Kamis, 22 Maret 2018

BERSEDEKAH DENGAN POHON






Pengantar: Dalam rangka ikut menggelorakan semangat Hari Air Sedunia 22 Maret 2018, bersama ini selama dua hari berturut-turut kami turunkan kembali tulisan lama kami yang pernah dimuat di blog kami tasawuf jawa (https://islamjawa.wordpress.com/) tanggal 10 dan 11 Juli 2015, juga di b.wiwoho blogspot.com, facebook Tasawuf Djawa Full dan facebook Bambang Wiwoho serta dishare disejumlah media sosial lainnya, dan kemudian dibukukan oleh Guepedia dalam himpunan Mutiara Hikmah Puasa. Semoga bermanfaat).

Sahabat-sahabatku, maukah kita disebut sebagai orang yang zalim dan fasiq? Tentu tidak. Karena zalim atau lalim menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki banyak arti buruk seperti kejam, bengis, tidak menaruh belas kasihan, tidak adil, menindas, menganiaya, sewenang-wenang. Sedangkan fasiq berarti buruk kelakukan, jahat, berdosa besar.

Lantas sebutan apa yang patut diberikan kepada orang-orang yang hanya mau tahu akan haknya tanpa peduli dengan kewajibannya, sebutan bagi orang-orang yang tidak taat kepada Gusti Allah Yang Maha Adil dengan sewenang-wenang merusak siklus kehidupan, kelestarian dan keseimbangan alam semesta sebagaimana kita bahas dalam tulisan terdahulu, “Mungkinkah Anda Hidup Tanpa Air & Udara ?”.Padahal setiap hari dapur kita mengepul, asap kendaraan bermotor kita menyembur, debu berterbangan, pabrik-pabrik yang mengolah kebutuhan hidup kita sehari-hari pun tak kalah hebatnya menghamburkan panas dan asap yang mengotori udara, sementara kita yang menikmati udara segar tak berbuat banyak untuk mencegah dan membersihkannya.

Setiap hari baik untuk makan-minum, bersuci dan mandi kita juga selalu menghabiskan sekitar 100 liter air atau 36.000 liter setahun, tanpa peduli apalagi berusaha keras untuk ikut membantu agar persediaan airnya di dalam tanah selalu mencukupi. Jika itu yang terjadi pada diri kita, maka sebutan apatah yang memang pantas untuk kita? Naudzubillah.

Sahabat-sahabatku, ilmu pengetahuan telah cukup lama menyadarkan dan mengajarkan bagaimana kita bisa dengan mudah berbuat banyak dalam menjaga siklus keseimbangan serta kelestarian udara dan air, yakni menjaga dan menanam tumbuh-tumbuhan. Di sejumlah negara Barat yang mayoritas penduduknya tidak beragama Islam sehingga tidak mengenal ayat-ayat tentang perintah Allah Swt. untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan alam raya, ternyata di dalam kehidupan sehari-harinya mempraktekkan nilai-nilai Islami tersebut. Sampai-sampai untuk memangkas dahan-dahan apalagi menebang pohon yang ditanamnya sendiri di halaman rumahnya sendiri pula, seseorang harus terlebih dulu mendapat ijin dari Pemerintah Daerah setempat.

Bandingkan dengan masyarakat kita. Orang berlomba membangun rumah yang membutuhkan banyak bahan bangunan dari kayu, menghabiskan halamannya dengan dipenuhi bangunan tanpa menyisakan halaman bagi resapan air hujan, tanpa taman untuk menanam pepohonan. Bahkan masih mengomel dan marah lantaran dedaunan dari pohon tetangga mengotori halamannya. Padahal ia menikmati manfaatnya.

Tidak hanya sekedar sebagai sumber bahan bangunan dan kayu bakar, tumbuh-tumbuhan memiliki manfaat besar bagi kehidupan manusia, antara lain (1) Pelindung terik matahari. Bayangkan betapa gersang dan panas gurun pasir yang tiada memiliki tanaman. Maukah negeri zamrud khatulistiwa kita ini berubah jadi gersang seperti Gurun Sahara? (2) Meredam kebisingan. Cobalah anda bandingkan berteriak keras di padang terbuka dengan di kawasan hutan. Di padang terbuka, suara anda menggema keras dan jauh, sedangkan di dalam hutan suara kita hanya terdengar dalam jarak pendek.

(3) Menyaring udara kotor. Batang, dahan, ranting dan dedaunan, terutama daun yang berlekuk-lekuk lagi berbulu seperti kersen mempunyai kemampuan tinggi dalam menyerap debu dan udara kotor.
(4) Menyerap air hujan menjadi air tanah yang kita konsumsi sebanyak 36.000 liter setahun. Akar tanaman dan humus yang terbentuk dari daun-daun yang membusuk membuat pori-pori tanah terbuka sehingga mudah menyerap air hujan masuk ke dalam tanah dan tersimpan menjadi air tanah. (5) Mencegah erosi dan banjir. Karena air hujan banyak terserap masuk ke dalam tanah, maka air yang mengalir di permukaan tanah tinggal sedikit, sehingga mengurangi serta mencegah terjadinya erosi tanah dan banjir.

(6) Menjadi wahana pelestarian dan pengembangan keanekaragaman hayati, satwa, serangga dan aneka makhluk Allah lainnya termasuk jasad renik. Pohon dan tumbuh-tumbuhan itu patuh kepada Allah (QS, 055: 006), semua binatang adalah umat seperti kita (QS, 006:038). Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih, bersujud, dan memujiNya; pohon dan tumbuhan tunduk kepadaNya, guruh bertasbih dan memuji Allah Swt. Kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang di langit dan di bumi, dan masing-masing telah tahu caranya sendiri untuk beribadah serta bertasbih memujiNya (QS, 022:018, 017:004, 055:006, 013:103, 016:049 dan 024:041 dari Klasifikasi Kandungan Al Qur’an oleh Choiruddin Hadhiri Sp.).
Keanekaragaman hayati tersebut sangat penting bagi kehidupan manusia mulai dari sebagai sumber pangan, sandang, papan, obat-obatan dan aneka industri lainnya. Tumbuhan secara langsung menjadi sumber penghasil pangan yang dibutuhkan manusia baik dalam bentuk buah, umbi maupun daun bahkan batang. (7) Menjadi tempat rekreasi.

Dengan memahami begitu besar manfaat tumbuhan dan begitu banyak ayat suci yang menguatkan statusnya, maka tidak heran bila Kanjeng Nabi Muhammad Saw menegaskan, “Apabila kiamat tiba sedangkan di tangan salah seorang dari kalian ada benih tumbuhan, maka tanamlah.” (Diriwayatkan antara lain oleh Imam Ahmad dalam Al-Musnad (3/183, 184, dan 191) dan Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod (479).

Perawi hadis Muslim pun meriwayatkan tujuh hadis yang menjelaskan kemuliaan menanam tumbuhan, yang pahala sedekahnya terus mengalir meskipun yang bersangkutan sudah wafat, selama tumbuhan tersebut, apalagi jika terus berkembang biak, masih memberikan manfaat kepada makhluk-makhluk Allah, baik yang berupa manusia maupun yang lain.

Demikian besar pahala sedekah dari menanam tumbuhan, yang juga sekaligus menjadikan kita taat kepada Gusti Allah Yang Maha Kuasa serta mencegah kita dari berlaku zalim terhadap kelestarian alam raya ciptaanNya. Dan mestinya begitu mudah melakukannya. Sedekah itulah salah satu dari tiga sahabat setia yang akan terus menemani kita di Pengadilan Akhirat, di Istana Masa Depan kita nan abadi, sebagaimana sudah kita bahas dalam “Siapakah Teman Anda Yang Paling Setia: Hikmah Ramadhan (6)”
Mengapa tidak mulai kita kerjakan dari sekarang? Allahuma aamiin.
(Lebih lengkap mengenai sedekah jariyah bisa dibuka: https://islamjawa.wordpress.com/2013/02/21/pesan-temat-di-sisi-allah-swt-2-sedekah-jariyah-seperti-apa/ dan https://islamjawa.wordpress.com/2013/03/01/pesan-tempat-di-sisi-allah-swt-3-jangan-sedekahkan-barang-rezeki-haram/)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda