Hampir
bersamaan dengan meredanya Perang Dingin, ilmu pengetahuan dan teknologi juga
mengalami perkembangan yang luar biasa pesat, terutama di bidang teknologi
informasi.Jika perkembangan iptek di abad ke-19 telah menghasilkan industri
moderen serta membuat hubungan antar benua dan daerah menjadi suatu
keniscayaan, maka perkembangan iptek di akhir abad ke-20 telah membuat dunia
serasa tidak berjarak, dan manusia merasa seolah bisa mewujudkan semua
mimpinya.Bahkan ruang-ruang pribadi dalam rumahtangga pun seakan tidak bersekat
lagi.
Lompatan-lompatan
besar dalam iptek yang sangat spektakuler di paruh kedua abad ke-20, dipicu
oleh Perang Dunia II. Masing-masing pihak yang berperang yaitu Jerman dan
Jepang di satu pihak melawan Amerika Serikat dan sekutunya di pihak lain,
berusaha menemukan alat-alat perang baru yang bisa mengalahkan musuhnya. Maka
pada tahun1941, insinyur Jerman Konrad Zuse membuat komputer guna merancang
pengoperasian pesawat terbang dan peluru kendali.Sementara Inggris membuat
komputer buat memecahkan kode-kode rahasia Jerman.Selanjutnya Amerika pun tidak
mau ketinggalan.
Pada
generasi pertama, komputer tersebut berukuran sangat besar, hampir sebesar
lapangan bola.Namun dengan penemuan transistor yang menggantikan tabung vakum
di radio, televisi, peralatan elektronik dan komputer tahun 1948, maka
ukuran-ukuran mesin dan alat-alat elektronik menurun drastis, dan terus
mengecil seperti yang kita pakai sekarang. Di samping itu pemanfaatan komputer
juga melesat luar biasa menjadi apa yang kita kenal sebagai teknologi informasi,
yaitu teknologi apapun yang bisa membantu manusia dalam membuat, mengubah,
menyimpan, mengkomunikasikan serta menyebarluaskan informasi dengan kecepatan
sangat tinggi, malahan bisa dibilang hanya sekejap.
Di
bidang perhubungan dan pengangkutan atau distribusi barang, Perang Dunia II
juga mendorong Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, US Army, untuk merancang
sistem mobilisasi peralatan perang yang mudah, aman dan tepat guna, yang
kemudian kita kenal dengan peti kemas. Seperti halnya penemuan komputer,
suasana Perang Dingin setelah berakhirnya Perang Dunia II, memacu negara-negara
maju untuk mengembangkan dan menyempurnakan penemuan-penemuannya semasa perang,
termasuk penemuan sistem peti kemas.Sistem yang semula hanya dipakai di
kalangan militer, kemudian dikembangkan menjadi untuk bisnis, dengan diluncurkannya
pelayaran perdana kapal peti kemas Gate Way City tahun 1957, menempuh jalur
Houston – New York. Selanjutnya pada tahun 1972, sistem peti kemas mulai go internationalmelayari jalur Eropa,
Jepang dan Australia, dan dalam tempo lima tahun sudah melayari hampir seluruh
dunia.
Sistem
peti kemas mampu memuat apa saja, mulai dari produk dalam bentuk curah sampai
produk-produk jadi yang berupa perakitan seberat puluhan ton. Ini merupakan
revolusi moda transportasi yang juga luar biasa dengan keunggulan-keunggulan
antara lain, keamanan lebih terjamin, risiko kerusakan barang kecil, biaya
murah, proses distribusi barang yang meliputi pelayaran dan bongkar muat lebih
cepat, kapasitas angkut besar dan merupakan multi moda transporasi darat – laut
– udara.
Lompatan
besar iptek lainnya yang bahkan sedang berlangsung yang belum bisa diketahui
persis ujungnya, adalah apa yang disebut nano teknologi. Konsep nano teknologi
diperkenalkan pertama kali oleh ahli fisika Amerika, Richard Feynman, pada
tahun 1959. Istilah nano teknologi itu sendiri diresmikan oleh Prof.Norio
Taniguchi di Jepang tahun 1974, dan sejak itu terus berkembang.
Nano
teknologi adalah pembuatan dan penggunaan materi atau devais pada ukuran yang
amat sangat kecil, mulai dari 0,1 hingga 100, selanjutnya disebut skala nano
dengan kode nano meter (nm). Satu nm sama dengan satu per milyar meter
(0,000.000.000.1m atau 10-9), yang berarti 50.000 kali lebih kecil dibanding
garistengah rambut manusia.Contoh pembanding lainnya yaitu ukuran protein dalam
sel tubuh manusia sebesar sekitar 5nm. Materi pada dimensi skala nano
menunjukkan sifat fisis yang berbeda, sehingga dengan itu para ahli berharap
dapat membuat terobosan baru di bidang iptek khususnya kesehatan. Sungguh tak
terbayangkan, seberapa besar ukuran seperlimapuluhribu rambut manusia, terutama
pula bagaimana memahami serta mendayagunakan materi sebesar itu bagi kehidupan
kita.
Toh
kini sudah terbukti. Beberapa contoh terobosan
penting yang sudah dipakai di berbagai produk yang digunakan di seluruh
dunia, meliputi penggunaan di komputer, elektronik, kosmetika, pupuk, bahan
polimer hingga ramuan herbal, misalkan: (1) katalis pengubah pada kendaraan yang mereduksi polutan udara,
(2) devais pada komputer yang membaca serta menulis dari dan ke hard disk, (3) beberapa pelindung terik
matahari dan kosmetika yang secara transparan dapat menghalangi radiasi
berbahaya dari matahari.
Tetapi
lagi-lagi, tekonologi informasi super canggih itu pun dikuasai oleh kaum
kapitalis, yang dengan dalih rasionalitas, efektivitas dan produktivitas,
menawarkan kebebasan individu, kepentingan diri dan pasar bebas, yang kemudian
memicu timbulnya Gelombang Globalisasi-II, melanda segenap pelosok dunia,
bergulung-gulung, menggilas nalar serta melibas kearifan-kearifan tradisional dan
agama.
Kapitalisme
Global juga menggubah musik jiwa yang mendendangkan pemujaan pada pesona dunia
dengan aneka selera dan gaya hidupnya, menggalang alam pikiran manusia agar
terpadu secara total menjadi satu dimensi yang mengagungkan rasionalitas, yang pada
hakekatnya membangun gaya hidup yang individualistis, materialistis, hedonistis
dan bahkan narsis.
Bersama
musik jiwa tersebut, Kapitalisme Global menciptakan kebutuhan-kebutuhan palsu
yang menghisap individu-individu ke dalam pusaran sistem produksi dan
konsumsi.Berbagai komponen penunjang seperti manajemen, media massa, industri
periklanan, film dan cara-cara berrfikir sempit, semuanya diarahkan untuk
memproduksi sistem represif dalam suatu masyarakat industri maju yang moderen
yang tak mengenal alternatif. Manusia-manusia moderen di segenap pelosok bumi,
mengira dirinya benar-benar hidup bebas dalam panggung pesona dunia yang
menawarkan aneka kemungkinan untuk dipilih, diraih dan diwujudkan. Padahal
kebebasan beserta kepuasan diri yang dikehendakinya, sesungguhnya hanyalah apa
yang didiktekan oleh Kapitalisme Global kepadanya.
Perkembangan
serta kemajuan ilmu pengetahuan dan tekonologi, sesungguhnya harus kita
syukuri. Namun pendayagunaannya yang melampaui batas kewajaran kebutuhan hidup,
telah mendorong para kapitalis yang menguasainya menjadi serakah dan tamak,
Manusia
yang memperoleh amanah sebagai khalifah di muka bumi, ternyata memang mempunyai potensi besar untuk merusak bumi itu
sendiri.Pagar makan tanaman, demikian bunyi peribahasa, dimungkinkan bila
manusia tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya.Tidak bisa mengalahkan godaan
setan dan pesona dunia, yang dalam sub judul Surga Dikepung Kesulitan, Neraka Dikelilingi Kemudahan, saya sebut
sebagai Divisi-Divisi Perang Panglima Setan.
Maka
bila nafsu serakah dan ketamakan manusia
membara kemudian berkobar, ia menjadi lebih buas dibanding binatang yang paling
buas sekalipun, lebih buas dari harimau,
lebih berbahaya dibanding ular yang paling berbisa. Harimau menerkam dan
membunuh mangsanya hanya untuk sekedar makan penangsal perut, tidak
lebih.Harimau tidak menyimpan dan menimbun makanannya.Sedangkan manusia
membunuh rusa, harimau, gajah dan lain-lain bukan untuk makan tapi demi
memuaskan dahaga ujub dan riya, berbangga lagi menyombongkan diri semata.Ia
bangga dapat memamerkan fotonya di atas bangkai binatang buruannya, memajang
kulit harimau, tanduk rusa yang bercabang-cabang dan gading gajah hasil
buruannya. ((Memakanai Kehidupan,
B.Wiwoho, Bina Rena Pariwara, 2006).
Prof.Dr.H.Abubakar
Aceh dalam Pengantar Ilmu Tarekat, Uraian
Tentang Mistik menyatakan, dari kacamata sufi, kerusuhan di dunia ini
disebabkan oleh dua hal, pertama lantaran manusia tidak percaya adanya Tuhan.
Kedua, karena manusia itu terlalu mencintai dirinya. Penyebab yang pertama mengakibatkan orang tidak mengenal Tuhan, sehingga menjadi
tidak takut dan tidak patuh kepada perintah dan larangan-larangan-Nya. Padahal
perintah dan larangan-Nya itu dimaksudkan untuk menjaga keharmonisan hubungan
antar manusia dan keharmonisan antar makhluk, bahkan keharmonisan alam raya.
Sebab
yang kedua mengakibatkan orang mencintai harta benda dan kekayaan, mencintai makan minum yang
lezat yang berlimpah-limpah, mencintai anak-isteri secara berlebihan, mencintai
rumah yang besar dan megah, mencintai nama yang harum dan masyhur, yang
akhirnya membawa kepada kecintaan yang sangat kepada dunia dan ingin hidup
kekal di atas permukaan bumi.
Kedua
hal di atas membuat orang tidak mengindahkan tata nilai dan budi luhur, memuja
hawa nafsu dan pesona dunia tanpa peduli dengan hak-hak orang lain, apalagi
makhluk lain dan alam raya. Keinginan untuk membuat dirinya lebih berkuasa,
lebih kaya, lebih hebat, lebih masyhur dari orang lain, sudah barang tentu
menempatkan orang-orang lain berada di bawahnya, dengan konsekuensi merusak
hubungan persaudaraan serta keharmonisan. Orang-orang yang seperti itu akan
berjuang demi kepentingannya sendiri tanpa peduli terhadap kepentingan serta
hak-hak orang lain, tanpa peduli untuk mensyukuri dan melestarikan alam raya
dengan segenap seisinya. Mereka tidak mau memahami hakikat rahmatan lil alamien ataupun hamemayu
hayuning bawono, meskipun mungkin mulutnya sering mengucapkan. Apa dan siapa pun harus tunduk dan mengabdi
pada kepentingannya.
Kedua
penyebab kerusuhan dunia tersebut sudah menyertai manusia semenjak awal, dan
merupakan batu ujian bagi ketakwaan dan budi luhur. Alkisah, pada suatu hari
Khalifah Ali bin Abi Thalib mengunjungi masjid besar Basrah dan menjumpai
banyak orang saling bercerita tidak
karuan, sehingga ia mengusirnya. Tetapi tiba-tiba ia berdiri dekat satu
golongan yang tengah mendengarkan penuh
perhatian terhadap cerita seorang anak muda, yang bernama Hasan. Lalu Sang Khalifah berkata kepada anak itu, “Jika
kamu dapat menjawab kedua soal ini, aku akan membiarkan engkau berbicara kepada
kumpulan orang-orang itu, namun bila
engkau tidak memberikan jawaban yang benar, aku akan mengeluarkan engkau dari
dalam masjid ini seperti mengeluarkan teman-temanmu yang lain. Maka kata anak
itu, “Bertanyalah, ya Amirul Mukminin!” Lalu Khalifah Ali berkata, “Coba
ceritakan kepadaku, apakah yang menyelamatkan agama atau peraturan, dan apakah
yang merusakkannya?”. Sang anak menjawab, “Yang dapat menyelamatkannya adalah
wara’, dan yang membinasakannya adaalah tamak.” Ali bin Abi Thalib menyahut,
“Sungguh benar katamu itu. Orang semacam engkau layak berbicara terhadap orang
banyak.”
Anak
kecil tersebut tiada lain adalah Hasan Basri, yang dikemudian hari menjadi
salah seorang tokoh sufi terkemuka. Semenjak kecil ternyata ia sudah bisa
mengupas penyakit-penyakit jiwa manusia dan cara mengobatinya.
Sahabatku,
alunan musik jiwa yang dihembuskan oleh Gelombang Globalisasi-II, pada hemat
saya telah menjadi “Perang Semesta”,
yang tergolong perang paling dahsyat yang dikuatirkan oleh Kanjeng Nabi
Muhammad Saw. Sebagaimana saya uraikan dalam sub judul Tiga Komponen Dasar Manusia, Rasulullah seusai Perang Badar
meluruskan anggapan para sahabatnya yang menyatakan Perang Badar sebagai perang
besar yang menghasilkan kemenangan dari segala kemenangan. Menurut beliau,
kembali dari Perang Badar itu adalah kembali dari perang yang sekecil-kecilnya.”Kita ini kembali dari peperangan yang
paling kecil, menuju peperangan yang lebih besar, yaitu peperangan melawan hawa
nafsu.” Seorang sahabat bertanya, perang apa yang paling utama. Baginda
Rasul menjawab, “Engkau perangi hawa
nafsumu.”Abu Daud meriwayatkan sabda beliau, “Bukanlah orang yang gagah berani itu lantaran dia cepat melompati
musuhnya di dalam pertempuran, tetapi orang yang berani ialah yang bisa menahan
dirinya dari kemarahan.”
Perang
Semesta yang menyertai Gelombang Globalisasi-II, merupakan perang moderen
terdahsyat, yang bukan lagi ditentukan oleh benteng-benteng batu nan kokoh dan
meriam, melainkan perang dalam segala bentuk, khususnya perang budaya dan gaya
hidup yang mampu menembus masuk ke ruang-ruang pribadi di dalam rumahtangga
setiap penduduk dunia.
Demi
memenangkan peperangannya, para Kapitalis Global terus berusaha menggelorakan
pesona gaya hidup beserta produk-produk konsumtifnya, dengan akibat di samping
kerusakan tata nilai budi luhur dan
keagamaan, juga terkurasnya sumber daya alam dan kerusakan lingkungan
hidup.
Maasyaa-Allaahu la
quwwata illaa billaah.