Hikmah
dari Tanjung Harapan.
Apapun latar belakang mereka orang-orang Nusantara yang
dibuang ke Tanjung Harapan - Afrika Selatan, baik sebagai budak maupun tahanan,
mereka adalah para pahlawan. Para budak adalah rakyat jelata yang tak berdaya,
yang dengan rantai besi yang melilit anggota tubuhnya , dirampas dari keluarganya serta dibuang dari tanah tumpah
darahnya. Sedangkan para tokoh yang pada umumnya adalah para bangsawan dan
ulama di daerahnya, terpaksa menjadi tawanan lantaran melawan penjajahan
Belanda atau menolak dominasi VOC, perusahaan dagang Belanda. Jika mereka tidak
melawan dan bersedia bekerjasama bahkan tunduk menjadi kompradornya sebagaimana
beberapa bangsawan yang lain, tentulah nasibnya tidak seburuk yang mereka
alami. Tetapi itu tidak mereka lakukan.
Semangat dan peranan mereka beserta para keturunannya
dalam melawan penjajahan sampai di Afrika Selatan, telah diakui oleh bangsa dan
Pemerintah Afrika Selatan. Sementara sampai tulisan ini dibuat, belum banyak
dari kita bangsa Indonesia yang mengetahui apalagi mengenalnya. Bahkan lebih
jauh lagi menjadi tanda tanya besar, sejauh mana kita memahami serta mengambil
hikmat atas sejarah yang mereka torehkan dengan darah, airmata dan jiwa mereka
dalam melawan invasi dan penetrasi penjajah bangsa asing, yang masuk ke
Indonesia dengan dalih bisnis, tapi ujung-ujungnya adalah penjajahan di segala
bidang kehidupan, yang berlangsung selama tiga setengah abad.
Sebagaimana diajarkan oleh Proklamator Kemerdekaan
Republik Indonesia, Bung Karno, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
para pahlawannya. Demikian pula ajakan beliau jasmerah, atau jangan
sekali-sekali melupakan sejarah, termasuk sejarah para pahlawan kita yang
dibuang ke Afrika Selatan, serta sejarah bagaimana Portugis dan Belanda dengan kedok bisnis, tapi pada akhirnya
menjajah kita. Semoga kita tidak akan pernah melupakannya. Karena hegemoni,
nafsu untuk menguasai manusia yang satu atas yang lain, bangsa yang satu atas
bangsa yang lain itu telah berlangsung sepanjang sejarah manusia itu sendiri,
dan akan terus berlangsung sampai kapan pun; hanya varian, bentuk dan caranya saja
yang berbeda. Semoga kita bisa memetik
hikmah, ruh dan semangat perjuangan pahlawan-pahlawan tersebut. Aamiin. Foto mural pembebasan dan kemerdekaan di dermaga Pulau "Penjara" Robben.(ikuti selanjutnya BAGIAN II: PERGULATAN CAKRANINGRAT – MATARAM - KOMPENI).
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda