Senin, 02 April 2018

PARA PAHLAWAN NUSANTARA DI AFRIKA SELATAN, dari Madura untuk Nelson Mandela (11) Raja Tambora Sultan Abdul Basi.



Raja Tambora Sultan Abdul Basi.





Gelombang tahanan berikutnya setelah Syeh Yusuf adalah Raja Tambora Sultan Abdul Basi, yang tiba pada th 1697, yang disebut sebagai penerus Kerajaan Majapahit, yang dengan keras dan gigih melawan kedatangan Belanda. Sang Raja mendarat di Cape dalam keadaan dirantai dan ditahan di Benteng. Atas upaya Syeh Yusuf, Sang Raja kemudian dipindahkan ke sebuah daerah terasing, Vergelegen di distrik Stellenbosch, hidup terisolasi dari tahanan-tahanan politik lainnya. Di sini ia membuat mushaf Al Qur’an berdasarkan ingatannya, dan kemudian menghadiahkan kepada Gubernur Simon van der Stel.

Meski diisolasi ia diijinkan menikah  dengan puteri Syeh Yusuh bernama Sitina Sara Marouf. Semua anak dari perkawinan itu menurut Robert H Shell dalam “the Establishment and Spread of Islam at the Cape from the beginning of Company Rule to 1838”, dalam The Mosques of Bo-Kaap dan “History of Muslim in Soith Africa masuk Kristen.

Seorang puteranya yaitu Ibrahim Adahan dibaptis pada 2 November 1721 dan berganti nama menjadi Abraham Addehan yang kemudian dipanggil de Haan. Sementara anak yang lain yakni Mochamat Dayan menjadi David Sultania dan Mochamat Aserk menjadi Isaak Sultania. Keduanya kemudian menjadi anggota gereja di Cape Town. Sedangkan anak perempuannya, Sitina Asia dibaptis pada 22 Desember 1721 dan berganti nama menjadi Dorothe Sultania.  

Robert Shell menulis, pahlawan dan pemimpin Voortrekker yang tewas terbunuh tahun 1838, Piet Retief, nama lengkapnya Pieter Maurits Retief adalah keturunan Raja Tambora tersebut.

Piet Retief lahir 12 November 1780  dan wafat  secara mengenaskan pada 6 February 1838 dalam misi perundingan dengan suku asli Zulu. Ia membawa rombongan para petani  dan peternak Eropa untuk membuka lahan pertanian baru, pindah dari wilayah Cape ke pedalaman, menghindari perang dengan Inggris. Anak laki-laki serta rombongannya tewas dibunuh di depan matanya, sementara ia menjadi korban pembunuhan terakhir. 

Nama Piet Retief kini diabadikan dalam monumen megah setinggi 40 meter, lebar 40 meter dan panjang juga 40 meter, yang dibangun di Voortrekker, Pretoria. Voortrekker yang berarti perjalanan hebat, menggambarkan perjuangan mereka yang penuh kepedihan, darah dan air mata.  Wikipedia yang diunduh 02 April 2018 (https://en.wikipedia.org/wiki/Piet_Retief) menyebutkan Piet Retief mempunyai darah keturunan Perancis. Foto patung Piet Retief, sumber Wikipedia.


(Bersambung).






0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda