·
Jakarta 15 Januari 1974, terjadi
kerusuhan sosial paling hebat sejak Peristiwa G30S. Sebanyak 11 orang
dilaporkan meninggal, 177 orang luka berat, 120 luka ringan dan 775 orang
ditahan. Sebanyak 807 mobil dan 187 sepeda motor serta 144 bangunan rusak atau terbakar.
Kerugian harta benada lain sulit dihitung, tetapi sedikitnya 160 kilogram emas
hilang dari sejumlah toko perhiasan.
Kerusuhan yang kemudian dikenal sebagai
Peristiwa Malari itu dipicu oleh gerakan mahasiswa di berbagai daerah khususnya
Jakarta,semenjak semester kedua tahun 1973. Mereka bergerak antara lain
menuntut agar strategi pembangunan Pemerintah Orde Baru jangan hanya sekedar
mengejar pertumbuhan, namun mengutamakan pemerataan bagi masyarakat luas. Dalam
rangka itu mereka juga mengingatkan bahaya modal asing yang tidak menunjang
tujuan pembangunan dan tidak dapat memberikan kesempatan kerja lebih banyak
kepada rakyat. Apalagi jika tenaga-tenaga asing yang masuk tidak memahami kebudayaan
dan adat-istiadat bangsa Indonesia, bahkan sebaliknya para karyawan Indonesia
harus tunduk pada adat-istiadat mereka.
Hal yang menarik dari gerakan mahasiswa
yang dipimpin oleh Hariman Siregar ini adalah kemampuannya menggalang isu-isu
yang menyentuh secara tepat kehidupan masyarakat luas, serta
menggerakkannya menjadi sebuah Travelling
Discussion yang diselenggarakan di berbagai tempat dan kampus di
berbagai daerah yang diikuti tidak hanya oleh mahasiswa tapi juga para
budayawan, buruh, pelajar dan kaum intelektual dengan liputan media massa yang
cukup luas.
Menanggapi
tuntutan dan gerakan mahasiswa tersebut, pada 11 Januari 1974 Presiden Soeharto
menerima serta berdialog dengan 90 orang mahasiswa yang mewakili 31 Dewan
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Pada akhir acara, Pak Harto
menyerahkan buku-buku Repelita I kepada mahasiswa, dan tidak seperti biasanya,
dalam kesempatan itu ia memeluk sang tamu, Hariman Siregar.
Unik juga pemaparan
Peristiwa Malari oleh Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara, yang kemudian
juga dijadikan salah satu bahan vonis Hakim terhadap Hariman Siregar, yang pada
hari ini 1 Mei 2018 genap berusia 68 tahun. Di masa sekarang, laporan itu menunjukkan
dinamika gerakan mahasiswa yang luar biasa di masa lalu. Kisah selengkapnya
disajikan dalam bab 8 buku “Jenderal
YOGA, Loyalis di Balik Layar.”
Foto: Hariman Siregar (baju putih) bersama sahabat-sahabatnya lintas kalangan dan daerah.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda