Jumat, 30 Maret 2018

PARA PAHLAWAN NUSANTARA DI AFRIKA SELATAN, dari Madura untuk Nelson Mandela (9) Sultan Melayu Matebe Shah



Sultan Melayu Matebe Shah





Wikipedia : Islam in South Africa menandai tahun 1667 sebagai awal kedatangan para tahanan dan politisi buangan dari Nusantara, yakni tokoh-tokoh masyarakat dan para bangsawan yang menolak kedatangan pengusaha-pengusaha Belanda yang mencoba menancapkan cengkeraman kekuasaan dan hegemoni perekonomian. Karena pada umumnya mereka adalah para bangsawan bahkan raja di daerah setempat, mereka kemudian disebut Orang Cayen, orang yang berkuasa dan berpengaruh. Kemungkinan besar itu berasal dari kata kajen, yang dalam bahasa Jawa berarti orang yang dihormati dan dimuliakan.

Politisi pertama yang dibuang ke Cape dikenal sebagai Raja dari  Sumatera, yang kemudian disebut  Syeh Abdurahman Matebe Shah disertai Sayed Mahmud dan seorang tahanan lainnya. Tawanan yang terakhir ini selanjutnya dibuang ke pulau Robben.

Matebe Shah adalah Sultan terakhir dari Kerajaan Malaka, keturunan  Pangeran Megat Iskandar Shah yang berasal dari Sumatera, yang mendirikan kerajaan tersebut pada abad ke 15. Kekuasaan  dan pengaruh Kesultanan Malaka  meliputi wilayah Melayu, membentang dari sebagian Sumatera sampai ke semenanjung Malaya. Sultan Matebe Shah dan Sayed Mahmud sangat menentang kedatangan Portugis dan Belanda, namun kemudian tertangkap dan dibawa ke Batavia. Ada dua informasi yang berbeda mengenai kapan kedatangan Sultan Matebe di Afrika Selatan. 
 
Guide to the Kramats of the Western Cape halaman 23  menyebutkan mereka diangkut dengan kapal Polsbroek, yang berlayar meninggalkan Batavia pada 24 Januari 1667 dan tiba di Cape 13 Mei 1668. Sementara itu dalam https://showme.co.za/lifestyle/circle-of-saints/ ditulis kapal Zuid-Polsbroek yang membawa Sultan Mateba tiba di Cape pada Januari 1667.

Perihal pendudukan Hindia Belanda di Malaka, tahun 1641 Gubernur Antonio van Diemen berhasil mempengaruhi dan membuat perjanjian antara VOC dengan Sultan Johor, untuk membantu mengusir Portugis dari Malaka. Malaka sudah diduduki oleh Portugis semenjak tahun 1511, dan sejak September 1640 Malaka dikepung oleh armada Belanda dibawah pimpinan Minne Willemszoon Keerdekoe. Dengan bantuan kapal baru yang dikirim dari Batavia, akhirnya pada tanggal 14 Januari 1641 Malaka jatuh ke tangan Belanda, dan van Diemen mengangkat Pieter van den Broeck sebagai pemimpin VOC di sana. Sebagai imbalan atas kesuksesan ini, Sultan Johor membuka lebar-lebar semua pelabuhan di pantai Riau kepada VOC.

Pada abad 17 itu para Sultan dan bangsawan di Semenanjung Malaya, pada umumnya berasal dari Sumatera, dan wilayah pengaruhnya membentang sampai ke sebagian Sumatera. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila Sultan Matebe disebut Sultan terakhir dari Malaka yang berasal dari Sumatera.
Bersama Sayed Mahmud dan seseorang yang tidak diketahui namanya, Sultan Matebe dirantai bertiga secara bergandengan. Sultan dan Sayed Mahmud  diasingkan di daerah Constatia. Di sana mereka mengajarkan Islam kepada para budak. Sedangkan yang seorang lagi dikirim ke pulau Robben.

Menurut Ebrahim Mahomed Mahida dalam “History of Muslim in  South Africa: 1652 -1699 (South African History Online)” , mengutip sejarawan GM Theal dalam bukunya “History of South Africa 1795, on the Dutch East India Company”, sesungguhnya sebelum kedatangan Sultan Matebe, pada tahun 1654 Pengadilan Belanda di Batavia telah menghukum 4 orang yang berkhotbah menyerukan perlawanan  terhadap pendudukan Belanda di Batavia. Tiga dari mereka dibuang ke Mauritius dan seorang ke Tanjung Harapan. Orang ini menurut GM Theal merupakan orang muslim pertama yang tercatat menjejakkan kakinya di bumi Afrika Selatan, dua tahun setelah bangsa kulit putih menghuni negeri ini.

Namun dalam “The Malay of Cape Town”, JS Mayson menulis tahun 1652 sebagai kedatangan sejumlah orang Islam Melayu yang dibawa Belanda dari Batavia ke Cape bersama dengan Jan van Riebeeck. Merekalah yang diduga merupakan orang Islam generasi pertama yang menjejakkan kakinya di Cape. Foto/Ilustrasi, bangunan makam, makam dan peta ke makam Sultan Mateba. Diaimbil dari buku Kramats of the Western Cape.
(Bersambung).

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda