Senin, 20 Mei 2013

OPERASI TANGKAP TANGAN dan PEMBERANTASAN KORUPSI




Berikut adalah seri tuip @b_wiwoho:

1.Operasi Tangkap Tangan Koruptor (#OTTK), benarkah bisa bikin jera? Jika hanya itu saja, tidak akan pernah!

2.Jawaban itu pulalah yang saya sampaikan kepada  Menteri Keuangan JB.Sumarlin (1988 - 1993).

3.Saat itu saya ditugasi untuk kedua kalinya melakukan #OTTK pegawai pajak (fiskus) atas informasi pengusaha Probo Sutejo.

4.#OTTK pertama saya lakukan dengan sukses di Bandung atas informasi Jenderal TNI (Pur) Hasnan Habib.

5.Ketika Menkeu menugasi #OTTK yang ke2, saya tetap menyanggupi namun dengan catatan sebagai yang terakhir.

6.Ke2 #OTTK itu saya siapkan dengan tim secara sangat rahasia, sedangkan yang  melakukan TTK  tetap tim resmi dari Inspektorat Jenderal (Itjen).

7.Tim Itjen hanya dilibatkan #OTTK menjelang jam penyergapan tanpa tahu persis siapa+kasusnya.

8.Kenapa saya menyanggupi itu yang terakhir? Karena #OTTK seperti itu takkan dapat menghentikan kejahatan fiskus lebih-lebih manipulasi pajak.

9.Untuk melihat indikasi kejahatan fiskus dan pegawai negeri pada umumnya sangat mudah, tanpa #OTTK yang melelahkan.

10.Lihat saja gaya hidup keluarga besar dan rumahnya.Tanpa perlu #OTTK.

11.Jika Menkeu berkenan, tiap hari sampai masa jabatannya selesai, saya bisa temani dan tunjukkan, tanpa #OTTK.

12.Gaya hidup mereka banyak yang jauh diatas gajinya sebagai pegawai negeri#OTTK.

13.Ada saja dalihnya, sok bisnis, warisan, hibah dll. Jika perlu beli kertas meterai tua dengan harga mahal#OTTK.

14.Atau mencetak sendiri dan membuatnya seolah-olah kertas lama#OTTK.

15.Tak kalah penting adalah mesin tik tua sesuai zamannya. Semua bisa diatur #OTTK.

16.Semua itu omong kosong dan tidak terlalu sulit mematahkan argumennya #OTTK

17.Karena itu#OTTK saja, takkan bisa menghentikan gaya hidup mewah + boros fiskus dan pegawai negeri apalagi basmi korupsi.

18.Pemberantasan korupsi harus dilakukan secara prenventif dan represif, bukan hanya #OTTK

19. Korupsi fiskus dan lain-lain itu tidak hanya karena mental bobrok tapi juga karena sistem yang jelek #OTTK.

20.Korupsi + indikator instabilitas lainnya membuat RI selama satu dasawarsa pada ranking 50an dari indeks 60 Negara Gagal#OTTK

21.Menyedihkan, RI berada dalam satu kelompok dengan Guinea, Ekuatoria, Kirgistan,Turkmenistan, Eritrea,Moldova#OTTK

22.Ironis juga, masyarakat belum menyadari akibat yang amat buruk dan ganas dari korupsi#OTTK

23.Padahal itulah akar utama ketidakadilan,kemiskinan+kerusakan negara #OTTK.

24.Karena itu kita harus mengobarkan perang total terhadap korupsi#OTTK

25.Mulai dengan memperbaiki semua sistem birokrasi sampai betul-betul melibas habis koruptor#OTTK

26.Termasuk membuat UU Pembuktian Terbalik Asal-Usul Harta Kekayaan#OTTK.

27,Untuk sementara kita bisa pakai UU Tindak Pidana Pencucian Uang#OTTK

28.Tapi UU Pencucian Uang itu masih kurang memadai karena itu perlu UU yang lebih khusus#OTTK.

29.Tanpa UU Pembuktian Terbalik Asal-Usul Harta Kekayaan, omong kosong kita mau basmi korupsi#OTTK

30.Semua gagasan itu sudah disampaikan ke @SBYudhoyono oleh pak Try Sutrisno atas nama sejumlah tokoh Oktober 2004#OTTK

31.Gagasan itu juga saya ungkapkan kembali dalam Pelatihan Pengembangan Produk Komunikasi Anti Korupsi @KPK_RI Agustus 2008#OTTK.

32.Tapi kita semua masih lebih senang opera sabun dalam basmi korupsi. Bukan tidak perlu, tapi jauh dari cukup#OTTK.

33.Sadarlah saudaraku, teroris itu jahat, tapi koruptor jauh lebih jahat lagi#OTTK.

34.Karena itu basmi korupsi harus dimulai dari penyebab awal, yaitu sistem birokrasi dan tata pemerintahan#OTTK

35.#OTTK yang dramatis, apalagi jika ada orang cantiknya, hanyalah serpihan kecil gunung es atau busa dari opera sabun#OTTK.

36.Sebagai rakyat marilah kita bertekad memerangi korupsi mulai dari diri sendiri#OTTK.

37.Misalkan jangan ikutan korupsi atau membantu korupsi dan jangan mau terima hasil korupsi#OTTK

38.Sejalan dengan kode etik kehormatan di Akademi Militer West Point AS "a cadet will not lie,cheat,steal or tolerate those who do"#OTTK

39.Maka jangan sedikitpun bersikap toleran terhadap korupsi dan koruptornya#OTTK

40.Perang basmi korupsi harus dikobarkan dan didukung seluruh rakyat, bagaikan perang melawan penjajah#OTTK.

41.Perang basmi korupsi adalah perang melawan musuh-musuh agama dan musuh Rasulullah (bagi yang Islam)#OTTK

42.Perang basmi korupsi adalah perang melawan musuh yang memiskinkan rakyat#OTTK

43.Perang basmi korupsi adalah perang terhadap musuh yang merusak dan menjarah sumber daya alam kita#OTTK

44.Sudah jelas, koruptor itu orang dzolim dan memeranginya adalah bentuk ketaatan kepada Tuhan, Allah Swt#OTTK

45.Pasti Allah mengasihi dan menolong hamba-hambaNya yang taat. Aamiin#OTTK.

Kamis, 16 Mei 2013

Setan, musuh bebuyutan manusia (1 - 3) : MENGENAL TIPU DAYA SETAN.



                               

Anda tahu setan, iblis, jin dan hantu? Kita semua pasti pernah mendengar kata itu. Tapi siapakah yang mengenalinya, apalagi yang pernah melihat wujudnya? Amat sangat sedikit orang yang memperoleh hidayah untuk bisa melihat wujudnya. Dan ini wajar saja, mengingat mereka itu memang makhluk gaib  yang sudah memperoleh ketetapan dari Gusti Allah, yaitu mereka dapat melihat kita , sedangkan manusia tidak dapat melihatnya (Surat Al A’raf: 27

Lantas bagaimana mungkin kita bisa mengenalinya jika tidak bisa melihatnya? Lagi pula untuk apa kita harus mengenalinya? Justru lantaran tidak dapat melihatnya, maka kita harus mengenali sifat dan produk-produk perilakunya, agar kita bisa mengatasi serta mengalahkannya. Kita akan dapat mengenali dan insya Allah mampu mengalahkan setan sang penggoda itu apabila kita mau memahami serta menyadari sejarah penciptaan manusia.

Sebagaimana dikisahkan kitab suci Al Qur’an, dalam menciptakan alam raya seisinya, Gusti Allah juga menciptakan tiga jenis makhluk yang luar biasa. Pertama malaikat, yang menurut riwayat Aisyah diciptakan dari nur atau cahaya. Kedua, jin yang diciptakan dari api yang sangat panas (Surat Al Hijr : 27). Sesudah itu menciptakan manusia yang berasal dari tanah kering lagi hitam (Al Hijr : 26), yang kepada para malaikat Allah Swt berfirman akan menjadikan manusia sebagai khalifah  di muka bumi. Selanjutnya Gusti Allah memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud kepada manusia, sebagai tanda memuliakan serta menghormatinya (Al Baqarah : 30, 31, 32, 34 dan seterusnya, juga surat Al A’raf : 11, Al Hijr : 29 dan Al Kahfi : 50).

Tidak ada ayat ataupun hadis yang menjelaskan, apakah para malaikat yang berasal dari cahaya dan jin yang berasal dari api tersebut pada mulanya sama-sama disebut malaikat. Tapi perintah untuk bersujud kepada manusia di dalam berbagai surat itu, jelas-jelas menyebut malaikat, yang karena ketaatannya kepada Allah maka malaikat
yang berasal dari cahaya langsung bersujud kecuali iblis yang berasal dari golongan jin. Sampai-sampai Allah menegurnya, “ ‘Apakah yang menghalangimu tidak bersujud (kepada Adam/manusia) ketika Aku memerintahkanmu?’ Iblis atau setan menjawab, ‘ Aku lebih baik dari padanya. Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah’ “ (Surat  Al A’raf : 12). Jawaban seperti itu adalah sebuah kesombongan, dan kesombongan membuat Allah murka. Sombong karena merasa lebih baik dari manusia, membuat iblis tidak taat kepada perintah Allah untuk bersujud kepada manusia, sehingga Allah berfirman, “Turunlah engkau dari surga karena engkau tidak patut menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya  engkau termasuk orang-orang yang hina” (Al-A’Raf:13).

Saya yakin banyak dari kita yang sudah membaca ayat tersebut bahkan ayat-ayat selanjutnya yang menggambarkan dialog iblis dengan Allah, termasuk permohonan ijin untuk menggoda dan menguji manusia, apakah betul-betul merupakan makhluk yang mulia. Dari surat-surat dan ayat-ayat tadi kita bisa menarik pelajaran serta pengetahuan bahwa kesombongan itu dibenci Allah dan merupakan salah satu akar dari semua dosa. Dalam tulisan “Jauhi Akar Semua Dosa” di buku “Mutiara Kehidupan Untuk Anak” saya kutipkan sabda Kanjeng Nabi Muhammad tentang wahyu Allah Swt kepada Nabi Musa yaitu, “Sesungguhnya induk segala kesalahan ada tiga yakni sombong, dengki atau hasud dan rakus. Dari tiga tadi lahir enam sikap jelek, maka sesungguhnya ada sembilan. Yang enam adalah gemar kenyang, tidur, gemar santai, cinta harta, cinta pujian dan cinta kekuasaan”.

Al Ghazali dalam kitab “Menuju Mukmin Sejati” juga mengupas penyebab kehinaan dan dosa yang semuanya datang dari nafsu. Ada tiga pangkal nafsu yaitu sombong, serakah dan iri-dengki. Supaya lebih populer dan mudah dicerna, saya menyebut ketiga hal itu sebagai akar dari semua dosa.

Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar mengajarkan kepada kita untuk memahami sikap taat malaikat dan ketidaktaatan iblis itu, sebagai bukti awal bahwa Allah telah menakdirkan di dalam iradatnya, menciptakan roh baik dan roh buruk.
Demikianlah baik dan buruk, malaikat dan setan, panas dan dingin, senang dan susah, lapar dan kenyang, selalu berpasangan bagaikan dua sisi dari satu keping uang logam.

Pelajaran lain yang bisa dipetik dari kisah iblis di atas ialah, iblis telah meminta dan memperoleh mandat dari Gusti Allah untuk menggoda dan menguji manusia. Iblis itu juga mengakui kebesaran serta kekuasaan Allah, dan tidak menyekutukannya. Iblis hanya tidak taat dan sombong. Sebaliknya manusia, dalam kisah-kisah selanjutnya sampai saat kiamat kelak, karena godaan iblis maka kecuali tidak taat dan sombong, juga ada yang menyekutukan Allah dengan iblis itu sendiri.

Sungguh luar biasa iblis ini. Disamping sudah menggenggam mandat dari Gusti Allah, mereka juga bisa melihat manusia, tetapi sebaliknya manusia tidak bisa melihatnya. Oleh sebab itu, wajar saja bagi kita pada umumnya jika tidak mudah mengatasi serta menaklukkan  iblis. Meskipun demikian kita tidak boleh kehilangan akal untuk menghadapinya. Salah satu cara yang cukup ampuh guna melawannya ialah dengan mengenali sifat serta ciri-ciri perbuatan setan.

Sifat serta ciri-ciri perbuatan setan tersebut ialah (1) kesombongan, (2) jahat – mungkar – batil dan hal-hal yang terkutuk, (3) durhaka, (4) ingkar, (5) perselisihan dan permusuhan, (6) boros, (7) keji, bengis dan kotor, (8) kikir, (9) pandai bujuk rayu, manis memperdaya agar manusia melakukan perbuatan-perbuatan (1) sampai dengan (8) diatas, khususnya membujuk manusia melupakan Gusti Allah, (10) menyesatkan dan menjerumuskan ke perbuatan-perbuatan di atas.

Maka apabila suatu saat kita tergoda, terpikir atau bahkan sudah melakukan perbuatan sebagaimana ciri-ciri tadi, atau misalkan tiba-tiba muncul rasa sombong pada diri kita, segera sadar dan bertaubatlah. Mohonlah ampun serta pertolongan dari Gusti Allah, karena kita telah, sedang atau akan digelincirkan oleh setan.
A’udzubillahi minasy syaithanir rajim.

Depok, 12 Mei 2013.


Amalan sederhana sehari-hari: MEMAKNAI UCAPAN SALAM DARI SINETRON TUKANG BUBUR.

Saudaraku, perbuatan baik atau amal saleh apakah yang sudah anda lakukan hari ini? Sesungguhnyalah, banyak hal yang bisa dan harus kita lakukan sebagai hamba Allah dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai khalifatullah fil ard atau wakil sekaligus utusan Gusti Allah di muka bumi, maka kita wajib mengisi serta memberi makna kehidupan kita dengan sebaik-baiknya. Kita wajib membangun monumen tugu amal saleh yang indah, yang pondasi dan struktur bangunannya adalah iman yang kokoh.Di dalam Al Qur’an, kata “iman” pada umumnya digandengkan dengan “amal”. Misalnya dalam surat Al Bayyinah (98:7), “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk”. Contoh lain lagi adalah surat An Nahl (16:97), “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik”.Mengapa cukup banyak kata “iman” yang dikaitkan dengan kata “amal”, karena amal merupakan realisasi dari iman. Iman tanpa amal, tidak banyak arti dan kemaslahatannya, dan hanya Tuhan serta diri kita saja yang tahu benar tidaknya. Akan tetapi bila iman dikaitkan dengan amal, maka akan nampak wujudnya dalam perilaku sehari-hari. Dengan demikian iman baru akan sempurna jika dibuktikan atau diwujudkan dalam amal perbuatan dan perilaku.
Dalam rangka membuktikan keimanan kita, marilah kita berlatih melakukan amalan-amalan sederhana, yang bisa kita mulai dengan memaknai serta mengamalkan bacaan-bacaan populer yang sudah kita kenal selama ini, namun justru karena sangat populer acapkali kita memperlakukannya sebagai hal yang rutin, datar bahkan sering tanpa makna, “boro-boro” kita amalkan dalam perilaku.

Marilah kita mulai dengan membahas ucapan salam “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”.

Setahun terakhir ini ada sebuah seri sinetron televisi yang amat sangat populer, yaitu “Tukang Bubur Naik Haji”. Mari kita perhatikan, hampir dalam setiap babak diawali dan diakhiri dengan ucapan salam, padahal isi ceritanya tentang pertengkaran, iri-dengki, gosip bahkan fitnah. Demikian berulang-ulang terjadi. Sinetron ini menggambarkan dengan tepat kebiasaan masyarakat kita sehari-hari. Bukankah kita sering menyaksikan, mengalami atau bahkan mungkin melakukannya sendiri, tatkala mengucapkan atau membalas salam. Mungkin kita tidak menyadari, mengucapkannya sambil ogah-ohan setengah hati, “salam!”. Atau berteriak “Assssalammmmualaikummmm……..”. Padahal ucapan salam itu doa, yang berarti kita sedang berbicara dengan Gusti Allah Sang Maha Raja di Raja, menyampaikan permohonan. Pantaskah? Layakkah? Sopankah, berbicara dengan Sang Maha Kuasa sambil berteriak? Layakkah kita memperlakukan ucapan doa yang begitu mulia itu bagaikan sebuah mainan? Layakkah kita sering mengucapkan tapi tidak mengamalkannya?

Semua umat Islam pasti tau ucapan “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”, yang artinya “ Semoga kedamaian, rahmat dan berkah Allah dilimpahkan kepada anda”.
Ucapan salam yang merupakan doa tersebut menjadi kebiasan dan ciri khas umat Islam, mematuhi ajaran Kanjeng Nabi Muhammad Saw sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah sebagai berikut: “ Kalian tak akan masuk surga sampai kalian beriman dan saling mencintai. Maukah aku tunjukkan satu amalan yang bila dilakukan akan membuat kalian saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam diantara kalian”.

Hadis lain yang diriwayatkan Abu Daud dan Tarmizi, menjelaskan derajat nilai penggalan-penggalan salam yaitu “Assalamualaikum” dengan 10 pahala, “Assalamualaikum warahmatullah” dengan 20 pahala dan diucapkan lengkap “Assalamulaikum warahmatullahi wabarakatuh” sebagai 30 pahala.

Jika kita kaji secara cermat, hakekat dan tujuan menyebarkan salam yang dilandasi keimanan itu adalah untuk saling mencintai. Agar suasana serta hubungan saling mencintai bisa terwujud maka salam atau kedamaian - rahmat dan berkah itu harus diamalkan, dikerjakan sebagai perilaku menjadi perbuatan dan tindakan. Bukan hanya sekedar diucapkan. Apalah artinya Haji Muhidin dan Mak Enok dalam sinetron tadi selalu mengucapkan salam, bila perilakunya senantiasa menerbarkan kebencian dan permusuhan? Jika selalu menaruh

syak wasangka buruk kepada orang lain? Jika mau menang dan benar sendiri? Jika perangainya kasar lagi merendahkan orang lain? Jika perilakunya ujub-riya dan merasa sudah menggenggam kunci surga? Jika membagi senyum saja pelit? Semua pasti tidak suka terhadap Haji Muhidin dan Mak Enok. Sebaliknya kita senang terhadap Rumanah, Haji Salam dan Emaknya yang lembut, pemaaf, penuh cinta kasih lagi peduli terhadap sesamanya. Karena itu kita jangan sampai mau menjadi orang yang seperti Haji Muhidin (sebelum tobat) dan Mak Enok. Bahkan cucu saya yang baru berumur 3,5 (tiga setengah) tahun pun tidak mau disamakan dengan mereka.

Agar kita bisa mengamalkan dan menebarkan kedamaian serta cinta-kasih, maka marilah kita mulai dengan berdamai pada diri sendiri. Memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri sekaligus memaafkannya dengan kebesaran hati jika menemukan kekurangannya, dan sebaliknya mensyukuri segala kelebihan serta kenikmatan yang kita peroleh; memahami hakekat eksistensi kehidupan kita selaku khalifatullah fil ard. Sesudah bisa menciptakan kedamaian pada diri sendiri, selanjutnya menyebarkan sebagaimana perintah Baginda Rasul, kepada orang-orang serumah, kepada isteri/suami, anak-cucu, sanak-saudara.

Dari rumah kita melangkah keluar, kepada tetangga kiri-kanan, depan-belakang. Sudahkah kita bertegur sapa secara baik. Jika kita baru pindah rumah, sudahkah kita datang memperkenalkan diri kepada tetangga-tetangga baru kita? Dengan rendah hati menanyakan serta mempelajari tata pergaulan lingkungan? Berperilaku sopan lagi baik, bertegur sapa dan murah senyum? Sudahkah kita peduli terhadap sekeliling kita? Menjaga agar keberadaan dan kegiatan kita tidak merusak lingkungan tempat tinggal kita? Sumbangsih apa yang sudah kita berikan untuk menciptakan kedamaian, rahmat dan berkah pada lingkungan tempat tinggal kita?

Dari lingkungan tempat tinggal, kita melangkah lebih jauh ke lingkungan pergaulan, pekerjaan, ke masyarakat luas, bangsa dan negara. Bekal dan tujuan, visi dan misinya tetap sama yaitu iman dan amal saleh berupa kedamaian, rahmat dan berkah Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Itulah saudaraku, salah satu amalan sederhana sehari-hari yang mestinya mudah namun justru sering kita abaikan. Marilah kita bersama-sama melatih diri serta saling mengingatkan untuk mengamalkan ajaran yang luar biasa indahnya tersebut, dan……wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Depok, 17 April 2013.

Kamis, 02 Mei 2013

Suluk, tembang dakwah Walisongo (6): SLUKU - SLUKU BATOK, PLESETAN JAWA - ARAB




Ada satu tembang dolanan yang sekilas seperti sepenuhnya berbahasa Jawa, tetapi sesungguhnya merupakan gado-gado atau bahkan “plesetan” bahasa Jawa  - Arab. Plesetan adalah sebuah permainan pengucapan kata-kata, dari kata-kata asli yang biasanya merupakan bahasa asing ke dalam bahasa Jawa atau Indonesia, dengan lafal yang mirip.

Penulis masih ingat, pada akhir tahun 1960-an sampai awal 1970-an, lagu Bee Gees “It’s Only Words” sedang ngetop di kota pelajar Yogyakarta. Lagu yang dimulai dengan kalimat:

“Smile an everlasting smile
A smile can bring you near to me
………………. dan diakhiri dengan kalimat:
It’s only words and words are all I have
To take your heart away”,
diplesetkan oleh  kawan para mahasiswa  pendatang sebagai berikut:
“ Senyum selalu tersenyum
Senyum bikin perut kenyang
…………………………………..
Ra iso ngliwet ora duwe duwit
Duwite mlayu wae”, maksudnya “ Tidak bisa ngliwet (menanak nasi), tidak punya uang. Uangnya lari terus”.

Plesetan seperti ini lazim terjadi di Jawa. Salah satu tembang dolanan ciptaan Sunan Giri, yaitu “Sluku - Sluku Batok”, juga diduga merupakan hasil plesetan dari tembang yang aslinya berbahasa Arab, karena baris pertamanya tidak ada artinya di dalam bahasa Jawa. Tembang “Sluku – Sluku Batok” versi masyarakat awam seperti halnya penulis sewaktu kecil adalah:

Sluku – sluku batok
Batoke ela – elo
Sri Rama menyang Solo (kutho)
Oleh – olehe payung mutho
Mak jentit lolo lobah
Wong mati ora obah
Yen obah medeni bocah
Yen urip goleko duwit.

Tembang ini enak lagi mudah dinyanyikan serta kental dengan nuansa  Jawa. Namun demikian ternyata sulit dicerna maknanya. “Sluku” terkesan seperti suku yang berarti kaki. Tetapi sluku tidak ada artinya. Sedangkan “batok”, mempunyai dua arti yaitu tempurung kelapa dan tempurung kepala. “Ela atau elo” bisa berarti ukuran panjang yaitu 0,688 meter. Tapi bisa juga berarti menarik. Dalam konteks lagu ini, kependekan dari kata “gela – gelo”, maksudnya kepala (batok) menggeleng ke kanan – kiri.

“Sri Rama”, bisa berarti ayahanda, bisa juga berarti nama tokoh wayang Sri Rama dalam kisah Ramayana. “Menyang Solo (kutho)”, pergi ke Solo (atau ke kota). “Oleh – olehe payung mutho”, oleh - olehnya payung besar dari bahan kertas yang biasa dipakai untuk menaungi jenazah. “Mak jentit lolo lobah”, sulit diterjemahkan, tapi bisa ditafsirkan sebagai gerakan mendadak. “Wong mati ora obah”, orang mati tidak bergerak. “Yen obah medeni bocah”, jika bergerak (maksudnya orang mati tersebut), akan membuat anak kecil ketakutan. “Yen urip goleko duwit”, jika (masih) hidup carilah uang. Nampak bahwa makna secara keseluruhan kurang jelas.

Sementara itu versi kalangan pesantren jauh berbeda yaitu:

Ghuslu-ghuslu bathnaka
Bathnaka lailaha illallah
Sharima yasluka
Lailaha illallah hayun (wal) mauta
Mandzalik muqarabah
Hayun (wal) mauta innalillah
Mahabbatan mahrajuhu taubah
Yasrifu innal khalaqna insana mindhafiq (diambil dari Surat At Thaariq ayat 5 – 6, “Fan yanzhuril insaanu mimma khuliq. Khuliqa mim maa-in daafiq).

Artinya:

Sucikanlah batinmu
Batin senantiasa berzikir lailaha illallah
Ambillah jalan masuk
Esakan Tuhan selagi hidup (sebelum maut tiba).
Siapa yang ingin dekat dengan Allah
Hidup dan mati itu milik Allah
Kecintaan menuju pertobatan
Perhatikanlah, manusia itu diciptakan dari apa, ia diciptakan dari air yang memancar.

Dibanding tembang dolanan karya Sunan Kalijaga yakni “Gundul-Gundul Pacul”,  “Sluku – Sluku Batok” sangat kental kandungan Al Qur’annya. Hal itu sangat wajar karena ia digubah oleh Sunan Giri yang merupakan tokoh Islam Putihan yang tidak suka berputar-putar, tidak suka menggunakan tamzil dan sejenisnya. Meskipun demikian, satu persamaan para wali di masa itu, mereka sama-sama menggunakan media kesenian sebagai media dakwah.

Sungguh luar biasa pemahaman mereka mengenai cara berkomunikasi dan berdakwah ke masyarakat. Mereka tidak menggunakan pedang dan menumpahkan darah. Tidak juga dengan mengobarkan kebencian dan permusuhan, tidak menakut-nakuti dengan ancaman api neraka, melainkan dengan kelembutan dan kasih sayang. Sungguh kita patut berterimakasih kepada mereka, dan bersyukur kepada Gusti Allah Swt. Karena dengan semua itu, kita menjadi umat yang memperoleh hidayah cahaya keislaman seperti sekarang ini.

Subhanallah walhamdulillah.

Depok, 6 Maret 2013.