Orang Besar Adalah Orang Yang Punya Banyak Cita-Cita Besar.
Sahabat-sahabatku, master piece,
umat pilihan ciptaan Allah,
Pernahkah Anda membayangkan
kehidupan di sebuah penjara? Kekumuhan, penghuni yang berdesak-desakan, sampah
dan bau busuk di mana-mana, air bersih yang selalu kurang, menu makanan yang
jauh dari standar, kekerasan, perang antar geng, pelecehan seksual, praktek
suap dan pemerasan oleh oknum petugas, gangguan narapidana yang menjadi preman,
perdagangn obat bius dan sejumlah masalah menyeramkan lainnya.
Keadaan seperti itulah yang dihadapi
Inspektur Jenderal Polisi Dr. Kiran Bedi, seorang wanita berusia 44 tahun
dengan tinggi 161 cm serta berat badan hanya 55 kg, tatkala diangkat sebagai
Kepala Penjara Tihar di New Delhi, India pada tanggal 1 Mei 1993.
Penjara Tihar dengan luas sekitar 81
hektar adalah sebuah penjara terbesar di Asia Pasifik, bahkan yang terbesar di
sebuah negara demokrasi liberal manapun di dunia ini. Penjara ini dihuni oleh
9.700 narapidana pria, wanita dan anak-anak.
Dalam tempo dua tahun tugasnya di
penjara itu, Kiran Bedi yang sosok tubuhnya nampak rapuh, telah membuktikan
bahwa ia adalah seorang wanita perkasa, ibu nan adil bijaksana penuh kasih
sayang dari lebih 9.700 narapidana. Ia telah berhasil mengubah citra buruk
sebuah penjara yang menyeramkan menjadi Tihar Ashram, tempat meditasi Tihar
yang damai dan menenteramkan jiwa. (http://www.kiran bedi.com dan Kiran Bedi, It’s Always Possible,
Yayasan Obor Indonesia, 2004)
Apa yang menjadi rahasia sukses
Kiran Bedi yang sekarang tersohor itu? Adalah semangat dan tekadnya untuk menjadi
sinar matahari kehidupan bagi orang lain, dengan berbagi kebahagiaan melalui
kerja.
Andapun kalau mau dan
sungguh-sungguh, mampu melakukan hal besar seperti Dr. Kiran Bedi. Nasihat tua
Cina mengatakan, “Orang besar adalah orang yang mempunyai banyak cita-cita
besar. Bercita-cita mempengaruhi dunia adalah prasyarat untuk menciptakan
pengaruh besar pada dunia. Akan tetapi, sekali seseorang telah menorehkan
cita-citanya dan membuat ketetapan, ia harus tegar seperti gunung. Cita-cita
dan kemauannya harus diproses menjadi tindakan sesuai rencana dalam benaknya.
Jika ini bisa kita lakukan, maka kita bagaikan membangkitkan raksasa dalam diri
kita.” (Adam Sia & Ah Lion, The
Chinese & A.R.T. of Goal Setting, Elexmedia Komputindo, 1997)
Raksasa itulah yang di bagian depan
buku ini saya sebut sebagai kemampuan dan kekuatan yang luar biasa dari Pikiran
Bawah Sadar.
Mengobati Dengan Senyum dan Kata-Kata.
Wahai sahabatku yang murah senyum,
Di negeri Barat, kini juga
berkembang terapi pengobatan dengan sugesti kata-kata. Orang yang sakit diajak
duduk bersila, santai seperti bermeditasi atau berzikir, mengembangkan sikap
batin untuk berserah diri kepada Yang Maha Kuasa selama kurang lebih seratus
hitungan, kemudian diulang sampai puas. Bersamaan dengan itu digumamkan doa
atau sebutan terhadap Yang Maha Kuasa, juga secara berulang-ulang dengan ritme
yang teratur. Selanjutnya si sakit dianjurkan untuk mengajak bicara bagian
tubuhnya yang sakit, dengan menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang
menguatirkan dengan bagian tubuhnya itu. Semuanya sehat, dan karena itu
berfungsilah secara normal sebagaimana bagian tubuh yang sehat. (Larry
Dossey, MD, Healing Words, edisi
Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, 1996)
Dalam terapi penyembuhan Tao yang
telah berusia ribuan tahun di Cina, juga dikenal metode penyembuhan mirip
seperti di atas, yang dikenal sebagai energi Senyum Pencerahan.
Orang yang sehari-hari suka
uring-uringan, marah, sedih, tertekan, takut, khawatir dan aneka perasaan buruk
lainnya, di dalam terapi penyembuhan Tao disebut memiliki energi negatif.
Jenis-jenis energi negatif ini secara bersama-sama menyebabkan penyakit kronis.
Energi negatif dengan penyakit yang ditimbulkannya dapat dilawan dan
disembuhkan dengan membangkitkan energi Senyum Pencerahan.
Bayangkanlah diri anda, berada di
suatu tempat yang asing sedang kelelahan dan kebingungan mencari alamat.
Tiba-tiba melintas seseorang yang tersenyum manis kepada anda. Dunia kembali
seakan membentangkan lengannya secara hangat menyambut anda.
Demikianlah, tersenyum kepada organ
tubuh yang sakit, ibarat bercanda mesra dengan sang kekasih. Dalam pengobatan
Tao, Senyum Pencerahan memiliki hubungan erat dengan kelenjar timus dan dapat
meningkatkan aktivitas kelenjar timus ini. Padahal kelenjar timus merupakan
muara kasih sayang dan daya hidup. Teori kanker yang dikembangkan oleh Sir Mac
Farlane Burner, peraih Nobel dari Australia, menyimpulkan, peningkatan
aktivitas kelenjar timus akan memperbesar kemampuan memerangi penyakit
kanker. (Mantak Chia, Rahasia
Tao-Mengubah Stress Menjadi Energi Vitalitas, Ketindo Soho, Surabaya 1997)
Manfaat Sedekah Senyum, Zikir dan Baik Sangka
Sahabatku yang selalu bersangka baik,
Rahasia sukses Kiran Bedi, nasihat
tua Cina, terapi penyembuhan dengan kata-kata maupun Senyum Pencerahan Tao,
adalah apa yang di dalam ajaran Islam disebut husnudzon, zikir dan sedekah
senyum. Husnudzon atau berbaik sangka dalam ilmu psikologi disebut berpikir
positif. Jika ketiga hal itu sering kita lakukan sebagai kebiasaan baik, maka
akan merupakan masukan yang positif kepada Pikiran Bawah Sadar, dan selanjutnya
dapat disinergikan dengan tubuh dan Pikiran Sadarnya, menjadi energi kehidupan
yang besar dan efektif luar biasa.
Dengan metode itu, Pikiran Bawah
Sadar akan membuat seseorang seperti apa yang dipikirkan, diharapkan dan
diyakininya. Surat Al-Baqarah ayat 186 menyatakan, “Apabila hamba-hambaku
bertanya tentang diri-Ku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.” Dalam sebuah hadis qudsi yang
diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad, Allah berfirman pula, “Aku menuruti
keyakinan hamba-Ku terhadap diri-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika ia
mengingat-Ku.”
Keyakinan akan pertolongan Gusti
Allah itulah yang menyelamatkan Kanjeng Nabi Ibrahim tatkala dibakar oleh Raja
Namrud, menyelamatkan Kanjeng Nabi Musa dari kejaran tentara Firaun dengan
menyeberangi laut, dan juga menguatkan Baginda Rasul dalam Perang Badar.
Kanjeng Nabi Ibrahim dan junjungan Nabi Muhammad itu sama-sama berserah diri
memohon pertolongan dengan memanjatkan, hasbunallaah wa ni’mal wakiil,
cukuplah Gusti Allah yang menjadi penolong kami.
Jiwa yang memiliki energi kehidupan
yang luar biasa yang dilandasi oleh kekuatan iman inilah, yang harus kita
bangun dan kembangkan di dalam apa yang saya sebut Lingkaran Spiral
Kehidupan Yang Pertama.
Di dalam Lingkaran Pertama ini tahap
demi tahap kita harus mengembangkan cita-cita dan harapan kegiatan kehidupan,
serta memvisualkan, kemudian berusaha, dan berusaha mewujudkannya.
Melawan Setan Harus Dengan Mandat Allah.
Sahabatku, pengemban amanah Allah.
Dengan jiwa yang kokoh perkasa lagi
budiman, serta memiliki cita-cita dan tujuan kehidupan, manusia memasuki Lingkaran
Spiral Kehidupan Yang Kedua. Dalam babak kehidupan ini kita berkiprah
secara nyata, berhubungan dengan makhluk dan hamba-hamba Allah yang lain. Untuk
itu kita harus senantiasa menjaga integritas dan diri kita sehingga apa yang
sudah kita capai dalam Lingkaran Pertama tidak terkontaminasi dan tidak
mengalami degradasi. Kita juga wajib terus-menerus mengingat dan memahami
janji-janji peniupan ruh kita, termasuk teguh mengemban amanah selaku khalifatullah
fil ard.
Dalam Lingkaran Kedua kita pun harus
menyadari bahwa di samping memberi tugas dan amanah kepada kita, Gusti Allah
juga telah memberikan mandat dan kuasa kepada setan yang membawa senjata hawa
nafsu dan pesona dunia untuk menggoda kita. Tidak akan terasa manisnya
kehidupan, jika tak ada pahitnya penderitaan. Tak kan terasa nikmatnya minum
jika tak ada rasa haus. Demikian pula tak kan ada indahnya keberhasilan jika
tiada rintangan dan godaan.
Namun, siapa mampu melawan makhluk
yang menerima dan membawa mandat serta kuasa Tuhan? Ustadz Mufasir dari Barubug
– Serang mengajarkan, mandat harus dilawan dengan mandat. Oleh karena itu
setiap hari, bahkan setiap saat kita harus naik banding memohon mandat dan
kuasa dari Pangeran Yang Maha Kuasa untuk melawan dan mengalahkan godaan setan
tersebut.
Kita harus tanpa jemu secara sadar
melibatkan Gusti Allah, memohon perlindungan, pertolongan, pembelaan,
kemudahan dan kemenangan dari-Nya yang terus menerus bagi kehidupan kita
beragama, kehidupan di dunia ini maupun di akhirat kelak.
Untuk itu K.H. Moehammad Zain dari
Bekasi juga memberikan nasihat agar kita sering berdoa dengan doa yang
diajarkan langsung oleh Tuhan dalam surat Al Israa’ ayat 80, “Ya Tuhanku,
masukkanlah aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkanlah aku dari jalan
keluar yang benar, dan datangkanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuatan yang
menolong.”
Adapun cara yang paling sederhana
adalah membaca ta’awudz, yaitu a’uudzu billaahi minassyaithaanir
rajiim. Aku berlindung dari segala godaan setan yang terkutuk.
Melawan Berhala-Berhala Modern.
Sahabat-sahabatku, para pejuang
pembasmi kemungkaran.
Sesudah diri kita baik dan kokoh,
tiba saatnya melangkah lebih lanjut memasuki Lingkaran Spiral Kehidupan Yang
Ketiga. Sebagaimana bunyi surat Ar-Ruum ayat 21, Allah memerintahkan kita
mencari pasangan hidup sesuai kodrat kita.
Kita praktekkan dan amalkan
sekarang, kehidupan kita dalam berinteraksi dengan pasangan kita, membangun
keluarga dan rumahtangga yang sakinah, mawadah, warahmah dan amanah. Marilah
kita buktikan bahwa kita mampu mengemban amanah dan tanggungjawab secara baik
dalam mewujudkan ketenteraman, mengembangkan cinta dan membangun kasih sayang
dalam kehidupan berkeluarga.
Marilah kita kayuh, kita layarkan
bahtera rumahtangga kita mengarungi lautan kehidupan yang berombak dan
bergelombang, penuh tipu daya, halangan dan rintangan, godaan serta cobaan
menuju benua keberkahan Ilahi.
Dengan beban dan tanggungjawab yang
semakin besar, namun penuh aura ketenteraman, serta limpahan cinta dan kasih
sayang, kita melangkah kian jauh memasuki Lingkaran Spiral Kehidupan Yang
Keempat, lingkaran yang lebih besar dan lebih penuh masalah. Di sini kita
bersinggungan dengan banyak orang, dengan tetangga, dengan masyarakat, dengan
teman sekerja dan seorganisasi, dengan pesaing-pesaing dan macam-macam lagi.
Banyak konflik kepentingan dalam
lingkaran kehidupan ini. Gangguan dan godaannya pun semakin berat. Keamanahan
kita diuji dalam pergaulan dan pekerjaan. Kita diuji untuk bekerja keras dalam
usaha dan tawakal dalam menerima hasil. Diuji sejauh mana telah menegakkan amar
ma’ruf nahi munkar, diuji bagaimana bertauhid dalam ibadah kehidupan
sehari-hari. Mampukah kita menegakkan yang haq dan memberantas yang batil serta
menghindari syirik chafi, yakni ketakutan kita pada kesusahan kehidupan
dunia termasuk kehilangan kawan, mengalahkan ketakutan kita kepada Gusti
Allah, mengorbankan ketaatan kita pada Allah Swt dan Baginda Rasul.
Dalam lingkaran ini kita harus
berani menghindari sekaligus membangun tekad perlawanan untuk menghancurkan
berhala-berhala modern, berupa kekuasaan, kedudukan, pangkat, gelar, harta
benda dan berbagai pesona kenikmatan dunia lainnya yang mengganggu
ketaatan kita kepada Allah dan Rasulullah.
Janganlah kita termasuk golongan
orang-orang yang cepat merasa puas dengan hanya melaksanakan ibadah lahir dan
kesalehan formal seperti, salat, puasa dan tarawih bersama di bulan Ramadhan,
membayar zakat, berhaji dan umrah setiap tahun, serta berbaju taqwa dan
berkopiah putih. Tetapi sementara itu kita tidak berani menghindari larangan
Tuhan, khususnya yang bersifat pesona dunia seperti haus harta dan kekuasaan,
sehingga menghalalkan segala cara, bergunjing atau ghibah serta menganggap enak
perbuatan riswah atau suap menyuap dan komisi. Tidak berani menarik garis tegas
antara yang haq dan yang batil, antara halal dan haram. Naudzubillah.
Meskipun kita harus teguh
mempertahankan prinsip-prinsip tadi, namun membawakannya di dalam kehidupan
menurut nasihat Abah K.H. Endang Buchorie Ukasyah dari Cipicung, Sumedang,
harus juga bijaksana sebagaimana firman Allah swt dalam surat An-Nahl (16:125),
“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan nasihat yang baik, dan
bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik pula.”
Mungkin beragam kesan dan reaksi
muncul setelah membaca uraian ini. Tapi Tuhan Maha Mengetahui dan Maha Adil
dalam memberikan pahala dan hukuman terhadap apa yang kita pikirkan dan
perbuat.
Walau demikian wahai saudaraku,
Tuhan Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Marilah kita kembali dalam pelukan
kasih sayang dan ampunan-Nya, sebelum azab dan hukuman-Nya ditimpakan kepada
kita. Bismillahi, astaghfirullah.
Saling Mengingatkan Amalan Calon Penghuni
Surga
Para sahabat pemegang kunci
keberhasilan.
Bagaimana kita dapat selalu
bertauhid, menjadikan kegiatan bekerja dan bermasyarakat sebagai ibadah? Untuk
itu kita wajib memiliki empat hal yaitu: [1] ilmu yang bermanfaat, [2] yang
dapat diamalkan, [3] secara ikhlas dan [4] disertai dengan perasaan takut
sehingga penuh harap yang terus-menerus kepada Tuhan Yang Memiliki Kerajaan
Langit dan Bumi, Maha Raja di Raja.
Sehubungan dengan itu jangan pernah
merasa, apalagi menepuk dada bahwa kita sudah menjadi orang saleh. Karena sudah
pandai berdoa merasa menjadi kyai yang sudah pasti disayang Allah. Jangan
mentang-mentang hafal Qur’an merasa sudah mengantongi tiket ke surga, merasa
sudah bisa menyatu dengan kehendak-Nya dan pasti husnul khatimah.
Kalau ada mantan penjudi, mantan
pemabuk, mantan “play boy” dan aneka mantan pendosa insyaf berubah menjadi
saleh, sungguh membahagiakan dan patut disyukuri. Sebaliknya, jangan sampai
terjadi ada mantan kyai atau penghafal Qur’an dan aneka gelar alim ulama,
karena pada langkah terakhir di Stasiun Pengembaraan Ketiga, tergelincir remuk
redam di lembah para pendosa. Naudzubillahmindzalik.
Maka marilah kita saling
mengingatkan adanya bahaya berupa godaan iblis yang senantiasa mengancam setiap
saat. Godaan yang bisa mengubah amalan penghuni surga menjadi amalan penghuni
neraka, di kala perjalanan tinggal sehasta sebagaimana dikuatirkan Rasulullah
Saw. Oleh sebab itu pula kita harus selalu memiliki perasaan takut disertai
upaya dan penuh harap akan ampunan serta kasih sayang Allah Swt yang terus
menerus. Mengharap ihdinashshiraathal mustaqiim, senantiasa memperoleh
hidayah untuk mengikuti jalan yang lurus.
Itulah saudaraku, kunci keberkahan
Lingkaran Kehidupan IV.
Rahmat Bagi Manusia, Gunung, Binatang Sampai Sandal Jepit
Sahabat-sahabatku pengemban ilmu
hikmah.
Dari lingkaran keempat, selanjutnya
kita memasuki Lingkaran Spiral Kehidupan Yang Kelima, interaksi
kehidupan di alam semesta. Di sini kita bertugas bukan hanya sekadar mewujudkan
masyarakat adil makmur, tetapi lebih jauh lagi mewujudkan rahmat bagi alam
semesta dan seluruh isinya, dalam suatu tatanan yang baldatun, thoyibatun wa
robbun ghofur, yang senantiasa dalam ampunan dan naungan Ilahi. Mewujudkan
rahmat bagi sesama umat manusia. Bagi sesama ciptaan Tuhan. Bagi gunung,
sungai, lembah, ngarai, hutan, lautan, bebatuan, air, binatang,
tumbuh-tumbuhan, jazad renik, meja, kursi, pakaian kerja bahkan sandal jepit
kita dan lain sebaginya. Bukan hanya demi memuaskan hawa nafsu semata-mata.
Bukan hanya demi suku, agama, ras dan golongan kita sendiri.
Alam itu berubah, dan semua yang
berubah menurut kaidah ilmu fikih adalah makhluk. Maka kalau kita mengaku
sebagai orang beragama terutama Islam, janganlah melihat alam sebagai obyek
ilmiah semata-mata, juga hati-hati menuduh orang yang mencari hikmah dari
kemurkaan alam sebagai mistis. Belajar dari hikmah sejarah para nabi dan
kaumnya di dalam Al Qur’an, kita akan menjumpai bahwa alam itu adalah
balatentara Allah, dan melalui balatentara-Nya, Allah memperingatkan bahkan
menjatuhkan hukuman dunia kepada umat-Nya yang tidak bermoral, yang durhaka dan
fasiq. Naudzubillah.
Dalam kaitan ini guru kita Prof.
K.H. Ali Yafie mengingatkan dengan mengutip surat Al-Hadid ayat 20, “Dan
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” Agar kita
tidak terkecoh dengan kehidupan duniawi yang seperti itu maka kita harus
memahami hakikat kehidupan itu sendiri, kemudian memanfaatkan segala fasilitas
yang tersedia untuk mendapatkan makna yang positif berupa monumen tugu amal
saleh.
Jika kita dapat mewujudkan kehidupan
yang seperti itu maka hidup menjadi bermakna. Akan tetapi itu semua harus
diperjuangkan. Kita harus secara sadar dan taat asas memaknai kehidupan kita.
Kecenderungan hidup manusia akan
kesenangan, menurut Pak Kyai, pada dasarnya tidak dilarang, namun manusia
dianjurkan untuk memikirkan orientasi kehidupan duniawinya, serta dilarang
memperturutkan hawa nafsu, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat
77, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Maha Benar Allah dengan segala
firman-Nya.
Memandang Setiap Makhluk Bagai
Memandang Sang Pencipta.
Sahabat-sahabatku yang sedang
membangkitkan kekuatan bawah sadar,
Pengejawantahan dari semua nasihat
dan uraian Seri Memaknai Kehidupan ini ialah dengan menumpahkan rasa kepedulian
dan kasih sayang, menghargai serta menjaga semua-sesama ciptaan Tuhan. Marilah
kita tinggalkan kesibukan kita yang berupa kebiasaan heboh mengurusi kelemahan
dan keburukan orang lain, termasuk dalam hal beribadah, dibanding memperbaiki
diri sendiri. Juga kebiasaan berfikir negatif dan berprasangka buruk bahkan
kepada diri sendiri dalam artian merasa khawatir dan was-was. Kebiasaan jelek
seperti itu harus kita balik mengarah pada hal-hal yang positif, pada hal-hal
baik.
Marilah kita melakukan Revolusi
Mental pada diri kita dengan membangkitkan Kekuatan Bawah Sadar kita untuk membangun
monumen Tugu Amal Saleh, termasuk membangkitkan keyakinan sedang datang
kekuatan yang haq guna membasmi
kebatilan serta kemungkaran di negeri dan bangsa kita, sehingga terwujudlah
bangsa dan negeri maritim NusantaraRaya nan sejahtera. Tentu kita wajib
menasihati saudara-saudara kita yang salah, namun seyogyanya dengan bijaksana,
sabar dan dengan cara yang lebih baik.
Terhadap sesama ciptaan Allah,
pandanglah bagaikan memandang Sang Penciptanya sendiri, Allah Yang Maha Kuasa
lagi Maha Tahu. Merendahkan, menghina, merusak dan semena-mena terhadap ciptaan
Allah apapun itu bentuk dan jenisnya, lebih-lebih sesama manusia, adalah sama
dengan melecehkan siapa yang menciptakan, yang menghendaki keberadaannya di
muka bumi, di jagat raya, yakni Allah Yang Maha Agung.
Selain dari itu, marilah kita sering
melakukan Siyahah Ruhiyyah atau perjalanan spiritual, seperti yang saya
uraikan dalam buku Zikir dan Doa Persembahan Anak Saleh, yang meliputi
lima hal. Pertama, menyegarkan jiwa, mensyukuri nikmat Tuhan. Kedua,
mawas diri, merenungkan kesalahan dan dosa-dosa masa lalu. Ketiga,
muhasabah, kalkulasi diri tentang apa yang telah kita perbuat dan apa yang
masih terhutang. Keempat, meluruskan kompas kehidupan, merebut
peluang yang tersisa, mengorganisasikan diri melakukan kebajikan dihari tua. Kelima,
mengejar ketinggalan, membayar utang, menebus yang tergadai, memohon ampunan
Gusti Allah.
Demikianlah duhai anak-anak dan saudaraku,
semoga dengan memahami tulisan sederhana dan ala kadarnya dari seorang yang
berlatarbelakang priyayi Jawa Abangan ini, Gusti Allah-Pangeran Yang Maha
Agung, menganugerahkan hidayah, rida dan berkah-Nya kepada anda, kepada kita
sekalian, sehingga kita digerakkan-Nya untuk membaca, memahami, menghayati
serta mengamalkannya dalam “kehidupan dunia yang menipu ini”. Semoga Allah
berkenan membangkitkan kekuatan mulia dan energi besar dalam spiral kehidupan
anda demi memaknai kehidupan kalian.
Allahumma aamiin.
Fana
Duh Gusti,
fanakanlah dzat hamba,
sirnakanlah sifat hamba,
dan leburkanlah kefanaan hamba
dalam keabadian Paduka,
sehingga dengan rida Paduka hamba mendengar,
duhai Yang Maha Mendengar,
dengan rida Paduka hamba melihat,
duhai Yang Maha Melihat.
Wahai Pangeran Yang Maha Welas Asih,
jadikanlah hamba ini kekasih Paduka,
yang jika berkata-kata,
akan berkata-kata dengan zikir-zikir Paduka,
jika memandang akan memandang dengan cahaya-cahaya Paduka,
jika berfikir akan berfikir dengan hidayah keagungan ilmu
Paduka,
jika bekerja akan bekerja dengan berkah kekuasaan Paduka,
jika bergerak akan bergerak dengan hikmah keperkasaan
Paduka,
dan jadikanlah itu semua sebagai bekal ibadah hamba,
selaku khalifatullah fil ard,
yang senantiasa beriman dan beramal saleh.
Duh Gusti,
Sang Maha Sutradara,
ampunilah dan ridailah hamba,
dalam peran kehidupan yang Paduka amanahkan,
sepenuh kasih sayang.
(dari buku Memaknai Kehidupan dan buku Pengembaraan Batin
Orang Jawa di Lorong Kehidupan, keduanya ditulis oleh B.Wiwoho, penerbit
Bina Rena Pariwara, Jakarta dengan sedikit suntingan).