumit dengan akan dihapuskannya Presidential Threshold serta diselenggarakannya Pemilu serentak, karena semua partai yg ada di DPR boleh mencalonkan Presiden/Wapres, sehingga diperkirakan akan ada lebih dari 10 Capres/Cawapres. Akibatnya politik transaksional dan persaingan pasti makin seru. Dampaknya pasti akan sangat terasa bagi Kabinet lebih-lebih bagi Presiden Jokowi.
Sekarang kita bisa hitung mundur. Kapan Pemilu/Pilpres serentak diadakan? 17 April 2019. Maka hitung saja berapa bulan masa kampanye, berapa bulan masa pencalonan, berapa bulan masa “mengelus-elus” jago dan seterusnya. Itu berarti hanya kurang dari 2 (dua) tahun. Akhir tahun 2017 ini, para politisi sudah akan sangat sibuk dengan dirinya sendiri. Karena itu rasanya sudah sangat sempit bagi Jokowi untuk bisa mewujudkan janji-janjinya. Yang terasa kental justru politik belah bambu makin gencar dan rakyat kian terbelah dan makin susah.
Banyak rekayasa-rekayasa sosial masif yang vulgar lagi banal, dan dimakan mentah-mentah bahkan oleh media massa besar (karena sudah ikut jadi pemain), apalagi media sosial. Makin hari fanatisme buta terhadap kelompok dan agamanya sendiri makin pekat sementara kebencian terhadap lawan politik dan agama lain makin membara. Hampir semua kata-kata buruk yang ada dalam kamus dilabelkan kepada lawan politik dan pemeluk agama lain tanpa ingat lagi bahwa ada sahabat dekat, teman suka duka bahkan saudaranya yang berbeda pilihan maupun keyakinan serta agamanya jadi terluka. Cobalah berkaca diri. Cobalah mawasdiri.
Jangan melihat apa yang dilakukan orang lain kepada kelompok kita. Tapi apa yang kita, yang anda lakukan kepada kelompok lain. Sudah berapa kali hari ini, kemarin, minggu lalu, bulan lalu kita memposting berita kebencian? Berita bohong dan rekayasa semata? Sudah berapa banyak kita ikut menaburkan racun kebencian dan permusuhan dalam kehidupan bermasyarakat kita? Bahkan pada diri kita sendiri? Tidak usah mencari alasan dengan menghitung tebaran orang lain. Berapa banyak racun yang sudah kita taburkan? Kita sering tidak sadar, bahkan terhadap kebohongan kita sendiri, tentang apa yang ada dan yang dilakukan oleh kelompok serta tokoh pilihan kita. Semua kita anggap benar sehingga sudah bagaikan Tuhan atau minimal malaikat, sedangkan yang dilakukan lawan apalagi tokohnya harus salah dan bagaikan iblis laknat. Padahal kenal pun tidak. Paling banter pernah foto selfi atau dengar dari kawannya kawannya kawannya kawan.
Rekayasa-rekayasa jahat dan berita/video/foto hoax pun semakin bersimaharajalela. Dan saya yakin anda dan saya pasti pernah atau bahkan entah sadar atau tidak ikut menyebarkan dengan akibat makin mengobarkan api permusuhan di antara sesamanya.
Sampai kapan ini akan selesai, kalau kobaran kebencian pada masing-masing diri kita saja belum usai? Apakah harus menunggu kita bangsa Indonesia saling bantai dan punah jadi bangkai busuk? Saling bantai? Saling bantai?
Jangan berharap kepada penguasa yang sedang berpacu dengan waktu dan sibuk sendiri dengan kobaran ambisi-ambisi kekuasaannya. Tapi cari dan bangunlah kedamaian mulai dari diri sendiri. Sebab jika tidak, mampukah anda membayangkan hidup dalam perang saudara berkepanjangan dalam negara kepulauan seperti Indonesia ini? Dan semua anggota keluarga kita tanpa kecuali terlibat? Naudzubillah
Marilah kita mawas diri, sudah seberapa banyak kita menebar racun berupa postingan-postingan buruk sangka plus kebencian kepada pihak lain yang tidak kita kenal, yang konon kata orang adalah jahat? Seberapa banyak kita menuhankan ataupun menganggap diri kita malaikat dengan memposting kebaikan versi kita sendiri ??? Dan kita puas menipu diri sendiri?
Tapi kan mereka yang mulai menyerang kita? Kata siapa? Kata kita? Kata anda? Seberapa hebat dan seberapa tahan anda wahai saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, hidup dalam kobaran kebencian mengobarkan perang saudara? Ingatlah nasihat orang-orang tua kita: "kalau jari kita menunjuk orang lain, maka 3 jari lainnya menunjuk diri sendiri, dan dikunci kuat oleh ibu jari ".
Salam damai.
B.Wiwoho.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda