Kamis, 27 Februari 2014

Ancaman Perang Ibnu Arabi & Al Ghazali




Guru Besar tasawuf Muhyiddin Ibnu ‘Arabi (1165 – 1240M), juga berani menulis surat kepada Sultan Mesir Malik Kamil tatkala Sang Raja menolak berperang melawan tentara Salib, “Engkau Pengecut! Ayo bangkit ke medan perang! Atau kami akan memerangi engkau seperti memerangi mereka!” tulisnya.

Ibnu ‘Arabi dikenal sebagai salah seorang sufi terbesar dalam dunia Islam, bahkan seorang pemikir mistik besar. Tetapi karena pemikiran-pemikirannya yang kontroversial, beberapa ulama yang lain seperti Ibnu Taimiyah dan Ibnu al-Jauziah, mengkafirkannya. Ia juga pernah memberikan uraian tertulis terhadap kitab Khal’u an-Na’laini, yang oleh Ibnu Khaldun dianggap bid’ah.

Pemikiran tasawufnya yang sangat terkenal dan banyak pengikutnya di Indonesia adalah wahdatul wujud, yakni yang ada itu hanyalah satu, yaitu Tuhan. Segala yang ada selain Tuhan hanyalah penampakan lahir dari Yang Satu itu. Keberadaan yang banyak, yaitu makhluk, tergantung keberadaan Yang Satu, sebagaimana keberadaan bayang-bayang yang tergantung pada keberadaan suatu benda.


Al Ghazali Juga Pernah Mengancam Raja.

Sangat risau mendengar kekalahan dan penderitaan kaum muslimin di Andalusia, Ulama Agung Al Ghazali (1058 – 1111M)  menulis surat kepada Raja Maghribi, Yusuf Ibn Tasyfin sebagai berikut: “Pilihlah salah satu di antara dua. Memanggul senjata untuk menyelamatkan saudara-saudaramu di Andalusia, atau engkau turun tahta untuk diserahkan kepada orang lain yang sanggup memenuhi kewajiban tersebut”.

Demikianlah Sahabatku, tulisan tentang uzlah, kelembutan dan juga kekerasan hati para ulama tasawuf. Kami kemukakan sebagai suri tauladan tentang keberanian ulama menghadapi kekuasaan. Ulama harus tegak menjaga fungsinya sebagai pemegang amanah Allah, penjaga waris nabi-nabi serta  penegak keadilan dan jangan sebaliknya tunduk apalagi menutup mata dan mendukung kezaliman. Dalam sejarah, ulama-ulama tasawuf juga sangat peduli  dengan keadaan sosial serta kehidupan masyarakat di sekelilingnya dan tidak sibuk dengan dirinya sendiri saja.

Mengenai rakyat, penguasa dan ulama, Al Ghazali dalam kitab “Al-Tibbr Al-Masbuk fi Nasihat Al Muluk atau Nasihat Bagi Penguasa”, menyatakan watak dan perangai rakyat merupakan buah atau hasil dari watak dan perangai para pemimpinnya. Sebab keburukan yang dilakukan orang awam hanyalah meniru dan mengikuti perbuatan para pemimpinnya. Karena itu pada hematnya, rusak rakyat karena rusak umarohnya, dan rusak umaroh karena rusak ulamanya, rusak para cendekiawannya.



Senin, 24 Februari 2014

KAPITALISME GLOBAL, KEKUATAN & PERANG SEMESTA




Dalam buku “Pengembaraan Batin Orang Jawa di Lorong Kehidupan” yang terbit Januari 2009, saya menulis tentang Perang Pembebasan dan Ideologi Pembebasan, agar kita bisa keluar dengan selamat dari gelombang globalisasi yang digelorakan oleh Kapitalisme Global. Meski sudah 5 tahun berselang, dan selama ini banyak pula orang yang memperingatkan betapa bahaya cengkeraman Kapitalisme Global dengan strategi globalisme dan neoliberalnya, tetap saja arah kehidupan berbangsa dan bernegara kita masuk semakin jauh, ke dalam cengkeraman Kapitalisme Global.
Guna memahami sejauh mana posisi kita dalam Perang Semesta yang dilancarkan oleh Kapitalisme Global tersebut, pada 17 Agustus 2013 yang lalu saya mencoba membuat butir-butir indikator. Dari indikator itu kita bisa membuat deteksi dan antisipasi. Selama beberapa bulan, bahan tersebut hanya saya jadikan renungan sendiri, namun hari ini saya berfikir untuk membagikannya kepada masyarakat, Allaahumma aamiin,  bermanfaat.


I.Siapa Yang Menguasai Kekuatan Kapitalisme Global?
1. Freemasonry & Illuminati (Zionis)
2. Imperialis – Neolib.

II. Unsur Utama Kapitalisme Global.
1.  Modal
2.  Teknologi khususnya yang super canggih – nanotek-biotek-farmasi dll.

III. Unsur Penunjang.
1.  Manajemen
2.  Media Massa
3.  Industri Periklanan
4.  Film & industri hiburan
5.  Ilmu Pengetahuan

IV. Tujuan Perang Semesta.
Mewujudkan masyarakat tata dunia baru yang (seolah) hidup bebas dalam pesona dunia yang :
1.  hedonis – individualis
2.  pragmatis- materialis
3.  narsis.                                                                   
yang dikuasai dan dikendalikan sepenuhnya oleh Kapitalisme Global.

V. Untuk Mewujudkan Masyarakat Tata Dunia Baru Yang
     Seperti Itu Maka Harus Diciptakan/Dibentuk:
1.          Sistem Pasar Bebas  yang bercirikan:
1.1.Rasionalitas
1.2.Efektivitas
1.3.Produktivitas
2.          Sistem Sosial Politik Demokratis yang bercirikan:
2.1.    Kepentingan diri
2.2.    Kebebasan individu
3.          Sistem Sosial Budaya  yang bercirikan lepas bebas dari aturan dan tatanan agama serta tradisi yang ada selama ini.

VI. Masyarakat Tata Dunia Baru Dengan 3 Pilar Utama yang  digelorakan oleh gelombang globalisasi yang digubah dalam suatu musik jiwa yang mendendangkan:
1.  Penggalangan alam pikiran manusia agar terpadu secara total menjadi satu dimensi rasionalitas dengan ciri hedonistis-individualistis-pragmatis-materialistis – narsistis.
2.  Pemujaan pada pesona dunia dengan aneka selera dan gaya hidup.
3.  Kebutuhan-kebutuhan palsu yang “menyihir” dan menghisap individu-individu ke dalam pusaran sistem produksi dan konsumsi.

VII. Bagi masyarakat “Negara Bangsa”, semua itu bagaikan serbuan dahsyat yang dilancarkan dalam “Perang Semesta” oleh Kapitalisme Global dengan Divisi-Divisi Perang yang berupa:
1.          Finance/Keuangan:  hancurkan, kendalikan-kuasai, jadikan bersifat global.
2.          Pangan: hancurkan, kendalikan-kuasai.
3.          Energi & Sumber Daya Alam: hancurkan, kendalikan-kuasai.
4.          Ekonomi: hancurkan-keterpurukan, kendalikan-kuasai, jadikan pasar bebas global.
5.          Logistik: hancurkan, ekonomi biaya tinggi, kuasai.
6.          Sosial-budaya: sex bebas dan sex sejenis, gelorakan budaya hidup yang hedonistis-individualistis, pragmatis-materialistis dan narsistis, rusak dan hancurkan bangunan tata nilai keluarga-kebersamaan-gotongroyong, rusak-hancurkan moral rakyat.
7.          Agama & tradisi:  hancurkan agama dan tradisi, ciptakan dan kembangkan aliran-aliran sesat, kembangkan sekularisme, pendangkalan nilai-nilai moral-spiritual dan deislamisasi (sebagai salah satu agama besar dengan penganut-penganut yang militan).
8.          Narkoba & minuman keras: sebarkan untuk merusak dan menghancurkan moral serta fisik generasi mudanya.
9.          Aset informasi & media massa: kuasai dan kendalikan sepenuhnya, baik soft ware, hardware, gelombang, sarana dan prasarananya.
10.     Ideologi: pendangkalan yang pada akhirnya semu dan sama, yaitu kebebasan serta kepuasaan diri-individual, kembangkan multi partai.
11.     Nasionalisme: lunturkan-dangkalkan, disintegrasi, separatisme, pecahbelah, hancurkan militansi rakyat, ciptakan kesenjangan sosial-ekonomi, suburkan konflik horizontal dan vertikal.
12.     Politik & Hukum: rusak, hancurkan dan kuasai, jadikan prasarana untuk mengundang globalisasi, adu domba elit politiknya, rusak moral SDMnya.
13.     Teknologi: kuasai sepenuhnya, ciptakan ketergantungan, remote-control khususnya nanotek-biotek-farmasi.
14.     Militer: pecah belah, buat sel-sel perlawanan rakyat (melawan Pemerintah Nasional), invasi militer dengan menciptakan status legal intervention, Pasukan Perdamaian.
15.     Perang: ciptakan revolusi nasional, separatisme dan sel-sel perlawanan, perang multinasional
16.     Persenjataan: kembangkan dan kuasai sepenuhnya persenjataan yang berbasis nanoteknologi, biotek dan cuaca, ciptakan ketergantungan dan remote-control.
17.     Pasca Perang: rekonstruksi dan kendalikan Tata Dunia Baru.

Jakarta, 17 Agustus 2013.
       

Kamis, 20 Februari 2014

Ulama-Ulama Tasawuf Berani Berperang & Berani Memperingatkan Penguasa




Meski berusaha menghindari perang fisik, sejarah mencatat, tatkala pasukan Khalifah Bani Abbas di Baghdad terdesak dan Iraq luluh lantak seperti awal abad ke-21 ini, maka para futuwwah sufiah, para pahlawan tasawuf yang rela mengorbankan kesenangan diri termasuk harta dan keluarganyalah, yang berhasil menghalau musuh, menyelamatkan wilayah-wilayah Islam serta menjaga perbatasan.

Pada tahun 1258 M, lebih dari 200.000 tentara Mongol di bawah kepemimpinan Hulagu Khan (cucu Jengis Khan), menyerbu Iraq serta menumbangkan kekuasaan  Bani Abbasiyyah, bahkan Khalifahnya yaitu Al Musta’shin dipenggal kepalanya.  Mengerikan sekali, bukan hanya Istana yang dihancurkan, tapi seluruh bangunan di Baghdad diratakan dengan tanah, seluruh warga kota dibunuh, kecuali segelintir yang berhasil meloloskan diri. Semua bukti-bukti peradaban Islam termasuk buku-buku perpustakaan terbesar di dunia dimusnahkan. Seluruh kebudayaan Islam yang sudah dibangun berabad-abad hancur lebur. Sementara itu 800.000-an rakyat jelata, wanita dan anak-anak tewas mengenaskan di bawah tapak kaki kuda tentara Mongol yang ganas itu, diinjak dengan tapak kaki kuda, dipermainkan dengan ujung tombaknya, dibedah dan dibelek  perutnya dengan alasan mencari permata yang ditelan.

Pada saat itulah, tatkala balatentara Islam hancur-lebur, ulama-ulama tasawuf yang secara fisik pada umumnya kelihatan lemah dan rapuh, bangkit mengorganisasikan umat, menggelorakan semangat mereka dengan tausiah serta zikir-zikirnya, mengobarkan perlawanan. Ulama-ulama sufi yang penyair seperti Fariduddin Attar dan Jalaluddin Rumi, menggubah syair-syair yang menggambarkan kepedihan atas kehancuran Baghdad, dan kemudian menggelorakan kebangkitan kembali urat nadi kekuatan Islam menjadi balatentara Allah yang perkasa, yang pada akhirnya berhasil menumbangkan Pasukan Mongol. Bahkan cucu Hulagu Khan yaitu Mahmud Ghazan 37 tahun kemudian, tepatnya pada periode 1295 – 1304,  memeluk Islam dan membangun kembali perabadan Islam.

Sejarah telah mengajarkan dan membuktikan,  menganut tasawuf tidaklah berarti asyik dengan dirinya sendiri dan acuh tak acuh terhadap kehidupan sosial-kenegaraan, tapi justru amat peduli terhadap terwujudnya rahmat bagi alam semesta, serta bertanggungjawab terhadap bangsa dan negaranya. Semua itu diniatkan sebagai ibadah dan amal saleh selaku pengemban amanah Allah di muka bumi,  dan bukan untuk memuaskan dahaga pesona dunia.

Banyak pengamat dunia yang takjub tak menyangka,  Islam cepat bangkit dan pulih kembali setelah diserbu  Perang Salib dan diluluhlantakkan nyaris  sampai  keakar-akarnya oleh Balatentara Mongol, sampai akhirnya mereka menemukan bahwa sumber  kekuatan Islam itu tidak terletak pada kekuatan yang nampak dari luar, melainkan tersembunyi di dalam lubuk Islam yang dalam, terpilin dengan urat nadinya, dan urat nadi itu ialah tasawuf serta ajaran sufi dalam berbagai bentuk dan coraknya. (Brakell Buys dalam Pengantar Ilmu Tarekat Uraian Tentang Mistik,  Prof.Dr.H.Abubakar Aceh halaman 18 sampai dengan 21).

Contoh ulama tasawuf lain yang juga sangat peduli terhadap kehidupan masyarakat adalah Syekh ‘Izzuddin Ibn ‘Abdissalam  (1181 – 1262M). Ulama tasawuf yang diagungkan ini tidak hanya berpangku tangan asyik dengan dirinya sendiri, sampai-sampai berfatwa: “Wajib menangkap raja-raja Mamaluk  yang berkhianat kepada kaum muslimin, rakyat mereka sendiri”.

Kerajaan Mamaluk yang wilayahnya meliputi Mesir sampai dengan Syria,  didirikan oleh mantan-mantan budak keturunan Turki. Sebagai rakyat kecil pekerja keras, mereka kecewa terhadap para elit yang malas, lambat tapi korup. Kerajaan ini mempunyai andil besar dalam sejarah kebangkitan Islam, setelah daerah-daerah lain dan Baghdad dibumihanguskan pasukan Mongol. Pasukan Mamaluk di bawah kepemimpinan Sultan Qutuz yang didukung para ulama tasawuf, berhasil menahan laju serbuan Mongol  serta mengalahkannya di Ain Jalut (Palestina). Peperangan yang sangat terkenal dalam sejarah ini terjadi pada tanggal 25 Ramadhan  658 H atau 1260 M, dan merupakan titik balik serta membuka era baru dalam sejarah dan sistem ketentaraan kerajaan-kerajaan Islam.

Sejarah juga mencatat, siapakah yang menghancurkan belasan ribu pasukan Barat di Hittin, Galilea, dekat Tiberias (sekarang wilayah Israel) pada tahun 1187M, bertepatan dengan 10 hari terakhir Ramadhan 584H. Dalam Perang Hittin ini, Panglima Perang Sultan Salahuddin Al-Ayubi juga memperoleh dukungan besar dari ajakan jihad ulama-ulama tasawuf.

Kembali kepada Syekh Izzuddin, keberaniannya menegur penguasa dengan risiko kehilangan kedudukan dan jabatan, bahkan pernah ditahan, diusir dan hendak dibunuh tidak membuatnya surut dalam membasmi kemungkaran. Ia menegur keras Gubernur Damaskus – Raja Salih Ismail yang mencoba bekerjasama dengan Pasukan Salib serta menegur penguasa-penguasa Mesir yang zalim terhadap rakyat.

Sahabatku, inginkah anda mengetahui bagaimana Syekh Izzuddin mengajarkan hakikat dan hikmah? Menurut penuturan anaknya, Syekh Izzuddin menceritakan suatu saat di antara bangun dan terjaga, tapi lebih dekat ke terjaga, ia mendengar suatu suara “Bagaimana kamu mengaku cinta pada-Ku padahal kamu tidak memakai sifat-Ku ?. Aku Maha Penyayang dan pengasih, maka sayangi dan kasihanilah makhluk yang mampu kamu kasihi. Aku adalah zat yang Maha Menutupi aib, maka jadilah kamu insan yang menutupi cacat orang lain. Janganlah kamu memperlihatkan cacat dan dosamu, karena itu membuat murka Allah Yang Maha Mengetahui segala hal yang gaib. Aku adalah zat Yang Maha Pemurah, maka jadilah kamu insan yang pemurah pada setiap orang yang menyakitimu. Aku adalah zat Maha Lembut, maka lembutlah pada setiap makhluk yang Aku perintahkan untuk berbuat lemah-lembut " (tabligh-biografiulama.blogspot.com).