Hikmah
Makam Cakraningrat bagi Rakyat Afsel.
Setelah Cakraningrat dikalahkan, pada 1746 Kompeni
menekan Kasunan untuk memperbarui kontrak kerjasama dengan mencopot semua
kekuasaan politik atas Jawa. Pada bulan Mei 1746, Perang Cina menulis, Gubernur Jenderal Van Imhoff memaksa Sunan
untuk menyerahkan semua kabupaten pesisir dengan imbalan uang lima ribu reyal
setiap tahun. Sunan juga menyerahkan semua pajak pelabuhan selama waktu yang
tidak ditentukan. Juga harus menyerahkan semua gerbang pajak di wilayah
pedalaman, pajak impor dan ekspor
termasuk pajak atas sarang burung dan tembakau. Dalam hal kekuasaan
politik lainnya, Sunan juga tidak lagi memiliki hak monopoli pemberian jabatan.
Meski hak-hak Kasunanan sudah sangat kecil, pergulatan
internal kraton tidak juga reda, sampai akhirnya menyulut perang saudara pada
periode 1755 – 1757, yang mengakibatkan kraton Kasunanan pecah menjadi empat
sampai di alam republik sekarang. Keempat kraton tersebut adalah Kasunanan
Surakarta dengan rajanya yang bergelar Pakubuwana, Kasultanan Yogyakarta dengan
rajanya yang bergelar Hamengkubuwana, kadipaten Mangkunegaran dengan
penguasanya yang bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara dan
yang keempat, kadipaten Pakualaman dengan penguasanya yang bergelar Kanjeng
Gusti Pangeran Adipati Arya Pakualam.
Inilah sejarah pahit yang pernah kita alami dengan pedagang
dan pemodal-pemodal asing,yang masuk ke bumi Nusantara dengan dalih bisnis,
tapi pada akhirnya berubah menjadi pendudukan dan penjajahan yang berlangsung
sekitar tiga setengah abad. Sebetulnya hal itu wajar saja, karena pada dasarnya
di sepanjang sejarah kehidupan manusia, manusia yang satu selalu ingin
menguasai manusia yang lain, bangsa yang satu ingin menguasai bangsa yang lain.
Yang tidak wajar adalah orang atau bangsa yang tidak mau belajar dari sejarah
untuk memahami nafsu hegemoni manusia atau sesuatu bangsa atas yang lain.
Sementara itu ribuan rakyat Nusantara dibuang ke Afrika
Selatan. Sebagian besar dijadikan budak yang dikirim dalam keadaan tangan dan kaki
terbelenggu, sedangkan puluhan lainnya sebagai tokoh politik yang diasingkan,
jauh dari tanah tumpah darahnya, jauh dari tahta dan keluarganya, bahkan
sebagian besar dari kita tidak mengenal apalagi mengenangnya.
Akan tetapi di Afrika Selatan nun jauh itu, api semangat
perjuangan putra-putra Nusantara dan keturunan-keturunannya, berkobar membakar
semangat perjuangan saudara-saudaranya para bumiputra Afrika, bangkit melawan
penjajahan dan politik perbedaan rasial. Bahkan seonggok makam putera Madura
Pangeran Cakraningrat di pulau Robben, telah diakui menjadi sumber inspirasi
bagi Nelson Mandela tatkala mengalami masa-masa putus asa lantaran di penjara
selama 27 tahun, 18 tahun di antaranya di penjara pulau Robben yang amat sangat
ketat, di samping makam keramat Sayed Abdurrahman Motura, dari Madura, atau
Pangeran Cakraningrat IV.
Kini kita memahami hikmah dari skenario Gusti Allah,
mengapa mengirimkannya ke Pulau Robben. Keberadaannya mengobarkan semangat
Nelson Mandela untuk terus memimpin perjuangan kemerdekaan bangsanya, sampai ia
dibebaskan pada 11 Februari 1990, yang begitu keluar dari pintu penjara
langsung brziarah menuju makam Pangeran Cakraningrat IV, yang tengah
berlangsung keramaian besar.
Pada tahun 1994 akhirnya Nelson Mandela bersama rakyat
Afrika Selatan berhasil mewujudkan Afrika Selatan yang merdeka dari berbagai
bentuk penjajahan dan penindasan rasial, dan dilantik menjadi Presiden pada 10
Mei 1994 dalam usia 76 tahun untuk selama 5 tahun. Pada 14 Juni 1999 ia
digantikan oleh Thabo Mbekti, namun terus berkibar sebagai bapak bangsa yang
menginspirasi dan sangat dihormati dunia sampai wafat tanggal 5 Desember 2013.
Nelson Mandela telah mengajarkan pahit getir sejarah yang diungkapkan apa
adanya namun tanpa rasa dendam, sehingga namanya memancarkan aroma harum ke
seluruh penjuru dunia.
Uniknya pula hampir dalam setiap penampilannya di depan
publik termasuk dalam acara-acara resmi, Mandela mengenakan baju batik
Indonesia, satu hal yang sampai buku ini ditulis bahkan tidak dilakukan oleh
Presiden Indonesia.
Semoga catatan sederhana ini dengan ridho, rahmat dan
berkahNya, dapat ikut mengetuk pintu pemahaman dan kesadaran kita semua.
Aamiin.
(Ikuti seri Bagian III : CATATAN PERJALANAN KE TANJUNG HARAPAN, TEMPAT BUANGAN PARA PENENTANG KONGSI DAGANG BELANDA
Foto (1): Prasasti Makam Sayed
Abdurahmen Motura atau Pangeran Cakraningrat IV, dibuat
oleh Pemerintah Afrika Selatan tahun 1969. (2) Prasasti yang dibuat oleh Cape Mazaar Society. (3). Penulis dan isteri di depan pintu makam.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda