Mungkinkah Anda Hidup Tanpa Air & Udara?
Pengantar: Dalam rangka ikut menggelorakan semangat Hari Air Sedunia 22 Maret 2018, bersama ini selama dua hari berturut-turut kami turunkan kembali tulisan lama kami yang pernah dimuat di blog kami tasawuf jawa (https://islamjawa.wordpress.com/) tanggal 10 dan 11 Juli 2015, juga di b.wiwoho blogspot.com, facebook Tasawuf Djawa Full dan facebook Bambang Wiwoho serta dishare disejumlah media sosial lainnya, dan kemudian dibukukan oleh Guepedia dalam himpunan Mutiara Hikmah Puasa. Semoga bermanfaat.
Sahabatku, pernahkah kita merasa haus tatkala sedang puasa? Atau merasa amat sangat dahaga ketika sedang berjalan di terik mentari? Juga pernahkan kita merasakan sesak nafas lantaran udara yang kita hirup tercemari oleh debu, asap kendaraan dan pembakaran sampah? Jika belum pernah, cobalah sesekali agar bisa merasakan nikmatnya minum air penghapus dahaga, serta segarnya udara bersih tanpa polusi.
Di sebagian masyarakat, orang yang sudah meninggal disebut menutup mata dan ada pula yang menyebut sudah tak bernafas lagi. Betapa segar udara yang kita hirup sehari-sehari melalui nafas, pada umumnya tidak kita sadari karena sudah kita anggap memang demikianlah seharusnya. Orang baru merasakan terganggunya kenikmatan tersebut apabila tengah terjebak dalam polusi udara atau sedang sakit flu sehingga hidungnya tersumbat dan sulit bernafas. Namun sesudah itu lupa kembali.
Masih jarang di antara kita yang menyadari betapa asap dapur, buangan udara dari pemakaian AC atau pendingin udara, asap rokok, debu dan asap kendaraan bermotor yang kita naiki setiap hari, sesungguhnya mengotori udara yang kita hirup agar kita bisa tetap hidup.
Demikian pula mengenai air, belum banyak yang menyadari betapa vital peranannya dalam tubuh kita. Cobalah dari yang paling sederhana, misalkan tidak mencuci tangan, tidak bersuci setelah buang hadast, tidak mandi selama beberapa hari dan tidak mencuci pakaian. Betapa risih, sangat tidak nyaman bahkan bukan main gatal dan bau badan kita. Apalagi jika tidak minum air atau tidak ada setetes air pun yang masuk ke tubuh kita termasuk melalui infus selama beberapa hari. Tentu kita akan mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh yang sangat mengancam jiwa kita, karena tubuh kita itu sesungguhnya sebagian besar, yaitu berkisar antara 60 sampai 70 persen atau sekitar duapertiga dari berat badan adalah berupa cairan. Cairan sebanyak itu setiap detik berkurang karena pemanasan dalam tubuh, karena keringat dan buang air. Cairan yang hilang tadi harus diganti baik berupa air langsung maupun yang berada di dalam buah-buahan dan sayuran, agar tubuh tetap sehat, sebanyak sekitar 1,5 – 2 liter sehari tergantung dari kondisi tubuh.
Tetapi kebutuhan air bagi manusia bukan hanya dalam bentuk air minum dua liter sehari, melainkan jauh lebih besar lagi, antara lain untuk keperluan MCK (Mandi Cuci Kakus) tadi. UNESCO atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2002 mencatat kebutuhan air per orang penduduk dunia rata-rata adalah 60 liter sehari. Di negeri tropis seperti Indonesia, kebutuhannya jauh lebih besar lagi. Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya, untuk pedesaan 60 liter dan untuk kota metropolitan seperti Jakarta 150 liter. Jika kita ambil agak tengah-tengah saja misalkan 100 liter sehari, berarti dalam setahun setiap orang dari kita memerlukan sekitar 36.000 liter air. Seandainya air tersebut diwadahi dalam botol air ukuran satu liter, bisakah anda bayangkan jumlah 36.000 botol tersebut? Itu baru untuk anda seorang. Apabila keluarga anda terdiri dari 5 orang, maka diperlukan 180.000 botol air.
Sahabatku, betapa banyak air yang kita perlukan setiap hari, setiap tahun. Sementara itu kita tidak peduli dari mana air tersebut berasal mula. Pikiran kita pada umumnya dangkal saja, beli air kemasan, langganan dari Perusahaan Air Minum, menggali sumur atau mengebor (baca menguras) air tanah.
Dalam kehidupan dikenal hukum sebab akibat, dikenal tatapergaulan saling memberi dan saling menerima. Namun dalam hal air saja, belum lagi udara, ternyata banyak di antara kita yang hanya perlu air tanpa peduli sebab serta asal-usul air tersebut terbentuk dan tersedia. Kita hanya mengambil dan tak banyak bahkan mungkin tak pernah berpikir apalagi melakukan sesuatu agar air tersebut selalu tersedia di sumur-sumur dan kamar mandi kita. Air dalam kaidah fikih adalah makhluk Allah Swt. Ia adalah bagian dari alam raya yang diciptakan oleh Allah Swt secara sangat seimbang tanpa cacat sedikit pun (Surat Al Mulk: 3 – 4) dan bukan untuk main-main (Surat Al Anbiyaa’ : 16) , melainkan dengan sejumlah maksud dan tujuan (Surat Al ‘Ankabuut: 44). Oleh sebab itu Allah mengatur pola hubungan sesama makhluk dan ciptaanNya termasuk air tersebut, demi tetap menjaga keseimbangan alam semesta.
Mari kita resapi bersama firman Allah mengenai air yang kami susun ulang dari rangkuman Choiruddin Hadhiri Sp yang sangat indah dalam kitab Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an berikut ini: “Segala yang hidup diciptakan dari air (QS 021:030), bumi diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia sebagai sumber penghidupan, dilengkapinya bumi itu dengan air (QS 015:020, 007:010, 016:010). Angin membawa kabar gembira, karena menggerakkan awan menjadi air hujan (QS 025:048, 035:009). Demi langit yang mengandung hujan (QS 086:011). Angin membawa awan ke suatu tempat tertentu, dalam keadaan bergumpal dan bergulung-gulung seperti gunung bentuknya. Keluar dari celah-celahnya air dan atau es (QS 030: 048, 024:043). Kemudian meresap ke dalam tanah dan mengalir ke lembah-lembah. Proses itu terus berputar dan membentuk siklus (lestari dan seimbang). Air hujan menghidupkan tumbuh-tumbuhan (QS 002:022)”, dan seterusnya. QS dengan tiga angka di depan adalah nomer surat dalam Al Qur’an, sedangkan tiga angka di belakang adalah nomer ayat.
Sahabatku, kita tak mungkin hidup tanpa air dan udara. Oleh sebab itu marilah semenjak bulan Ramadhan yang penuh hikmah ini, kita belajar jujur pada diri sendiri dengan mulai mensyukuri segala sesuatu yang diciptakan oleh Gusti Allah Yang Maha Kuasa, dengan jalan memahami hakikat penciptaanNya terhadap alam semesta termasuk air dan udara yang kita nikmati dalam setiap tarikan nafas dan denyut nadi kita. Janganlah sampai kita termasuk ke dalam golongan hamba-hambaNya yang tidak pandai bersyukur, yang hanya mau menghirup udara segar tanpa mau menjaga kebersihannya, yang hanya mau meneguk dan menumpahkan air segar ciptaanNya tanpa mau ikut memelihara keseimbangan dan kelestariannya, bahkan merusak siklus keseimbangan, kesempurnaan dan kelestariannya karena hanya mau mengambil manfaatnya tanpa mau ikut berperanserta dalam menjaga kelestarian siklusnya. (Berikutnya: Sedekah Jariyah & Melawan Kezaliman Dengan Menanam Pohon).
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda